Etika Bisnis Asuransi Jiwa

 Tahapan dalam proses yang harus ditempuh oleh seorang agen untuk bisa mendapatkan lisensinya adalah: 1 Direkrut perusahaanperagenan asuransi Calon agen mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai ketentuan perusahaan masing-masing. Agen harus memiliki kontrak keagenan. Begitu menjadi anggota perusahaan, agen akan didaftarkan ke AAJI untuk memperoleh Lisensi Sementara Temporary License yang hanya berlaku selama 6 bulan. 2 Registrasi untuk belajar oleh perusahaan Setelah agen bergabung 3 bulan, perusahaan akan mendaftarkan agen ke AAJI untuk mengikuti program Lisensi Keagenan Penuh Full License. 3 Pembelajaran Agen harus memahami teori, konsep dan pengetahuan asuransi jiwa disamping produk asuransi jiwanya sendiri. 4 Mengikuti ujian Agen harus mengikuti ujian dalam waktu 6 enam bulan setelah memperoleh Lisensi Sementara Temporary License. 5 Lulus ujian Agen yang lulus ujian lisensi diharapkan sudah memiliki tingkat kecakapan dan kompetensi yang memadai dalam bidang asuransi jiwa. 6 Mendapat lisensi Masa berlaku Lisensi Penuh adalah 2 tahun. 7 Perpanjang lisensi Sebelum masa berlaku Lisensi Penuh kadaluarsa agen wajib memperpanjang lisensinya.  Pelanggaran agen akan diberi sanksi secara bertahap tergantung bobot kesalahan dan dapat langsung masuk dalam daftar terlarang jika tindakan agen bersifat kriminal. Sanksi dapat berupa: - Diberi surat peringatan; - Diancam dengan UU RI no 2 tahun 1992; - Pangkat diturunkan; - Dilarang, tidak diperbolehkan menjadi agen asuransi di Indonesia lagi.

BAB 13 Etika Bisnis Asuransi Jiwa

Agenda:  Jalur Pemasaran  Aturan Dalam Asuransi Jiwa  Kode Etik Agen Jalur Pemasaran  Tujuan pemasaran adalah memfokuskan pada kebutuhan klien dan mendapatkan keuntungan jangka panjang melalui kepuasan klien.  Perusahaan asuransi memilih jalur pemasarannya dengan cara: 1. Rencana penjualan perusahaan asuransi dievaluasi. 2. Manajemen mengkalkulasi pertumbuhan dan target penjualannya. 3. Kemampuan kantor pusat dan tenaga penjualan dievaluasi. 4. Prioritas ditentukan dan target disusun. 5. Satu atau lebih dari jalur distribusi dipilih serta digunakan untuk memasarkan produk.  Perantara Merupakan agen yang menjual produk-produk asuransi. Pihak ini menawarkan produk asuransi dengan menjual secara langsung pada klien dan mendapatkan komisi untuk setiap produk yang dijual. Perantara penjualan digolongkan ke dalam dua kategori umum: 1. Distribusi melalui agen asuransi 2. Distribusi melalui bukan agen asuransi  Lembaga keuangan Yang termasuk ke dalam Lembaga Keuangan adalah: 1. Lembaga pembiayaan 2. Bank 3. Lembaga keuangan lain  Penjualan langsung Dengan sistem ini, produk perusahaan asuransi dipasarkan tanpa melalui jasa agen asuransi. Pemegang polis dapat membayar premi mereka langsung kepada perusahaan asuransi. Surat-menyurat merupakan metode paling lazim digunakan di sistem ini. Aturan Dalam Asuransi Jiwa  Agar petugas penjualan memiliki aturan main yang jelas dan pemegang polis terlindungi maka industri asuransi jiwa membuat kode etik. Dengan demikian penjualpemasaran: 1. Memiliki standar kode etik yang seragam. 2. Kepercayaan dan kesejahteraan pemegang polis tetap terjaga.  Aturan dasar dalam kode etik asuransi jiwa: - Berbagi risiko Asuransi jiwa merupakan bisnis penghimpunan dana masyarakat dan berbagi risiko. Karena itulah, bisnis ini harus dijalankan dengan integritas yang tinggi dan kode etik yang ketat serta dijalankan secara profesional, dimana kepentingan nasabah harus ditempatkan di atas kepentingan penjualpemasar menghindari adanya konflik kepentingan pribadi. - Kepercayaan Kepercayaan adalah landasan dasar dari bisnis ini. Karena itulah bisnis ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan sikap profesional. Kepercayaan pemegang polis harus terus dijaga dan dipelihara dengan baik dan ditingkatkan. - Keamanan Agen asuransi jiwa harus berusaha memberikan rasa aman kepada setiap pemegang polis dan juga menjaga kredibilitas perusahaan di mata masyarakat. - Tepat waktu Agen asuransi jiwa harus memberikan layanan yang efisien dan tepat waktu bagi pemegang polis, tanpa melupakan kelengkapan da ketepatan data yang dibutuhkan. - Surat Pernyataan Seluruh karyawan dan agen asuransi jiwa wajib menandatangani surat pernyataan untuk menjalankan aturan-aturan yang ditetapkan perusahaan. - Kepatuhan Pimpinan departemen bertanggung jawab dalam menjamin dijalankannya aturan main perusahaan dan kode etik oleh setiap karyawan dan agen setiap saat. - Pelanggaran Setiap pelanggaran yang terjadi harus dilaporkan pada DewanDepartemen Kode Etik Penjualan. DewanDepartemen ini wajib menyerahkan laporan bulanan kepada penanggung jawab Dewan Kode Etik pada perusahaan asuransi jiwa berkaitan dengan pelanggaran yang terjadi dan tindakan yang diambil dengan tembusan ke AAJI. - Perilaku Kriminal Seluruh kasus perilaku kriminal wajib dilaporkan secepatnya kepada pihak berwajib dan AAJI. Sebagai akibatnya, Lisensi Keagenan petugas pemasaran akan dibatalkan, dan ybs tidak diperbolehkan lagi melakukan aktivitas penjualan produk asuransi jiwa apapun. Kode Etik Agen  Prinsip kode etik asuransi jiwa: P Kepentingan pribadi : menghindari adanya konflik kepentingan pribadi T Transaksi bersifat rahasia : memastikan kerahasiaan transaksi tetap terjaga antara perusahaan asuransi jiwa dengan pemegang polis dan nasabahnya J Jabatan : menghindari penyalahgunaan jabatan A Adil : memastikan adanya perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang polis, dengan pihak lain yang menggantungkan atau memiliki hubungan bisnis dengan perusahan asuransi jiwa M Melengkapi data : melengkapi dan memastikan ketepatan data yang diperlukan I Informasi : menjaga penyalahgunaan informasi N Niat baik : menjalankan bisnis dengan niat baik dan integritas yang tinggi  Fidusia pihak yang dapat dipercaya adalah seseorang yang posisi dan tanggung jawabnya melibatkan kepercayaan dan keyakinan yang tinggi.  Tanggung jawab agen: - Tanggung jawab terhadap masyarakat Pemerintah - Tanggung jawab terhadap nasabah dan calon nasabah - Tanggung jawab terhadap perusahaan - Tanggung jawab terhadap diri sendiri  Pelanggaran Kode Etik oleh petugas pemasaranagen asuransi jiwa dapat dibedakan berdasarkan: - Perilaku kriminal  Penipuan Penipuan yang disengaja atau mis-representasi penjelasan yang salah yang sudah diketahui oleh seseorang sebagai hal yang salah atau tidak diyakini sebagai hal yang benar. Penyalahgunaan Dana Nasabah Mengambil uang atau harta benda lain yang diterima dari klien untuk tujuan khusus dan secara salah dialokasikan untuk tujuankeperluan yang lain.  Pemalsuan Dengan sengajasecara sadar membuat dokumen palsu dengan maksud bahwa: a. Dokumen tersebut harus digunakan atau seolah-olah digunakan sebagai dokumen yang asli, atau b. Beberapa orang dibujuk dengan keyakinan bahwa haldokumen tersebut adalah asliorisinal. Sanksi:  Pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode etik yang bersifat Perilaku Kriminal diatur berdasarkan kontrak keagenan yang berlaku di perusahaan masing-masing. Sanksi tersebut berupa pemutusan kontrak kerja sama keagenan sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, pasal 21 ayat 1 dan 5. o Pasal 21 ayat 1: Barang siapa menggelapkan premi asuransi diancam dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling banyak Rp 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah. o Pasal 21 ayat 5: Barang siapa secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melakukan pemalsuan atas dokumen Perusahaana Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp 250.000.000 dua ratus lima puluh juta rupiah. Asuransi Jiwa Indonesia AAJI berkaitan dengan black list terhadap agen asuransi dan disirkulasikan kepada semua anggota AAJI. Bila sudah masuk black list, agen yang bersangkutan tidak dapat lagi bekerja di industri asuransi jiwa. - Perilaku menyesatkan  Menahan informasi sengaja menyesatkan nasabah dengan informasi yang salah  Menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan klien agen asuransi jiwa harus terbuka terhadap calon nasabah yang berkaitan dengan transaksi atau rekomendasi  Rebating memberi potongan harga premi  Systematic Replacement mengganti produk internaleksternal secara sistematis yang membahayakan klien  Twisting membujuk pemegang polis untuk menebus polisnya dari perusahaan A lalu membeli polis baru darinya di perusahaan B  Churning pencampuradukkan kontrol atas banyaknya dan seringnya penjualan  Misrepresentasi pernyataan atau ilustrasi yang menyesatkan atau perbandingan yang tidak lengkap  Pemaksaan agen asuransi jiwa menggunakan kekuasaan, pengaruh, posisi atau moral terhadap calon nasabah untuk pembelian produk  Pembujukan agen menawarkan untuk membayarkan premi yang kemudian akan ditebus calon nasabah menalangi premi; atau memberi hadiah jika membuka polis dimana agen bekerja  Pernyataan kasar terhadap pesaing  Penandatanganan formulir kosong agen tidak boleh meminta nasabah menandatangani formulir kosong. Sanksi:  Pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode etik yang bersifat Perilaku Menyesatkan diatur berdasarkan kontrak keagenan yang yang berlaku di perusahaan masing-masing. Pemberian sanksi ditetapkan berdasarkan bobot kesalahan yang telah ditentukan oleh Departemen Kepatuhan Compliance Department dari perusahaan asuransi jiwa yang terkait. Tindakan sanksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Surat Peringatan SP Sebagai Tenaga PemasaranAgen Asuransi Sebagai Manager PemasaranAgency Leader SP 1  cc ke AAJI, diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992  Tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur manajemen selama 2 dua tahun.  cc ke AAJI, diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992  Diturunkan levelnya 1 satu tingkat. SP 2  cc ke AAJI, diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992  Tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur manajemen selama 4 empat tahun.  cc ke AAJI, diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992  Tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur manajemen selama 4 empat tahun.  Diturunkan menjadi tenaga pemasaran. SP 3  cc ke AAJI, diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992  Dikeluarkan dari perusahaan  Dilaporkan ke AAJI black list dan disirkulasikan kepada semua anggota asosiasi.  cc ke AAJI, diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992  Dikeluarkan dari perusahaan  Dilaporkan ke AAJI black list dan disirkulasikan kepada semua anggota asosiasi.

BAB 14 Lembaga Asuransi