yang dikaji pada belum adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Sragen untuk melibatkan partisipasi masyarakat pada pelaksanaan
program pembangunan. 2 Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 oleh Erfanto Hani. TW, S.
310706005, yang berjudul : Implementasi Ketentuan Pasal 150 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 Mengenai Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Ngawi. Pada penelitian ini yang dikaji pada subjek dan objek penelitian yaitu pada
birokrat dan stake holder pembangunan itu sendiri. Sedangkan pada penelitian dengan judul “Implementasi
Ketentuan Pasal 139 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah di
Kabupaten Sragen”, dengan mengkaji partisipasi masyarakat dalam penyusunan rancangan peraturan daerah, mencari faktor-faktor yang yang
mempengaruhi implementasi dan berbagai langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan Ketentuan Pasal 139
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dengan mewawancarai pihak- pihak yang terkait langsung dengan objek penelitian yaitu stakeholder
yang terkait di Kabupaten Sragen melalui berbagai mekanisme yang ada.
B. Kerangka Berpikir
Dengan dilaksanakannya program otonomi daerah, pada umumnya masyarakat mengharapkan adanya peningkatan dalam bentuk peningkatan
mutu pelayanan masyarakat, partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam
pengambilan kebijakan publik, yang sejauh ini hal tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Tetapi pada kenyataannya sejak diterapkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, belum menunjukkan perkembangan yang signifikan bagi pemenuhan harapan
masyarakat. Maka dari itu, meskipun telah diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sangat diharapkan dapat membawa perubahan yang signifikan dalam rangka melibatkan partisipasi
masyarakat pada penyusunan rancangan peraturan daerah. Suatu pemerintahan daerah yang demokratis dapat dikaji dari dua
aspek, yaitu aspek tataran proses maupun aspek tataran substansinya. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dikatakan demokratis secara proses,
apabila pemerintahan daerah yang bersangkutan mampu membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam semua pembuatan maupun pengkritisan
terhadap sesuatu kebijakan daerah yang dilaksanakan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dikatakan demokratis secara substansial, apabila
kebijakan-kebijakan daerah yang dibuat oleh para pembuat kebijakan di daerah mencerminkan aspirasi dari masyarakat di daerahnya.
Secara ringkas Kerangka Berpikir Penulis dalam mengadakan penelitian terhadap Implementasi Ketentuan Pasal 139 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 mengenai partisipasi masyarakat dalam penyusunan rancangan peraturan daerah di Kabupaten Sragen akan menyoroti pada
partisipasi masyarakat dalam penyusunan rancangan peraturan daerah, faktor-
faktor yang mempengaruhi implementasi dan berbagai langkah mengatasi kendala dalam mengimplementasikan Ketentuan Pasal 139 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 di Kabupaten Sragen dengan menggunakan teori bekerjanya hukum menurut Lawrence Meir Friedman tentang Tiga Unsur
Sistem Hukum yang mempengaruhi bekerjanya hukum tersebut yaitu : 1. Struktur Hukum legal structure yaitu Bupati, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah DPRD 2. Substansi Hukum legal substance yaitu Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3. Budaya hukum legal culture, yaitu partisipasi masyarakat yang masih
terbatas dalam penyusunan rancangan peraturan daerah. Kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan, apabila dilukiskan
dalam bagan sebagai berikut :
Bagan 2 : Kerangka Berpikir Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
Implementasi Pasal 139 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Partisipasi Masyarakat
Budaya Substansi
Struktur
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang memiliki bobot nilai tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan suatu
metode penelitian yang dapat memberikan arah dan pedoman dalam memahami obyek yang diteliti sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar
sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Metode menurut Setiono 2005: 1 adalah suatu alat untuk mencari
jawaban dari pemecahan masalah, oleh karena itu suatu metode atau alatnya harus jelas terlebih dahulu apa yang akan dicari.
Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan
menggunakan metode ilmiah Sutrisno Hadi, 1989 : 4. Suatu laporan penelitian disebut ilmiah dan dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun
dengan metode penelitian yang tepat, seperti yang dikemukakan Soerjono Soekanto 1986 : 12 berikut ini :
Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai penelitian disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok
pikiran yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu