3 menggenang. Kerbau lumpur lebih banyak digunakan sebagai ternak kerja dan
penghasil daging Sitorus Anggraeni 2008. K
erbau sungai memiliki ciri tanduk melingkar ke bawah dan kerbau lumpur mempunyai tanduk melengkung ke
belakang . Kerbau lumpur mempunyai 24 pasang kromosom 48 kromosom, sedangkan kerbau sungai 25 pasang 50 kromosom Hasinah Handirawan
2006. Kerbau sungai memiliki kebiasaan berendam dalam air jernih seperti sungai dan danau. Kerbau ini biasa digunakan sebagai ternak penghasil susu dan
umumnya berwarna hitam pekat Hasinah Handirawan 2006. Sebagian besar kerbau lumpur memiliki warna abu-abu, dengan garis kalung chevron berwarna
putih pada leher, serta warna kaki stocking abu-abu muda atau abu-abu Sitorus Anggraeni 2008
2.1.3 Pertumbuhan Kerbau Lumpur
Kerbau merupakan ternak yang pertumbuhannya lambat. Kerbau baru mencapai dewasa tubuh setelah umur 3 tahun Fahimmudin 1975. Akan tetapi,
pendapat yang lain menyatakan kerbau mencapai dewasa pada umur 5-6 tahun Sastroamidjojo 1991. Dewasa kelamin sangat mempengaruhi laju pertumbuhan.
Lendhanie 2005 menyatakan dewasa kelamin kerbau lumpur dicapai pada umur 2-3 tahun. Yurleni 2000 juga menyatakan hal serupa yaitu bahwa kerbau jantan
dan betina mencapai dewasa kelamin sekitar umur 2.5-3 tahun.
2.1.4 Sistem Pemeliharaan Kerbau Lumpur
Pemeliharaan kerbau di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi intensif dan intensif. Pemeliharaan secara intensif yaitu pemeliharaan ternak hampir
sepanjang hari berada dalam kandang. Kerbau diberikan pakan hijauan melebihi kebutuhannya dari segi kualitas maupun kuantitas agar bobot badan cepat
bertambah Murtidjo
1993. Pemeliharaan ekstensif yaitu pemeliharaan ternak yang dilepas di padang penggembalaan sepanjang hari mulai dari pagi sampai sore.
Padang penggembalaan dapat berupa rawa seperti yang diterapkan di Kalimantan Selatan Suryana 2007. Pemeliharaan semi intensif yaitu menyediakan padang
penggembalaan terbatas dengan memanfaatkan lahan tidak produktif, ternak dilepas pada siang hari dan sore atau malam hari dikandangkan.
2.1.5 Bobot Badan
Menurut Lendhanie 2005 kerbau lumpur pada umur 1 tahun beratnya mencapai 195-200 kg, sedangkan ketika berumur 3 tahun mencapai berat badan
400-500 kg. Menurut Herianti dan Pawarti 2009 bobot kerbau yang baru lahir yaitu 30-40 kg, sedangkan bobot umur 1.5-3 tahun berkisar antara 250-350 kg.
2. 2 CACING PARASITIK 2.2.1 Plathyhelminthes
2.2.2.1 Pembagian Plathyhelminthes
Platyhelminthes memiliki badan yang pipih, tidak memiliki rongga tubuh, dan biasanya bersifat hermaprodit. Plathyhelminthes terbagi dalam kelas
Trematoda, Cestoidea, dan Turbellaria Cheng 1973.
4
2.2.1.2 Kelas Trematoda
Cacing dewasa biasanya ovipar dan meletakkan telurnya pada uterus. Saat perkembangan telur, embrio cacing terdapat dalam suatu pyriform bersilia yang
disebut mirasidium. Mirasidium dibantu oleh silia menuju air. Kemudian mirasidium mencari siput yang cocok untuk melakukan perkembangan
selanjutnya. Mirasidium berkembang menjadi sporokista dalam jaringan lunak siput. Sporokista mengandung sejumlah sel germinal. Sel-sel tersebut berkembang
menjadi redia dan bermigrasi ke hepato-pankreas siput. Redia berkembang dari sel germinal menjadi serkaria Taylor et al. 2007. Serkaria merupakan cacing pipih
yang muda dengan ekor yang panjang. Serkaria berkembang menjadi metaserkaria dengan melepaskan ekornya dalam waktu satu jam. Kista metaserkaria berfungsi
memperpanjang kelangsungan hidupnya. Sewaktu diingesti oleh inang definitif, bagian luar dinding kista dipecah secara mekanik selama inang mengunyah.
Pecahnya kista menghasilkan larva dan langsung berpenetrasi pada usus dan bermigrasi pada tempat yang disukainya kemudian menjadi dewasa dalam
beberapa minggu Taylor et al. 2007. Siklus tersebut diilustrasikan secara jelas pada Gambar 2. Menurut keterangan Withlock 1960, cacing memiliki siklus
hidup yang bervariasi. Secara umum ada dua macam siklus yaitu siklus langsung dan tidak langsung. Siklus hidup langsung dilalui tanpa inang antara. Siklus tidak
langsung berarti parasit membutuhkan inang antara sebelum menginfeksi inang definitif. Trematoda memiliki siklus hidup tidak langsung.
2.2.1.3 Kelas Cestoidea
Kelas ini terdiri atas dua subkelas yaitu cestodaria dan cestoda. Subkelas cestoda merupakan cacing parasit pada hewan berdarah dingin, ternak domestik
bahkan manusia. Cacing ini terdiri atas dua ordo penting yaitu Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea. Ordo Cyclophyllidea sebagian besar bersifat parasitik pada
hewan berdarah panas. Cyclophillidea mempunyai siklus hidup tidak langsung sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3 Lapage 1962. Cestoda tidak memiliki
rongga badan dan semua organ tersimpan di dalam jaringan parenkim Lapage 1962. Selain itu, cestoda tidak memiliki saluran pencernaan, sehingga
makanannya akan langsung diserap oleh dinding tubuhnya. Cestoda memiliki bentuk tubuh seperti pita dan panjang tubuh mulai dari ukuran sentimeter sampai
beberapa meter. Tubuhnya bersegmen dan setiap segmen berisi satu atau dua set organ reproduksi jantan dan betina. Tubuhnya panjang, pipih, dan terdiri dari tiga
daerah, yaitu skoleks kepala, leher, dan badan atau strobila Taylor et al. 2007.
Bagian kepala memiliki 2 sampai 4 alat penghisap yang memiliki rostelum. Rostelum merupakan penonjolan yang berada pada kepala dan dilengkapi kait
untuk menempel pada dinding usus inang. Tepat di belakang skoleks terdapat leher pendek dari jaringan yang tidak mengalami diferensiasi, kemudian diikuti
strobila yang bersegmen Levine 1994.