Pengujian Papan Partikel .1 Pengujian Sifat Fisis

3.4 Pengujian Papan Partikel 3.4.1 Pengujian Sifat Fisis

3.4.1.1 Kerapatan

Contoh uji berukuran 10 x 10 cm cm ditimbang dengan timbangan elektrik dan dicatat sebagai berat awal BA. Panjang p, lebar l dan tebal t contoh uji diukur dengan menggunakan kaliper. Volume dihitung volumenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1 V = p x l x t …………….……………………..1 Keterangan : V = volume cm 3 p = panjang cm l = lebar cm t = tebal cm Kerapatan diperoleh dengan rumus sebagai berikut : 2 …………………………………………..2 Keterangan : ρ = kerapatan gcm 3 m = BKT contoh uji Berat Kering Tanurg v = volume contoh uji cm 3

3.4.1.2 Kadar Air

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menimbang berat awal BA contoh uji, kemudian dioven dalam suhu 103±2 C selama 24 jam. Setelah beratnya diperkirakan konstan, contoh uji tersebut ditimbang dan dicatat sebagai BKT. Nilai kadar air dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : 3 ………….…………….3 Keterangan : KA = kadar air BA = berat awal g BKT = berat kering tanur g

3.4.1.3 Daya Serap Air

Contoh uji yang digunakan dalam pengujian daya serap air sama seperti contoh uji yang digunakan pada pengujian sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan cara mengukur berat sebelum B1 dan sesudah B2 direndam selama 2 jam, 24 jam dan 48 jam. Nilai daya serap air dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : 4 ……………………………4 Keterangan : WA = pengembangan tebal Water Absorption B1 = tebal sebelum direndam cm B2 = tebal setelah direndam g

3.4.1.4 Pengembangan Tebal

Pengujian TS Thickness Swelling dilakukan dengan cara mengukur tebal contoh uji sebelum T1 dan sesudah T2 direndam selama 2 jam, 24 jam dan 48 jam. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper pada bagian tengah contoh uji. Besarnya pengembangan tebal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 5 ………….……………5 Keterangan : TS = pengembangan tebal T1 = tebal sebelum direndam cm T2 = tebal setelah direndam g 3.4.2 Pengujian Sifat Mekanis 3.4.2.1 Modulus Lentur MOE Modulus of Elasticity Pengujian MOE ini menggunakan UTM Instron. Dimensi contoh uji panjang, lebar, dan tebal diukur menggunakan kaliper. Panjang bentang yang digunakan adalah 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 7,5 cm. Pengujian ini menggunakan one point loading atau satu pembebanan pada titik di tengah dari panjang contoh uji. Pembebanan dilakukan sampai batas titik elastis contoh uji tersebut. Nilai MOE diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 6 ………………………………….6 Keterangan : MOE = keteguhan lentur kgcm 2 ΔP = selisih beban kg L = panjang bentang cm Δy = perubahan defleksi cm b = lebar contoh uji cm h = tebal contoh uji cm

3.4.2.2 Modulus Patah MOR Modulus of Rupture

Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian MOE. Namun pada pengujian ini pembebanan dilakukan sampai contoh uji tersebut rusak. Hal ini dilakukan agar diperoleh nilai beban maksimum yang mampu diterima oleh contoh uji Pmax. Nilai MOR dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : 7 ……………….………………..7 Keterangan : MOR = keteguhan patah kgcm 2 Pmax = beban maksimum kg L = panjang bentang cm b = lebar contoh uji cm h = tebal contoh uji cm Beban P S h G L 1 L 2 G L Gambar 3 Pengujian MOE dan MOR Keterangan : P : posisi dan arah pembebanan S : contoh uji h : tebal contoh uji cm G : penyangga contoh uji L : jarak sangga contoh uji L 1 ,L 2 : jarak sangga dari titik sangga ke titik pembebanan cm

3.4.2.3 Keteguhan Rekat IB Internal Bond

Pengujian ini menggunakan contoh uji dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm. Pengujian keteguhan rekat ini dilakukan dengan menggunakan mesin UTM dimana contoh uji ditarik hingga rusak. Nilai kekuatan geser sendiri dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : 8 ………………………………………8 Keterangan : σ = kekuatan geser kgcm 2 Pmax = beban maksimum kg A = luas bidang Gambar 4 Skestsa Pengujian Internal Bond

3.4.2.4 Kuat Pegang Sekrup

Contoh uji berukuran 10cm x 5cm dan sekrup yang digunakan berdiameter 2,7 mm, panjang 16 mm dimasukkan hingga mencapai kedalaman 8 mm. nilai kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai dalam kilogram kg.

3.4.2.5 Analisis Data dan Rancangan Percobaan

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis faktorial 4 x 2 dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial RAL dengan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor jenis kayu tediri dari jabon, sungkai, mangium dan campuran, sedangkan faktor target kerapatan yang digunakan adalah 0,6 kgcm 3 dan 0,8 kgcm 3 . Model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut: = + + + + Keterangan: = Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor α, taraf ke-j faktor β. = Nilai rata-rata sebenarnya. = Pengaruh faktor jenis kayu taraf ke- i. = Pengaruh perlakuan target kerapatan taraf ke-j. = Pengaruh interaksi dari unit percobaan antara jenis kayu ke-i, dan Target kerapatan ke-j. Blok kecil Contoh Uji Blok kecil = Nilai galat kesalahan percobaan dari jenis kayu ke-i, target kerapatan ke-j pada ulangan ke-k. = Jenis Kayu jabon, sungkai, mangium dan campuran. = Jenis Perlakuan target kerapatan. = Ulangan 1, 2, dan 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor perlakuan terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel yang dibuat maka dilakukan analisis sidik ragam atau analysis of variance ANOVA yang menggunakan program SAS 9.1. Adapaun kaidah keputusan yang digunakan untuk menentukan perbedaannya yaitu : 1. Apabila PrF signifikasi kurang dari 0,05 maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisis mekanis papan partikel pada selang kepercayaan 95. 2. Apabila PrF signifikasi lebih dari 0,05, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata pada sifat fisis mekanis papan pada selang kepercayaan 95. Uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test DMRT berguna untuk menunjukkan nilai masing-masing contoh uji yang berada pada wilayah Duncan tertentu. Nilai sifat fisis dan mekanis yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar JIS A 5908-2003. Selain menggunakan software SAS 9.1 Pengolahan data juga dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN