Ciri lainnya adalah bunga dalam kedudukan malai, cabangnya lebar-lebar dan letaknya berpasangan, panjang 20 - 40 cm. Bunga letaknya hampir duduk,
kelopak bunga agak tertutup rapat dan berbulu. Ukurannya ½ mm – 2 mm,
warnanya hijau pada pangkal Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1994. Sungkai sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai, sekai
termasuk kedalam famili Verbenaceae. Pohon sungkai tersebar di daerah Jambi, Bengkulu, Sumatera bagian Selatan dan Barat, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Tengah. Tempat tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C, pada tanah kering atau sedikit basah dengan
ketinggian sampai 600 m diatas permukaan laut. Tinggi pohon mencapai 20 – 30
m panjang batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh
bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda.
Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat Martawijaya et al. 1989.
Kegunaan kayu sungkai cocok untuk rangka atap, karena ringan dan cukup kuat. Selain itu dipakai juga untuk tiang rumah dan bangunan jembatan. Garis-
garis indah mungkin baik untuk vinir mewah, kabinet dan sebagainya. Kayunya mempunyai berat jenis 0,62 dan termasuk kelas kuat II
– III serta kelas awet III. Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret
– Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir Martawijaya et al. 1989.
2.3 Akasia Mangium Acacia Mangium Wild.
Menurut booklet Dinas Pertanian kota Palembang 2008 Klasifikasi taksonomi
dari kayu mangium, sebagai berikut :
Kingdom : Plantae tumbuhan
Subkingdom : Tracheobionta berpembuluh
Superdivisio : Spermatophyta menghasilkan biji
Divisio : Magnoliophyta berbunga
Kelas : Dicotyledoneae berkeping duadikotil
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Familia : Leguminosae
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium Wild.
Booklet ini juga menyatakan bahwa mangium dapat tumbuh baik pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah Alluvial serta tanah yang memiliki pH
rendah 4,2. Tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 m dpl, dengan curah hujan bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang
cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis A mangium sangat membutuhkan sinar matahari, apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan
bentuk tinggi dan kurus. Ginoga 1997 menyatakan bahwa kayu mangium termasuk jenis kayu cepat
tumbuh fast growing species yang mempunyai batas lingkaran tumbuh yang jelas pada bagian terasnya dengan lebar 1
– 2 cm. Hal ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhannya yang cepat serta adanya kayu muda juvenile wood.
Dengan demikian diduga lingkaran tumbuh pada kayu mangium tidak berkorelasi dengan kerapatan. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23
meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 - 3 meter dengan hasil produksi 415 m
3
ha atau rata-rata 46 m
3
hatahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27 cm serta hasil
produksi rata-rata 20 m
3
hatahun.
Tabel 1 Berat jenis dan kadar air kayu mangium Acacia mangium Wild. menurut umur tanaman.
Umur th
BJ basah BJ ku
BJ ko KA
Rata- rata
S Kisaran
Rata- rata
S Kisaran
Rata- rata
S Kisara
n Basa
h Ku
10 0,95
0,16 1
0,92- 0,98
0,52 0,08
7 0,50-
0,54 0,42
0,06 5
0,41- 0,44
125, 4
18, 9
0,90 0,16
2 0,86-
0,93 0,51
0,09 2
0,49- 0,53
0,42 0,08
0,40- 0,44
112, 9
16, 4
7 0,84
0,16 3
0,80- 0,92
0,50 0,07
2 0,49-
0,52 0,41
0,06 1
0,40- 0,43
98,8 6
18, 5
0,86 0,16
5 0,82-
0,90 0,49
0,05 9
0,48- 0,51
0,41 0,04
8 0,40-
0,42 111,
1 17,
6 4
0,79 0,16
7 0,75-
0,82 0,47
0,04 8
0,46- 0,48
0,38 0,40
0,37- 0,39
99,9 18,
8
Sumber : Ginoga 1997 Keterangan : S = Simpangan baku; ku = kering udara; ko =
kering oven
Berdasarkan berat jenis, keteguhan lentur statis dan tekan sejajar arah serat, maka kayu mangium termasuk kelas kuat II
– III. Kayu mangium dari hutan tanaman asal Jawa Barat relatif memiliki sifat keawetan lebih buruk kelas awet
II – III dibanding kayu mangium dari hutan alam asal Maluku.
Kayu mangium Acacia mangium Wild. adalah tanaman asli yang banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini pada
mulanya dikembangkan eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan Serawak. Karena menunjukkan pertumbuhan yang baik
maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai hutan tanaman. Di Indonesia sejak dicanangkan pembangunan HTI pada tahun 1984, kayu mangium telah
dipilih sebagai salah satu jenis favorit untuk ditanam di areal HTI Malik et al 2007.
Berdasarkan sifat mekanis yang dimilikinya, kayu mangium dapat digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, mebel dan barang kerajinan. Produk yang telah
dibuat dari kayu mangium ini adalah kusen jendela, rangka daun jendela dan penyekat ruangan lumber sharing.
Tabel 2 Sifat fisis dan mekanis dari ketiga jenis bahan baku di atas
N o.
Jenis Kerapatan
MOE x1000
MOR Geser
R Geser
T Kelas
Kuat Kelas
Awet 1
Akasia Acacia mangium Willd.
0.446-0.577 113
942 61.4
70.5 III
III-IV 2
Jabon Anthocephalus cadamba Roxb.
0.42 0.29-0.56 68
691 48.4
59.1 III-IV
IV-V 3
Sungkai Peronema canescens Jack.
0.63 0.52-0.73 101
683 62
67.8 II-III
III
Sumber : Martawijaya et al. 1989; Martawijaya et al., 2005; Oey 1991
2.4 Papan Partikel