yang  merepresentasikan  terjadinya  rasisme  akan  dikelompokkan  menjadi  4  kategori dalam kaitannya dengan rasisme, yaitu:
1. Prasangka rasial
2. Stereotipe berdasarkan ras
3. Diskriminasi rasial
4. Kekerasan rasial
Proses  interpretasi  makna,  dilakukan  melalui  dua  aspek,  yaitu  aspek  sosial  dan aspek  sinematografi.  Aspek  sosial  ini  akan  menjelaskan  adegan  apa  saja  dalam  film
ditinjau  dari  aspek  sosial  yang  merepresentasikan  adanya  rasisme.  Dalam  aspek sinematografi,  film  akan  dikaji  berdasarkan  kaidah-kaidah  sinematografi,  apa  saja  yang
menggambarkan terjadinya rasisme. Dari kedua aspek inilah akan dikaji secara denotatif dan  konotatif  sehingga  proses  pemaknaannya  akan  lebih  mendalam  dan  didapat  tema
tentang rasisme. Kemudian dilakukan analisis mitos terhadap tema rasisme dalam scene tersebut. Berikut analisis terjadinya rasisme dalam film Crash:
A. Judul sebagai simbol
TC 00:02:46 – 00:03:39 Disc 1
Gambar 1 Makna Denotasi
Sebelum membahas lebih jauh tentang isi dari film ini, akan dibahas mengenai hal yang melatarbelakangi judul yang dipergunakan. Judul memberi gambaran mengenai isi
cerita. Pemilihan kata “Crash” memiliki arti benturan.
Pemilihan judul  “Crash” juga memiliki artian penting, yang langsung ditekankan dalam adegan pembuka film, yaitu dalam dialog yang terjadi antara Graham dan Ria saat
mereka  berada  di  dalam  mobil  yang  berada  di  tengah-tengah  terjadinya  tabrakan beruntun sebagai berikut:
Graham  : that the sense of touch. rasa dalam sentuhan
Ria : what?
apa? Graham  :  in  every  city  that  you  walk,  you  know?  You  brush  past  people.  People
bumping  to  you.  In  L.A  no  body  touches  you.  We’re  always  behind  this middle in glass. I think we miss that touch so much. Then we crash in each
other just so we can feel something.
di  setiap  kota  yang  kau  masuki,  kau  tahu?  Kau  menyerempet  orang.  Orang menabrakmu.  Di  L.A  tidak  ada  yang  menyentuhmu.  Kita  selalu  berada
dibalik kaca ini. Aku rasa kita sangat merindukan sentuhan itu. Sehingga kita membenturkan
diri kita satu sama lain, agar kita bisa merasakan sesuatu Polisi
: your guys oke? kalian tidak apa-apa?
Ria : I think he beated his head
aku rasa dia terpukul di kepala Adegan  ini  diambil  dengan  latar  fade  to  black  dengan  voice  over  VO  suara
Graham  dan  Ria.  Baru  ketika  Graham  sampai  pada  kata-kata  “In  L.A  no  body  touches you”
gambar    fade  in  dan  perlahan  diperlihatkan  sosok  Graham  yang  berada  di  dalam mobil dengan teknik pengambilan gambar close up pada raut wajahnya dan pencahayaan
low key lighting dengan arah side lighting.
Makna Konotasi
Adegan pembuka film diawali dengan voice over Graham, yang berbicara dengan Ria  yang  merupakan  partner  kerja  sekaligus  kekasihnya.  Graham  mengatakan  apa  yang
dia  rasakan  selama  dia  berada  di  Los  Angeles.  Komposisi  antara  teknik  pengambilan gambar  secara  close  up  dengan  menggunakan  efek  fade  in  serta  tata  pencahayaan  side
lighting mampu  memberikan  gambaran  suasana  suram  dan  menunjukkan  ekspresi
Graham yang letih dan memendam permasalahan Pratista, 2008: 76. Dari  serangkaian  adegan  dalam  scene  tersebut,  Haggis  ingin  menekankan
permasalahan yang terjadi di Los Angeles dalam dialog Graham, “In every city that you walk, you know? You brush past people. People bumping to you. In L.A no body touches
you. We’re always behind this middle in glass. I think we miss that touch so much. Then
we crash in each other just so we can feel something.”
Kalimat  tersebut  menggambarkan  bahwa  orang-orang  di  L.A  selalu  sibuk  dan memiliki tingkat mobilitas tinggi. Jika pun keluar mereka berada di balik kemudi mobil
mereka, sehingga mereka jarang berinteraksi satu sama lain. Hal ini menjadikan mereka tidak mengenal satu sama lain, sehingga muncul berbagai prasangka, penilaian negative
yang  terkadang  berujung  pada  berbagai  bentuk  pelanggaran.  Dan  mereka  baru  akan mengenal  satu  sama  lain  dengan  membenturkan  atau  menabrakkan  diri  satu  sama  lain.
Benturan ini bukan hanya bersifat harfiah, yang melukai fisik, tapi benturan-benturan ini dapat berupa benturan secara psikologis  yang dapat pula menimbulkan luka baik secara
fisik  maupun  psikis.  Dan  benturan  inilah  yang  menjadi  akar  dari  segala  permasalahan dalam film ini. Maka, sejak awal Haggis sengaja memberi bingkai pada penonton tentang
inti dari cerita yang akan disajikan melalui judul dari film ini. Sebagai  daerah  yang  angka  populasinya  digolongkan  padat,  dengan  jumlah
penduduk  lebih  dari  33,9  juta  jiwa  yang  terdiri  dari  berbagai  keturunan,  Los  Angeles memang  menghadapi  berbagai  permasalahan,  termasuk  persoalan  rasial.  Tingkat
kejahatan di kota ini pun termasuk tinggi.  LA Times mencatat kini ada sekitar 100 ribu anggota geng jalanan dari sekitar 1300 geng di Los Angeles, Ventura dan San Bernadino.
Geng-geng  ini  bertanggungjawab  menghilangkan  nyawa  sekitar  3100  orang  pertahun sejak  1999.  Jumlah  geng  di  kota  ini  bertumbuh  enam  kali  lebih  banyak  dibandingkan
daerah  Amerika  lainnya  dalam  25  tahun  terakhir.  Belum  lagi  permasalahan  rasial  lain, misalnya  sehubungan  dengan  terjadinya  peristiwa  11  September  yang  hingga  kini
mengakibatkan  kehidupan  umat  muslim  di  sana  menjadi  tidak  tenang  karena  terus mendapatkan
pengawasan secara
ketat oleh
FBI http:myartikel.wordpress.com20090303.
B. Rasisme dalam film Crash