12
Tabel 1. Dosis Perlakuan Pupuk Organik “PhOSta” dan Pupuk Mineral Perlakuan
PhOSta Urea SP36 KCl
……..…………….gplot 6 m2…………………… KONTROL
0 P + 13 STD 0 P + 23 STD
0 P + 1 STD 1 P + 0 STD
1 P + 13 STD 1 P + 23 STD
2 P + 0 STD 2 P + 13 STD
2 P + 23 STD 3 P + 0 STD
250 250
250 500
500 500
750 35
70 100
35 70
35 70
50 100
150 50
100 50
100 17.5
35 50
17.5 35
17.5 35
Keterangan : P = “PhOSta” STD = Pupuk mineral dengan dosis standar dosis pupuk yang biasa digunakan oleh
petani
Variabel yang diamati pada percobaan ini adalah bobot basah Caisin contoh, bobot basah Caisin per petak, bobot kering Caisin per petak, bobot kering
Caisin contoh, serapan hara N, P, dan K, dan perhitungan RAE. Data disidik ragam dan apabila berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji
Duncan Duncan’s multiple Range Test ,DMRT - pada taraf 5 . Rumus RAE yang digunakan adalah sebagai berikut :
RAE
P P
– P K
P S
– P K
x 100
3.4. Pelaksanaan Persiapan Tanah
Persiapan lahan dilakukan 1 mingggu sebelum penanaman yaitu dengan cara pembuatan bedengan. Ukuran bedengan 1.25 x 5 m dengan ketinggian
25 cm. Jarak antar bedengan sebesar 40 cm.
Pembibitan
Pembibitan atau penyemaian benih dilakukan di trai semai. Bibit Caisin yang digunakan adalah hasil persemaian benih Caisim varietas Tosakan yang
telah memiliki empat daun atau berumur 21 hari setelah semai.
13
Penanaman
Tanah dibasahi terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, setiap bedengan terdiri dari
5 jalur tanam. Pupuk organik “Phosta” diaplikasikan terlebih dahulu sesuai dengan perlakuan. Penanaman dilakukan pada sore hari dilakukan sebanyak dua
bibit per lubang. Pupuk mineral diberikan setelah tanam selesai dan perlakuan diberikan di dalam alur. Bibit yang sudah ditanam dinaungi dengan batang pisang
untuk melindungi bibit Caisin dari sinar matahari sebelum bibit Caisin mulai tumbuh, dan dibuka dua hari setelah penanaman. Penyulaman Caisin dilakukan
pada umur satu minggu setelah tanam. Penyulaman menggunakan bibit yang berasal dari penyemaian yang sama.
Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk organik “PhOSta” dan pupuk mineral dilakukan satu kali yaitu pada saat penanaman. Pupuk mineral diberikan setelah bibit Caisin
selesai ditanam, pemberiannya dilakukan di dalam alur sesuai dengan dosis perlakuan Tabel 2.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiangan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma
yang tumbuh disekitar Caisin. Penyiraman dilakukan setiap hari bila tidak ada hujan dengan cara penggenangan. Pengendalian hama dilakukan apabila
diperlukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol
Tanah lokasi percobaan berjenis Latosol. Latosol merupakan salah satu jenis tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian. Hasil analisis kimia Latosol Darmaga disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia Latosol Darmaga
Analisis Nilai
Kriteria PPT 1983 pH H
2
O 1:1 C-organik
N-total Nisbah CN
P-tersedia ppm Ca-dd me100g
Mg-dd me100g K-dd me100g
Na-dd m100g KTK me100g
KB Al-dd me100g
H-dd me100g 5.50
1.16 0.12
9.66
16.80 10.59
3.34 0.47
0.39
17.58 84.13
tr 0.08
Masam Rendah
Rendah Rendah
Sedang Tinggi
Tinggi Sedang
Sedang Sedang
Sangat Tinggi
Keterangan : tr = Tidak terukur
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah secara umum PPT, 1983 pada Lampiran 1, Latosol Darmaga mempunyai: Ca-dd dan Mg-dd
tergolong tinggi, kejenuhan basa tergolong sangat tinggi, namun K-dd, Na-dd, KTK dan P-tersedia tergolong sedang, C-organik, N-total, dan Nisbah CN
tergolong rendah, serta kemasaman tanah pH termasuk masam. Berdasarkan karakteristik tersebut lahan percobaan dapat dimasukkan golongan tanah dengan
tingkat kesuburan rendah. Oleh karena itu, pemupukan baik pupuk organik maupun pupuk anorganik sangat dianjurkan.
Rendahnya kandungan hara pada Latosol Darmaga disebabkan tanah tersebut telah mengalami pelapukan lanjut, dan terjadi pencucian basa - basa
akibat curah hujan yang tinggi. Resiko yang ditanggung oleh petani untuk
15
menggunakan Latosol dengan tingkat kesuburan yang rendah sebagai lahan usaha yaitu akan mengeluarkan biaya lebih besar seperti pemakaian pupuk dan kapur
dengan dosis lebih tinggi. Pemberian pupuk bertujuan untuk menambah ketersediaan hara dalam tanah, sedangkan pengapuran bertujuan untuk menaikkan
pH tanah sehingga unsur hara mudah diserap tanaman Soepardi 1983,
4.2. Bobot Basah Caisin per Petak, Bobot Kering Caisin per Petak, Bobot Basah Caisin Contoh, Bobot Kering Caisin Contoh serta Bobot Akar
Basah Caisin per Petak Data bobot basah Caisin contoh dan Caisin per petak, bobot kering
Caisin contoh, dan Caisin per petak, serta bobot basah akar Caisin per petak disajikan dalam Lampiran 3. Hasil analisis ragam bobot basah Caisin contoh dan
Caisin per petak, bobot kering Caisin contoh, dan Caisin per petak, serta bobot basah akar Caisin per petak disajikan dalam Lampiran 12, 10, 13, 11, dan 14.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik “PhOSta” dan pupuk mineral berpengaruh nyata pada bobot basah Caisin per
petak, bobot kering Caisin per petak, bobot basah Caisin contoh bobot, kering Caisin contoh, dan bobot basah akar Caisin per petak. Hasil analisis lanjut bobot
basah Caisin contoh, bobot kering Caisin contoh, bobot basah Caisin per petak, bobot kering Caisin per petak, serta bobot akar basah Caisin per petak ditampilkan
dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada parameter bobot basah Caisin per
petak dan bobot kering Caisin per petak, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan perlakuan 0 P + 13 STD, 0 P + 23 STD, 0 P + 1 STD, 1 P + 13 STD,
1 P + 23 STD, 2 P + 13 STD, 2 P + 23 STD dan tidak berbeda nyata dengan 1 P + 0 STD, 2 P + 0 STD, dan 3 P + 0 STD. Untuk parameter bobot akar basah
Caisin per petak, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan 0 P + 13 STD, 0 P + 23 STD, 0 P + 1 STD, 1 P + 13 STD, dan tidak berbeda nyata dengan
1 P + 0 STD, 1 P + 23 STD, 2 P + 0 STD, 2 P + 13 STD, 2 P + 23 STD, dan 3 P + 0 STD.
16
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik “PhOSta” dan Pupuk Mineral Terhadap Bobot Basah, Bobot Kering, dan Bobot Akar Basah Caisin
per Petak
Perlakuan Bobot Basah
Caisin per petak Bobot Kering
Caisin per Petak Bobot Akar Basah
Caisin per Petak ...................................g6m
2
................................ KONTROL
0 P + 13 STD 0 P + 23 STD
0 P + 1 STD 1 P + 0 STD
1 P + 13 STD 1 P + 23 STD
2 P + 0 STD 2 P + 13 STD
2 P + 23 STD 3 P + 0 STD
1914 b 5008 a
5555 a 7180 a
2341 b 5283 a
5853 a 1560 b
4827 a 5600 a
2328 b 157.22 b
433.66 a 400.85 a
616.48 a 193.95 b
431.51 a 474.67 a
121.34 b 401.07 a
542.40 a 177.34 b
220.79 c 645.39 a
555.07 ab 557.60 ab
200.96 c 496.11 ab
379.91 bc 206.36 c
337.44 bc 358.63 bc
207.39 c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5 dengan Uji Wilayah Berganda Duncan
P = Pupuk organik “Phosta” STD = Pupuk mineral dengan dosis standar dosis pupuk yang biasa dipakai oleh
Petani
Berdasarkan hasil uji lanjut bobot basah Caisin per petak, bobot kering Caisin per petak, dan bobot akar basah Caisin per petak, pemberian pupuk organik
“PhOSta” dan pupuk mineral menunjukkan terjadinya peningkatan dibandingkan kontrol pada perlakuan 3 P + 0 STD, 1 P + 0 STD, 2 P + 13 STD, 0 P + 13 STD,
1 P + 13 STD, 0 P + 23 STD, 2 P + 23 STD, 1 P + 23 STD, dan 0 P + 1 STD. Nilai tertinggi baik pada variabel bobot basah, bobot kering dan bobot akar basah
Caisin per petak adalah perlakuan standar 0 P + 1 STD secara berturut-turut sebesar 5266 g6m
2
, 459.26 g6m
2
, dan 336.9 g6m
2
. Sementara perlakuan yang menunjukkan penurunan nilai pada variabel bobot basah dan bobot kering Caisin
per petak terdapat pada perlakuan 2 P + 0 STD dengan nilai 354 g6m
2
, dan 35.88. g6m
2
, sedangkan pada variabel bobot akar basah Caisin per petak, yang menunjukkan penurunan nilai terdapat pada perlakuan 1 P + 0 STD dengan nilai
19.83 g6m
2
. Perlakuan standar 0 P + 1 STD pada variabel bobot basah, bobot kering dan bobot akar basah Caisin per petak menunjukkan perlakuan yang paling
baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.
17
Untuk variabel bobot basah Caisin contoh Tabel 4, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan 0 P + 13 STD, 0 P + 23 STD, 0 P + 1 STD,
1 P + 13 STD, 1 P + 23 STD, 2 P + 13 STD, 2 P + 23 STD dan tidak berbeda nyata dengan 1P + 0 STD, 2P + 0 STD, dan 3 P + 0 STD. Untuk variabel bobot
kering Caisin contoh, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan 0 P + 13 STD, 0 P + 1 STD, 1 P + 13 STD, 1 P + 23 STD, 2 P + 13 STD, 2 P + 23 STD dan
tidak berbeda nyata dengan 0 P + 23 STD, 1 P + 0 STD, 2 P + 0 STD, 3 P + 0 STD. Sedangkan perlakuan 0 P + 23 STD, 1 P + 0 STD, 2 P + 0 STD,
3 P + 0 STD saling tidak berbeda nyata dengan 0 P + 13 STD, 0 P + 1 STD, 1 P + 13 STD, 1 P + 23 STD, 2 P + 13 STD, 2 P + 23 STD.
Berdasarkan hasil uji lanjut bobot basah Caisin contoh dan bobot kering Caisin contoh, pemberian pupuk organik “PhOSta” dan pupuk mineral
menunjukkan terjadi peningkatan pada perlakuan 0 P + 13 STD, 0 P + 23 STD, 0 P + 1 STD, 1 P + 0 STD, 1 P + 13 STD, 1 P + 23 STD, 2 P + 13 STD,
2 P + 23 STD, dan 3 P + 0 STD dibandingkan dengan kontrol. Nilai tertinggi untuk variabel bobot basah Caisin contoh dan bobot kering Caisin terdapat pada
perlakuan 1 P + 0 STD secara berturut-turut sebesar 915.7 g6m
2
dan 87.93 g6m
2
. Sementara yang menunjukkan penurunan bobot basah Caisin contoh dan bobot
kering Caisin contoh terdapat pada perlakuan 2 P + 0 STD dengan nilai 21.3 g6m
2
dan 1.92 g6m
2
. Perlakuan standar 0 P + 1 STD pada variabel bobot basah Caisin contoh dan bobot kering Caisin contoh menunjukkan perlakuan yang
paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa gabungan pupuk organik “PhOSta”
dan pupuk mineral pada perlakuan 1 P + 13 STD, 1 P + 23 STD, 2 P + 13 STD, dan 2 P + 23 STD tidak memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan
dengan dengan perlakuan standar 0 P + 1 STD. Hal tersebut diduga karena kandungan hara pada gabungan pupuk tersebut belum mencukupi kebutuhan hara
Caisin melihat potensisifat lahan percobaan yang rendah. Pada perlakuan standar 0 P + 1 STD, jumlah hara mineral yang diberikan lebih tinggi dibandingkan
perlakuan yang lain, akibatnya hasil yang diberikan juga akan lebih tinggi
18
dibandingkan perlakuan yang lain. Menurut Lingga 1995 respon tanaman akan meningkat jika pemberian pupuk sesuai dengan dosis dan cara yang tepat.
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik “PhOSta” dan Pupuk Mineral terhadap Bobot Basah Caisin Contoh dan Bobot Kering Caisin Contoh
Perlakuan Bobot Basah Caisin Contoh
Bobot Kering Caisin Contoh ................................... g6m
2
................................ KONTROL
0 P + 13 STD 0 P + 23 STD
0 P + 1 STD 1 P + 0 STD
1 P + 13 STD 1 P + 23 STD
2 P + 0 STD 2 P + 13 STD
2 P + 23 STD 3 P + 0 STD
381.0 d 925.0 abc
904.7 abc 1296.7 a
482.7 cd 866.3 bc
836.3 bc
359.7 d 927.0 abc
1066.7 ab 403.0 d
30.72 e 77.59 bc
68.96 bcde 118.65 a
40.09 cde 72.94 bcd
72.48 bcd
28.80 e 79.07 bc
108.98 ab 31.94 de
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5 dengan Uji Wilayah Berganda Duncan
P = Pupuk organik “PhOSta” STD = Pupuk mineral dengan dosis standar dosis pupuk yang biasa dipakai oleh
Petani
4.3. Kadar dan Serapan N, P, dan K Caisin