Caisin Pengaruh Pupuk Organik “PhOSta” dan Pupuk Mineral Terhadap Produksi dan Serapan Hara Caisin pada Latosol Darmaga

9 teknis dan proses pembuatan pupuk dengan bentuk, ukuran, kadar hara, atau spesifikasi tertentu yang dapat menghasilkan reaktivitas ataupun efektifitas sesuai dengan yang dikehendaki Marsono, 2001. Dengan kata lain, teknologi pengembangan produksi pupuk hendaknya mengacu pada kecukupan hara tanaman dan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen saat ini. Pengembangan teknologi pemupukan harus mengacu kepada kecukupan hara tanaman dan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen. Pupuk organik “PhOSta” merupakan salah satu pupuk alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara kimia dan organik tanaman. Penggunaan pupuk organik “PhOSta” juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, selain itu dapat mengurangi pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian dosis pupuk konvensional berlebihan.

2.4. Caisin

Brassica chinensis Dalam sistem klasifikasi tumbuhan Caisin Brassica chinensis tergolong ke dalam kingdom Viridiplantae, divisi Spermatophyte, sub divisi Angiospermae, class Dicotyledonae, Ordo Brassicales, famili BrassicaceaeCruciferae, genus Brassicae, Spesies Brassica chinensis Rubatzky dan Yamaguchi, 1998. Susunan tubuh Caisin pada dasarnya terdiri atas akar, batang, bunga, buah, dan biji. Tangkai daunnya panjang, dan berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Caisin tergolong tanaman herbal semusim dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Tanaman ini berakar tunggang dengan tinggi tanaman berkisar 20 cm – 60 cm. Diameter batang kurang dari 1 cm dan termasuk kecil dibandingkan dengan tanaman Brassica lainnya. Caisin berbunga majemuk tandan terminal, memanjang pada saat pembuahan. Kelopak berwarna coklat muda hingga kuning cerah dan berjumlah empat buah dengan diameter 9 mm. Mahkota seperti bola dengan jumlah benang sari enam. Bentuk buah ramping dan panjangnya mencapai 5 cm mengandung 10 - 20 biji. Bentuk biji bulat berdiameter 1 mm, permukaannya licin atau halus dengan garis yang tidak nyata Opena dan Tay, 1994. Menurut Rubatzky dan Yamaguci 1998, kandungan gizi untuk setiap 100 g berat segar adalah protein 1.2 g, lemak 10 0.2 g, karbohidrat 1.2 g, vitamin A 5800 IU, vitamin B1 0.04 mg, vitamin B2 0.07mg, Fe 2.0 mg, Mg 27 mg, P 37 mg, K 180 mg, dan Na 100 mg. Caisin tumbuh pada ketinggian dari 5 - 4000 m diatas permukaan laut, sehingga dapat ditanam pada dataran tinggi dan dataran rendah dengan tanah yang banyak mengandung bahan organik dan mempunyai pH 6 - 7. Tanah yang sesuai untuk caisin adalah tanah yang bertekstur lempung berliat, remah, gembur, dan kaya bahan organik. Di Indonesia, Caisin merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung Haryanto, et al 2006. Sayuran ini banyak diusahakan oleh petani karena disamping sangat digemari oleh masyarakat juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik. Soeseno, 1999 menyatakan bahwa salah satu jenis sayuran daun yang banyak digemari masyarakat adalah Caisin atau disebut juga Sawi bakso karena biasanya dikonsumsi sebagai sayuran pelengkap bakso. Kebutuhan Caisin dalam negeri saat ini masih besar karena Caisin termasuk sebagai bahan pokok maupun bahan pelengkap dalam pembuatan makanan. III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian