8
3246.0ppm, 382.0ppm, 565.0ppm, 704.0ppm, 145.2ppm, 0.26ppm, 0.18ppm, 0.36 ppm. Kandungan unsur As dan Hg sangat rendah sehingga tidak terdeteksi.
Kamasaman pH pupuk dan kadar airnya juga tergolong tinggi yaitu sebesar 7.2 dan 18.26.
2.3. Efisiensi Pemupukan
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, efisiensi pupuk adalah persentase perbandingan jumlah hara yang diserap dengan jumlah hara yang
ditambahkan. Efisiensi disini memperhitungkan efisiensi hara yang berasal dari pupuk yang masuk ke tanaman, tanpa melihat respon tanaman akibat pemupukan.
Dalam definisi lain efisiensi pupuk adalah sejauh mana tanaman dapat memanfaatkan unsur hara yang telah diserap untuk berproduksi lebih tinggi tanpa
menambah hara yang diperlukan atau jumlah hara yang diserap terhadap jumlah hara yang ditambahkan kali seratus persen. Efisiensi disini mementingkan respon
tanaman akibat pemupukan, karena lebih condong kepada efisiensi berproduksi tinggi yang dipakai dalam sistem pertanian. Usaha yang dapat digunakan untuk
meningkatan efisiensi penggunaan pupuk yaitu: uji tanah, pengapuran, penempatan pupuk, waktu pemupukan penggunaan legum, penggunaan pupuk
kandang, dan pengelolaan lainnya seperti seleksi varietas, pengendalian hama penyakit dan gulma, penentuan dan pengaturan waktu dan pola tanaman,
pengaruh rotasi tanaman, pengairan dan sebagainya. Menurut Santi 2007 efisiensi pemupukan dapat ditempuh dengan
melakukan dua pendekatan, yaitu i peningkatan kesuburan tanah dan ii modifikasi produk pupuk yang lebih efisien. Pedekatan pertama ditempuh melalui
usaha peningkatatan daya dukung tanah dengan input hayati, baik berupa bahan organik maupun mikroorganisme. Dengan meningkatnya kesuburan tanah,
efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman dapat diperoleh. Pendekatan kedua lebih menekankan kepada dosis aplikasi dapat dikurangi karena efektifitas produk
pupuknya ditingkatkan dan atau ongkos produksinya dapat dikurangi. Usaha efisiensi pemupukan dalam praktek dapat ditempuh dengan
beberapa cara, diantaranya adalah perbaikan sifat pupuk. Upaya ini meliputi
9
teknis dan proses pembuatan pupuk dengan bentuk, ukuran, kadar hara, atau spesifikasi tertentu yang dapat menghasilkan reaktivitas ataupun efektifitas sesuai
dengan yang dikehendaki Marsono, 2001. Dengan kata lain, teknologi pengembangan produksi pupuk hendaknya mengacu pada kecukupan hara
tanaman dan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen saat ini. Pengembangan teknologi pemupukan harus mengacu kepada kecukupan
hara tanaman dan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen. Pupuk organik “PhOSta” merupakan salah satu pupuk alternatif yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hara kimia dan organik tanaman. Penggunaan pupuk organik “PhOSta” juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk, selain itu dapat mengurangi pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian dosis pupuk konvensional berlebihan.
2.4. Caisin