I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan yang dijumpai di Indonesia secara umum didominasi oleh tanah- tanah masam. Hal itu disebabkan wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu dan curah hujan yang tinggi menyebabkan pelapukan tinggi, pencucian dari hasil pelapukan,
kemasaman tinggi, miskin hara dan bahan organik. Tanah-tanah tersebut perlu diolah baik agar bisa digunakan sebagai areal pertanian.
Salah satu jenis tanah yang banyak dijumpai di Indonesia adalah Latosol. Pusat Penelitian Tanah 1983 menyebutkan bahwa Latosol memiliki luasan
paling besar di Indonesia setelah Podsolik dan Organosol. Penyebaran tanah ini meliputi Jawa, Bali, Lampung, Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, dan kawasan Papua Soepraptohardjo, 1975. Latosol juga memiliki sifat fisik yang baik sehingga tanah ini berpotensi untuk lahan pertanian.
Latosol merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut, kandungan bahan organik, hara makro N, P, K, dan pH
tergolong rendah, konsistensinya remah, stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat
kemerah-merahan atau kekuning-kuningan, perbedaan antar horizon tidak jelas serta kandungan mineral primer dan hara rendah. Untuk itu perlu dilakukan usaha
untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah agar tanaman bisa tumbuh dengan baik.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesuburan Latosol yang rendah adalah dengan pemberian pupuk. Pemupukan dilakukan karena tanah tidak
mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan dilakukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, serta memperbaiki
kualitas tanaman. Unsur hara N, P, dan K merupakan unsur hara makro esensial bagi kebanyakan tanaman sehingga ketersediaannya di dalam tanah mutlak
diperlukan. Pemupukan yang tidak tepat dosis, cara, dan waktu menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal. Tidak semua unsur yang diberikan langsung
2
diserap oleh tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan upaya seperti peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dengan cara peningkatan kesuburan tanah melalui
usaha peningkatan daya dukung tanah dengan input hayati baik berupa bahan organik maupun organisme, serta dengan cara memodifikasi produk yang lebih
efisien. Berdasarkan sumbernya terdapat dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pupuk-pupuk tersebut dapat berupa padat dan cair serta dapat diberikan ke media tanah maupun ke tanaman langsung. Pupuk organik
mengandung unsur hara yang lengkap meski kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik. Penambahan pupuk organik sangat membantu dalam memperbaiki
tanah yang terdegradasi karena dapat mengikat unsur hara yang mudah hilang, membantu penyediaan hara tanah meski dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk
organik yang efektif dan efisien bagi tanaman serta memiliki kadar hara yang tinggi, merupakan langkah yang diharapkan mampu meningkatkan produksi
pertanian di Indonesia. Pupuk organik yang digunakan pada percobaan ini adalah pupuk organik
dagang bermerk “PhOSta”. Komposisi unsur hara yang terkandung dalam pupuk disajikan pada Lampiran 2.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik “Phosta” dan pupuk mineral pada produksi dan serapan hara Caisin varietas
Tosakan pada Latsol Darmaga.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sifat Umum Latosol