- 11.00 WIB 11.00 - 14.00 WIB Analisis Integratif dan Rekomendasi

62 Tabel 10 Perbandingan hasil pengamatan suhu dan kelembaban relatif pada lokasi studi DATA LAPANG WAKTU PENGAMBILAN DATA Rata- rata Harian PAGI SIANG SORE MALAM

08.00 - 11.00 WIB 11.00 - 14.00 WIB

14.00 - 16.00 WIB 19.00 - 20.00 WIB

Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Pengukuran Sendiri Suhu O C 29.7 35.2 31.9 33 36.2 34.8 33.9 36.3 35.1 30.7 35.5 32 33.4 Kelembaban RelatifRH 38 58 50.2 36 44 38.8 37 44 40.6 39 53 48.9 44.6 THI

26.0 32.2 28.7 28.8 32.1 30.5 29.6 32.2 30.9 27.0 32.2 28.7 29.7

BMKG Suhu O C 26.09 30.45 28.38 31.66 32.71 32.26 31.7 32.62 31.94 27.8 28.28 28.03 27.98 Kelembaban RelatifRH 45.35 74.09 61.37 39.03 40.62 39.56 39.38 43.68 40.58 61.13 65.93 64.41 64.79 THI 23.2 28.9 26.2 27.8 28.8 28.4 27.9 28.9 28.1 25.6 26.4 26.0 26.0 periode tanggal 23 Juni 2008; lokasi pengukuran pedestrian Jl. M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. periode tanggal 23 Juni 2008; lokasi pengukuran Kemayoran, Jakarta Pusat; metode pengu- kuran dilakukan harian, dengan interval pengukuran tiap 30 menit. Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan antara hasil pengukuran sendiri dengan data yang diperoleh dari BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Berdasarkan pengukuran lapang terhadap suhu dan kelembaban relatif RH pada lokasi studi menunjukkan bahwa suhu rata-rata berkisar antara 31,9 O C hingga 35,1 O C, sedangkan kelembaban relatif RH rata-rata berkisar antara 38,8 hingga 50,2. Sedangkan data dari BMKG menunjukkan bahwa suhu rata-rata berkisar antara 28,03 O C hingga 32,26 O C, sedangkan kelembaban relatif RH rata-rata berkisar antara 40,58 hingga 64,41. Pada pengukuran sendiri, kondisi klimatik rata-rata harian, yaitu nilai THI telah melampaui batas ambang kenyamanan THI 26, sedangkan data dari BMKG menunjukkan bahwa pada wilayah Jakarta Pusat Kemayoran, kondisi klimatik masih berada pada kondisi yang nyaman THI=26. Perbedaan ini dapat dimaklumi bahwa terdapat perbedaan dalam metode pengambilan data, terutama dalam interval waktu dan lokasi pengukuran. Interval waktu yang digunakan pada pengukuran sendiri lebih difokuskan pada waktu-waktu saat intensitas penggunaan ruang pada tingkat tinggi dan atau sangat tinggi, hal ini dihubungkan dengan kenyamanan termal lokasi studi 63 terhadap aktivitas pengguna ruang. Sedangkan interval waktu yang digunakan oleh BMKG lebih difokuskan untuk memperoleh data berdasarkan rata-rata harian. Pada daerah tropis, suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.30 – 15.00 dan suhu bumi terendah terjadi pada pukul 04.30 – 05.30. Tetapi data yang dihasilkan melalui pengukuran sendiri dengan data hasil BMKG tetap akan secara signifikan berbeda antar interval waktu. Perbedaan antar lokasi pengamatan juga sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran sendiri mengambil lokasi di sepanjang jalur pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Pusat, dengan mengambil 32 titik sampel pengukuran sesuai lokasi studi. Karakteristik tapak yang dipengaruhi oleh lanskap jalan dan intensitas penggunaan ruang di sekelilingnya yang berupa CBD Central Bussiness District akan sangat berbeda dengan lokasi pengamatan BMKG di sekitar daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, terutama iklim mikro yang terbentuk antara kedua lokasi tersebut. Berdasarkan data pengukuran sendiri terhadap kondisi klimatik lokasi studi, maka dapat dilihat bahwa pada kondisi puncak lingkungan yaitu pada pukul 11.00-14.00 WIB, suhu dan kelembaban wilayah ini telah melampaui batas kenyamanan lingkungan untuk manusia beraktivitas di dalamnya Tabel 10. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk memodifikasi ketidak-nyamanan tersebut dengan memperbaiki lingkungan mikro tapak, terutama pada lokasi studi. Meskipun faktor klimatik merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kenyamanan ruang, ternyata secara perseptual hal ini tidak mendapatkan perhatian dari responden Tabel 4, yang ditunjukkan oleh nilai Chi- Square 0,05. Secara preferensi responden, faktor klimatik mendapatkan apresi- asi yang tinggi Tabel 6 dan 7, yang ditunjukkan oleh nilai Chi-Square 0,05. Secara umum, responden menilai bahwa kondisi iklim mikro dan kualitas udarapolusi pada lokasi studi masih kurang, responden menginginkan adanya perbaikan-perbaikan terhadap kondisi tersebut. Pembentukan iklim mikro yang nyaman bagi pengguna tapak tidak dapat dilakukan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan bahwa tata ruang di kawasan ini telah terbentuk, untuk merubahnya maka akan merubah kebijakan tata ruang secara keseluruhan pada kawasan ini, sehingga hal ini sangat sulit dilakukan. Hal yang bisa dilakukan adalah m n n n a f m d b m b l k r k r d a p membentuk nyaman untu Kenya naungan ata naungan ata atau fasilitas fasilitas atau mobilisasi p dengan pem berfungsi un mereduksi d Pedest bagian terin lainnya. Saa kaki mendap ruang parkir kavling, tiap ruang kota. ditimbulkan akan mendu pedestrian d Gambar 14 lingkungan uk aktivitas b amanan berj au bayangan au bayangan s lainnya m u penanama pengguna tap mbatasan vo ntuk memba dampak nega trian pada Ja ntegrasi pad at ini penggu patkan ruang r. Kecenderu p-tiap kavlin . Pada beb oleh gedun ukung kenya di depan gedu Pemandang n mikro ped berjalan kak jalan kaki d sehingga te n dapat terbe misalnya kan an tanaman pak di dalam olume kend atasi jumlah atif yang diti alan M. H. T da program una kendaraa g yang keci ungan ini dip ng terlihat b berapa titik ng-gedung ti amanan ped ung BPPT, J gan pedestria destrian Jala ki. diarahkan sup erlindungi da entuk melal nopi atau m tersebut dia m ruang. Usa daraan, car h gas buang mbulkannya Thamrin – J m peningkata an pribadi leb il proporsiny perparah den berdiri send k lanskap p inggi tersebu estrian terse Jalan M.H. T an depan Ge an M.H. Th paya penggu ari sinar ma lui struktur melalui tajuk arahkan unt ha lain yang free day a kendaraan a. Jend. Sudirm an kualitas bih diutamak ya dibanding ngan tidak a iri tidak seb pedestrian, ut dan lebar ebut bagi pe Thamrin Ga edung BPPT hamrin-Jend. una mendap atahari dan h fisik seperti tanaman. P tuk tidak m g bisa dilaku atau usaha pada lokasi man diharapk pelayanan kan, sedangk gkan dengan danya konek bagai sebuah efek bayan r pedestrian engguna rua ambar 14. T, Jalan M.H. 64 Sudirman patkan efek hujan. Efek i bangunan Penempatan mengganggu ukan adalah lain yang i studi dan kan sebagai perkotaan kan pejalan n jalan dan ksitas antar h kesatuan ngan yang yang lebar ang, seperti . Thamrin. 65

4.4.2. Kenyamanan FisikFungsi

Sesuai dengan karakteristiknya, kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman merupakan kawasan CBD Central Bussiness District dengan aktivitas pengguna tapak yang sangat tinggi. Aktivitas ini hendaknya disertai dengan pembangunan infrastruktur yang lengkap dan baik, sehingga mampu mengakomodasikan kebutuhan pengguna tapak dalam beraktivitas. Salah satu fasilitas yang penting adalah pedestrian, karena fasilitas ini berfungsi sebagai penghubung antar titik-titik pada lokasi ini. Sesuai dengan fungsinya tersebut, maka seharusnya pembangunan pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman mampu memberikan kenyamanan, baik kenyamanan fisik maupun kanyamanan visual. Berdasarkan pengamatan di lapang, kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman sudah lebih baik, terutama setelah selesai dibangunnya program penataan pedestrian di kawasan jalan ini. Meskipun demikian, kondisi ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengguna tapak, terutama aspek kenyamanan. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih terbatasnya penggunaan pedestrian, terutama pada saat pengguna berpindah tempat di sepanjang kawasan ini. Pengguna tapak lebih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat daripada menggunakan pedestrian untuk berjalan kaki. Hal ini diduga disebabkan oleh kenyamanan fisik pedestrian itu sendiri misalnya lebar pedestrian, bahan perkerasan, disain paving dan lainnya dan atau iklim mikro yang terbentuk di dalam ruang pedestrian. Kondisi lanskap yang telah terbangun sejak lama dan menjadi ruang yang masif, menyebabkan permasalahan yang kompleks apabila dilakukan perubahan- perubahan di dalam lanskap Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini. Sebagai contoh yaitu penataan pedestrian pada kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini, pada beberapa titik ruang pedestrian yang terbentuk tidak optimal, baik secara fisik maupun visual. Permasalahan itu antara lain: lebar pedestrian yang sempit, penempatan struktur seperti jembatan penyeberangan orang JPO, tiang-tiang lampu, bollard masih mengganggu pergerakan pengguna. Elemen- elemen lain seperti papan-papan iklan, penunjuk jalan dan rambu lalu-lintas 66 kurang memperhatikan standar dimensi dan ketersediaan ruang. Hal ini dapat dilihat pada ruang pedestrian di depan gedung Bangkok Bank Gambar 15. Gambar 15 Kondisi fisik ruang pedestrian yang tidak nyaman bagi pejalan kaki Bangkok Bank. Kenyamanan fisik menjadi bahan pertimbangan yang signifikan bagi pengguna dalam mengapresiasikan persepsi dan preferensinya terhadap lokasi studi. Hal ini dapat diamati bahwa pada studi ini, faktor-faktor fisik sangat mempengaruhi apresiasi responden dalam menjawab kuisioner yang ditanyakan. Hal ini diduga karena faktor-faktor fisik berkaitan erat dan langsung dengan kepentingan responden dalam beraktivitas, terutama dalam hal bermobilisasi. Karakteristik jenis pekerjaan responden memiliki keterkaitan yang erat dalam mengapresiasikan persepsi dan preferensinya terhadap kondisi fisik tapak. Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang masuk-keluar gedung di dalam lanskap kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Selain itu, materi-materi kuisioner yang berkaitan dengan badan pedestrian seperti bahan, pola dan warna perkerasan, tanaman, kondisi dan ketersediaan fasilitasinfrastruktur jalan site furniture, keamanan dan kebersihan, berkaitan erat dengan apresiasi responden, seperti yang ditunjukkan data-data pada Tabel 4, 5, 6 dan 7. Penataan ruang pedestrian dalam rangka membangun lanskap yang nyaman, harus memperhatikan berbagai aspek, tidak hanya kepentingan pejalan kaki, tetapi juga kenyamanan pengguna jalan dan pemilik bangunan di sepanjang Jalan M.H. 67 Thamrin-Jend. Sudirman. Menambah, mengurangi atau memindahkan elemen- elemen fisik pada lanskap ini perlu mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efektifitas fungsi fisik ruang pedestrian antara lain dengan mengurangi fasilitasstruktur yang mengganggu pergerakan pejalan kaki seperti tiang-tiang kabel untuk ditanam di bawah tanah, JPO yang telah ada diganti dengan jalur underpass, memindahkan konsentrasi massa terutama pada saat masuk dan keluar kantor untuk mengurai kemacetan yang mungkin timbul misalnya dengan memindahkan halte dan menertibkan angkutan umum. Untuk memodifikasi ikim mikro pada tapak dapat dilakukan dengan menambahkan efek naungan, seperti membangun shelter danatau dengan tajuk tanaman. Sedangkan fasilitas-fasilitas seperti papan informasi, papan penunjuk jalan, rambu-rambu lalu lintas dan papan iklan harus memperhatikan kenyamanan sudut pandang mata pengguna dan tidak mengganggu pemandangan. Selain itu diperhatikan pula penempatan, ketersediaan ruang serta dimensi dari fasilitas tersebut.

4.4.3. Kenyamanan Visual

Lanskap Jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman sejak dibangun hingga perkembangannya, termasuk ke dalam bentuk lanskap perkotaan yaitu lanskap yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, terletak di daerah perkotaan dan didominasi oleh struktur dan budaya manusia. Struktur tersebut berupa fasilitas- fasilitas yang mendukung fungsi sosial - ekonomi, seperti bangunan-bangunan gedung tinggi dan pedestrian, sebagai tempat mobilisasi. Sebagai sebuah lanskap perkotaan, fasilitas-fasilitas tersebut harus memiliki nilai estetika yang tinggi. Nilai estetika yang tinggi akan menjamin kenyamanan vsiaul bagi pengguna yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, pada studi ini aspek kenyamanan visual menjadi salah satu pertimbangan di dalam membentuk kenyamanan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin–Jend. Sudirman, Jakarta. Jumlah responden dalam studi kualitas visualestetika ini adalah 59 orang yang terdiri atas mahasiswa program studi arsitektur lanskap Institut Pertanian Bogor IPB sebanyak 45 orang dan mahasiswa program studi arsitektur lansekap Universitas Trisakti sebanyak 14 68 -62.3 -14.2 32.8 84.1 29.2 69.0 -18.7 66.5 56.0 61.0 -43.1 -26.6 65.3 33.9 74.0 -40.6 79.4 43.646.8 37.7 94.3 54.3 48.8 -18.7 40.1 29.7 82.8 46.2 92.3 33.3 -0.1 -25.3 51.6 86.8 18.9 25.7 64.2 77.3 50.651.1 78.1 50.7 0.0 -8.5 44.9 35.7 -76.2 98.8 40.8 98.5 -100 -75 -50 -25 25 50 75 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Titik-Titik Pengamatan Pada Lanskap Pedestrian Jl. MH. Thamrin - Jend. Sudirman, Jakarta Pusat Sk or S B E orang. Responden yang dipilih merupakan mahasiswa jurusan arsitektur lanskap tingkat akhir semester VI danatau lebih. Responden terdiri atas mahasiswa semester VI yaitu sebanyak 41 orang 69,5 dan mahasiswa semester VIII sebanyak 18 orang 30,5 . Maksud dan tujuan dipilihnya responden terbatas pada mahasiswa jurusan arsitektur lanskap tingkat akhir adalah responden memiliki pemahaman mengenai fungsi dan estetika lanskap yang lebih dalam dan relatif seragam, sehingga diharapkan bentuk apresiasi yang diberikan pada studi ini lebih tepat dan lengkap dalam mencapai tujuan studi ini. Gambar 16 memperlihatkan keindahan pemandangan pada setiap titik pengamatan di lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta. Adanya keragaman nilai SBE yang diperoleh memperlihatkan adanya perbedaan preferensi responden terhadap keindahan pada masing-masing lanskap di dalam lanskap ini. Hasil di bawah memperlihatkan bahwa kualitas estetika lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin–Jend. Sudirman sangat beragam. Beberapa lanskap terlihat sangat indah, namun banyak juga lanskap yang kurang menarik, kurang terpelihara dan tidak nyaman secara visual. Lanskap yang memiliki nilai SBE paling tinggi menggambarkan kualitas estetika tinggi dan paling disukai, demikian pula sebaliknya. Lanskap yang tidak disukai atau paling tidak indah, dalam hal ini diindikasikan dengan nilai SBE yang rendah pula. Gambar 16 Pendugaan nilai keindahan pemandangan SBE pada lanskap pedes- trian Jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta. Lanskap 14 mempunyai nilai SBE tertinggi yaitu sebesar 98,8 jika dibandingkan dengan lanskap lainnya. Nilai SBE terendah dimiliki oleh lanskap d p m p s d l b G 12 dengan disebabkan o pedestrian y memberikan pemandanga struktural m depan gedu Gambar 17 leluasa dan bangunan-ba Gambar 17 nilai sebes oleh karakte yang mulai ti n kesan lua an efek visu memberikan ung yang . Dapat mem pandangan angunan ber Pemandang SBE terting sar -76,2. eristik lanska inggi dan leb as terhadap ual berupa ruang yang menunjang mberikan sti yang luas s rtingkat tingg gan-pemanda ggi. Tingginya ap tersebut, bar dari ped p ruang ter bayangan g g nyaman da keindahan imulus kepa serta menye gi yang ada d angan lansk nilai SBE yaitu tatanan destrian yang rsebut. Lans gedung Plaz an teduh, se pemandan da pengguna eluruh, di te di sekitarnya kap pedestria lanskap 14 n yang rapi g cukup leba skap ini m za ABDA d erta konfigu gan penggu a ruang untu engah-tengah a. an yang mem 69 4 mungkin dari pohon ar sehingga memberikan dan secara urasi taman una ruang uk bergerak h dinamika miliki nilai 70 Lanskap dengan nilai SBE tertinggi memiliki karakteristik ruang yang hampir sama. Badan pedestrian yang lebar merupakan pertimbangan utama responden di dalam memilih lanskap yang memiliki nilai estetika tinggi. Kemudahan dan keleluasaan bergerak di dalam ruang pedestrian akan memberikan kenyamanan mobilisasi, baik bergerak santai atau cepat tanpa mengganggu pergerakan pengguna lainnya. Selain itu, modifikasinya dengan elemen tanaman yang ditanam secara baik, teratur dan terpelihara memberikan efek visual yang tinggi. Faktor lain adalah efek keteduhan pada lanskap tersebut, keteduhan dapat muncul melalui struktur bangunan danatau tajuk pohon. Keteduhan secara tidak langsung mempengaruhi psikologi dan fisik pengguna terhadap iklim mikro tapak. Sebaliknya, rendahnya nilai SBE lanskap 12 nilai SBE sebesar -76,2 mungkin disebabkan oleh penanaman tanaman estetika yang terdapat di bak tanaman yang tidak terawat dan tumbuh baik Gambar 18. Selain itu, lebar pedestrian yang terlalu sempit, menyebabkan pergerakan pengguna ruang menjadi tidak leluasa dan memberikan efek tidak nyaman sewaktu berjalan melewati titik ini. Pedestrian ini juga berbatasan dengan pagar dari lahan kosong yang tidak terawat, terlihat tanaman pagar tersebut terkesan tumbuh liar, sehingga secara visual tidak menunjang kenyamanan pemandangan. Hasil perhitungan kualitas estetika SBE yang telah dilakukan dikelompokan kedalam 3 kategori kualitas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan dilakukan dengan metode kuartil. Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi segugus pengamatan menjadi 4 empat bagian yang sama besar, yaitu masing-masing 25 Walpole, 1988. Pada studi ini, yang dimaksud gugus adalah nilai SBE seluruh lanskap yang diurutkan dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Kualitas tinggi adalah 25 gugus nilai SBE tertinggi, sedangkan kualitas rendah adalah 25 gugus nilai SBE terendah. Kualitas sedang adalah 50 gugus yang mempunyai nilai di antara kedua kualitas tersebut sebelumnya. Tetapi dalam studi ini, untuk meningkatkan selang kualitas estetika, maka pengelompokan pada kualitas sedang diubah, yaitu 50 gugus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 25 untuk gugus tertinggi dan 25 untuk gugus terendah. Untuk 25 gugus tertinggi dikelompokkan pada kualitas sedang, sedangkan 25 gugus t T G v p p k a k terendah dik Tabel 11 dan Gambar 18 Berda visual, mem perkerasan perkerasan t kebosanan t adanya varia keragaman p kelompokkan n Gambar 19 Pemandang SBE terend asarkan fakto mandang pe paving pede tersebut terl terhadap pe asi disain da pemandanga n pada kual 9 di bawah. gan-pemanda dah. or persepsi d erlunya peni estrian saat lihat monoto emandangan an pola perk an, misalnya itas rendah. angan lansk dan preferens ingkatan da ini. Secara on pada tapa n yang ditim kerasan pada a setiap 200 m Lebih jelas kap pedestria si responden alam hal dis a umum, di ak sehingga mbulkan. O a jarak terte meter. Selai snya dapat d an yang mem n terhadap ke sain, pola d isain, pola a diduga me Oleh karena entu, sehingg in itu, pemili 71 dilihat pada miliki nilai enyamanan dan warna dan warna enimbulkan itu, perlu ga terdapat ihan warna 72 -80 -60 -40 -20 20 40 60 80 100 Titik-titik Pengamatan pada Lanskap Pedestrian Jl. M.H. Thamrin - Jend. Sudirman N ila i S B E Rendah Sedang Tinggi perkerasan dipilih warna-warna yang tidak memantulkan sinar sehingga tidak menyilaukan mata pengguna. Tabel 11 Hasil pengelompokan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika Kualitas Estetika Interval Nilai SBE LANSKAP KE - Prosentase Rendah -76.2 - -32.5 1 ; 11 ; 12 ; 18 24 -32.5 - 11.3 2 ; 7 ; 13 ; 27 ; 35 ; 36 ; 47 ; 48 Sedang 11.3 - 55.0 3 ; 5 ; 16 ; 20 ; 21 ; 22 ; 23 ; 25 ; 26 ; 28 ; 30 ; 32 ; 34 ; 37 ; 39 ; 40 ; 43 ; 44 ; 46 ; 49 ; 50 42 Tinggi 55.0 - 98.8 4 ; 6 ; 8 ; 9 ; 10 ; 14; 15; 17 ; 19 ; 24 ; 29 ; 31 ; 33 ; 38 ; 41 ; 42 ; 45 34 Gambar 19 Pembagian pengelompokan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika.

4.5. Analisis Integratif dan Rekomendasi

Apabila diamati pada data-data persepsi dan preferensi di atas, maka akan ditemukan inkonsistensi data, baik dalam aspek persepsi, preferensi maupun hubungan antar keduanya. Misalnya pada aspek persepsi akan kebersihan dan fasilitas tempat sampah, kategori uji yang berkaitan dengan kebersihan adalah faktor pendidikan, sedangkan kategori yang berkaitan dengan fasilitas tempah sampah adalah faktor pekerjaan responden. Contoh lain yaitu, pada aspek preferensi kesesuaian peletakkan utilitas, saran untuk street furniture dan saran untuk informasi penunjuk jalan. Pada tabel preferensi, kesesuaian peletakan utilitas kategori yang berkaitan yaitu faktor umur, saran untuk street furniture kategori yang berkaitan adalah faktor pendidikan dan pekerjaan, sedangkan saran untuk informasi penunjuk jalan tidak ada kategori yang berkaitan. 73 Inkonsistensi data ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, diduga disebabkan oleh faktor psikologi responden pada saat mengisi kuisioner yang dibagikan. Faktor konsentrasi yang tidak terjaga sepanjang waktu mengisi kuisioner yang disebabkan oleh kesibukan pekerjaan, tergesa-gesa dan lainnya menyebabkan kuisioner diisi seadanya. Kedua, adalah faktor kurangnya pengetahuan, wawasan dan pemahaman responden mengenai konsep pedestrian yang baik. Kurang atau tidak adanya referensi pedestrian yang baik, yang dibangun atau pernah dilalui oleh responden, sehingga tidak ada tolak ukur yang menjadi pegangan responden selama mengisi kuisioner. Faktor ketiga yaitu keberagaman latar belakang jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan responden. Keberagaman tersebut menyebabkan pola pikir antar responden menjadi tidak sama, karena tidak ada dasar pemahaman yang sama. Sehingga pada saat mengisi kuisioner hanya didasarkan menurut pola pikir masing-masing responden. Faktor terakhir yaitu intensitas dan durasi lama interaksi responden dengan lokasi studi, meskipun responden sering atau bahkan bekerja di perkantoran sepanjang lokasi studi, pemahaman pada tapak atau feel of the land masih rendah. Durasi lama responden berinteraksi dengan pedestrian hanya pada saat masuk dan keluar perkantoran, sedangkan pada saat berpindah titik tujuan, rata-rata memanfaatkan angkutan umum atau pribadi, jarang sekali pengguna ruang berpindah lokasi tujuan dengan berjalan kaki dengan berbagai alasan, yang memungkinkan durasi interaksi dengan pedestrian menjadi lebih lama. Ketiadaan pemahaman pada tapak atau feel of the land yang mendalam menyebabkan apresiasi yang dituangkan dalam kuisioner menjadi tidak mendalam pula. Meskipun demikian, dari kedua aspek persepsi dan preferensi di atas, dapat dilihat bahwa kategori pekerjaan berpengaruh sangat besar pada saat responden memberikan apresiasi terhadap penelitian ini. Faktor-faktor yang berpengaruh langsung dengan kepentingan pekerjaan responden cenderung mempengaruhi persepsi dan preferensinya terhadap ruang pedestian Jalan M..H. Thamrin –Jend. Sudirman. Oleh karena itu faktor ini menjadi salah satu perhatian penting didalam penyusunan perencanaan lanskap pedestrian yang nyaman. 74 Kenyamanan pada studi ini dibentuk oleh 3 aspek kenyamanan, yaitu secara fisikfungsi, yaitu material dan bahan perkerasan pedestrian; klimatik, yaitu kondisi iklim mikro tapak; dan secara visual, yang dibentuk oleh kondisi dan suasana pemandangan view di sekitar lokasi studi. Kenyamanan fisikfungsi sangat mempengaruhi pengguna ruang user terutama dalam kaitannya dengan kelancaran, kemudahan serta aksessibilitas pengguna ruang terhadap pekerjaannya masuk-keluar kantor dan berpindah lokasi. Pengguna ruang memandang serta menginginkan perkerasan pedestrian yang tidak mengganggu aktivitas pekerjaannya. Sedangkan faktor-faktor kelengkapan dan perlengkapan jalan street furniture serta utilitas yang menyertainya sedapat mungkin mempermudah pergerakan pengguna di dalam ruang pedestrian. Kenyamanan klimatik berkaitan erat dengan perasaan tentang sejuk atau panas pada suatu lokasi. Pengguna cenderung memilih titik atau lokasi yang memberikan keteduhan selama berakfitas atau bermobilisasi pada ruang pedestrian. Modifikasi iklim mikro dapat dilakukan dengan membangun shelter atau menanam pohon sehingga menimbulkan naungan di bawahnya. Naungan ini akan menghalangi penetrasian sinar matahari, sekaligus mengurangi panas permukaan yang diakibatkannya, sehingga terjadi penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara. Sedangkan kenyamanan visual lebih diprioritaskan pada pengguna ruang secara umum masyarakat. Sebagai salah satu koridor jalan yang sangat penting di ibukota Jakarta, lanskap Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman hendaknya mencerminkan sebuah ruang yang “humanis” dan nyaman. Maksudnya adalah selain didominasi oleh bangunan-bangunan tinggi pencakar langit, hendaknya lanskap jalan termasuk pedestrian ini tetap memelihara keberpihakannya pada masyarakat umum sebagai sebuah ruang publik yang diciptakan melalui kualitas visualnya. Kualitas visual tidak hanya muncul dari bentuk fisik pedestriannya saja, tetapi juga merupakan satu kesatuan dengan elemen-elemen lanskap penunjang yaitu tanaman, kelengkapan dan perlengkapan jalan street furniture serta utilitas yang menyertainya. 75 Hubungan antara aspek kenyamanan fisikfungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang ditunjukkan oleh matriks Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Hubungan antara aspek kenyamanan fisikfungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang. Aspek Kenyamanan Elemen Lanskap Persepsi dan Preferensi Rekomendasi Perencanaan FISIKFUNGSI Badan pedestrian - Bahan perkerasan terlihat licin dan kurang memudahkan pergerakan. - Lebar pedestrian yang memadai. - Bahan perkerasan yang tidak licin dan memudahkan pergerakan pengguna tapak. - Lebar ideal pedestrian ± 6 meter. Tanaman Kurang kombinasi antar jenis tanaman. - Jenis tanaman yang ditanam hendaknya merupakan perpaduan antara pohon, perdu, semak, penutup tanah atau rumput. - Jenis-jenis pohon pelindung harus ada pada tapak. Papan reklame Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya. - Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian. Fasilitas tempat duduk Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya. - Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian. Fasilitas telepon umum Fasilitas kotak pos Fasilitas papan informasi Fasilitas tempat sampah Fasilitas street furniture lainnya Fasilitas penyandang cacat - Perlu disediakan. - Perlu ditandai dengan bahan, warna dan disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. - Perlu dibangun jalur pergerakan bagi penyandang cacat pada areal pedestrian. - Lebar jalur disesuaikan dengan lebar pedestrian. - Jalur ini dapat ditandai dengan bahan, warna atau disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. Jaringan utilitas lainnya Masih terdapat jaringan utilitas yang mengganggu pergerakan. - Kabel listrik, telepon, gas dan air hendaknya ditanam. 76 Kebersihan dan keamanan Beberapa daerah masih belum terawat kondisi kebersihan dan keamanannya. - Lebih ditingkatkan kembali, terutama pada pusat-pusat keramaian. - Usaha-usaha peningkatan kebersihan dan keamanan, selain oleh pihak pemda, pemilik kavling, pengguna tapak dan masyarakat sekitar harus dilibatkan. KLIMATIK Iklim mikro dan polusikualitas udara - Suhu udara saat siang masih tidak nyaman. - Antisipasi terhadap polusi. - Memperbanyak efek teduh melalui naungan danatau bayangan, baik struktur dan tajuk tanaman. - Pembatasan jumlah kendaraan yang melintas. - Penetapan batas ambang emisi kendaraan. - Penanaman tanaman penyerap polusi. VISUAL Badan pedestrian - Pola perkerasan kaku. - Warna perkerasan mencolok dan memantulkan sinar matahari. - Pola perkerasan diusahakan membentuk pola organik yang tidak kaku. - Warna perkerasan lebih sederhana dan tidak mencolok-memantulkan cahaya. Tanaman - Perlu kombinasi dengan tanaman berbunga. - Penataan tanaman kurang baik. - Jenis pohon yang dipilih adalah jenis pohon berbunga. - Ditata dan dipelihara lebih baik dan intensif. Pengganggu kualitas visual Pengaturan dan penataan infrastrukturstreet furniture kurang rapi dan mengganggu pemandangan. - Pengaturan dan penataan yang rapi, sehingga tidak menggangu pemandangan. Kombinasi ketiga kenyamanan tersebut di atas, merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Ketiadaan salah satunya akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap kualitas ruang pedestrian secara keseluruhan. Ketidak-nyamanan fisikklimatik akan menyebabkan terganggunya aktivitas pengguna ruang untuk mengakses tujuan di sekitar lanskap ini. Begitu juga dengan kurangnya kenyamanan visual, hal ini akan menyebabkan interaksi pengguna ruang dengan pedestrian akan rendah yang pada akhirnya apresiasi pengguna ruang terhadap 77 Bangkok Bank Lebar pedestrian yang sempit dan JPO yang mengganggu pergerakan. Rekomendasi: Perlu pertimbangan untuk menambah lebar pedestrian dan merelokasi fasilitas umum dan sosial di sekitarnya. Etty Tow er Iklim mikro yang tidak nyaman dan pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara. Rekomendasi: - Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman, untuk memperlembut pemandangan sekitarnya. Jem batan Dukuh Atas Iklim mikro yang tidak nyaman. Rekomendasi: Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman. Fly-over Sem anggi Iklim mikro yang tidak nyaman; pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara; dan pedestrian yang kurang memadai. Rekomendasi: - Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman. - Perlu penataan kembali pedestrian di sekitarnya. Tanah kosong di dekat BEJ Pemandangan yang tidak nyaman dan terkesan tidak teraw at. Rekomendasi: Perlu penataan dan peraw atan yang lebih baik terhadap tanaman yang ada danatau introduksi tanaman yang lebih baik. pedestrian ini menjadi tidak optimal menjadi tidak peduli. Beberapa titik atau daerah yang perlu segera mendapat perhatian dalam rangka perbaikan fungsi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini. Gambar 20 Beberapa titik yang perlu segera mendapat perhatian dalam perbaikan fungsi pedestrian. Penanaman tanaman, serta kombinasi konfigurasi antar jenis akan memberikan keragaman pemandangan, diantara dominasi pemandangan struktur serta bangunan lainnya di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Perpaduan antar jenis tanaman memberikan kesan alami di tengah-tengah bangunan-bangunan yang artifisial. Meskipun demikian, sebagai sebuah lanskap perkotaan dengan didominasi lanskap binaan maka seharusnya penempatan antar elemen harus disusun dengan rapi dan teratur sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Oleh karena itu, kenyamanan fisikklimatik dan visual pada lanskap pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta harus dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menciptakan kenyamanan ruang yang baik.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Secara umum, kondisi ruang pedestrian yang terbangun tersebut belum sepenuhnya mendukung kenyamanan klimatik, hal ini terlihat terutama pada kondisi puncak panas harian antara pukul 11.00-14.00 WIB, nilai THI lebih dari 26. Kondisi klimatik tersebut menyebabkan pengguna ruang merasa tidak nyaman dalam beraktivitas di sepanjang jalur pedestrian ini, lebih baik berkendara daripada berjalan kaki. Berdasarkan persepsi responden, kategori uji jenis pekerjaan sangat mempengaruhi latar belakang responden dalam mengapresiasikan persepsinya terhadap kondisi ruang pedestrian 41,18. Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalamnya. Sedangkan preferensi responden menunjukkan bahwa kategori uji tingkat pendidikan 40, jenis pekerjaan 36,67 dan umur 33,33 mempengaruhi apresiasi keinginannya terhadap kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Menurut persepsi dan preferensi responden tersebut, kondisi fisik ruang pedestrian merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penunjang kenyamanan beraktivitas pada ruang pedestrian. Sedangkan kenyamanan visual bukan merupakan faktor dominan sebagai penunjang kenyamanan. Meskipun demikian, untuk membentuk sebuah fasilitas publik yang baik maka hendaknya selain kenyamanan fisik fasilitas itu sendiri, kenyamanan visual harus juga diperhatikan. Kenyamanan visual pada tapak dapat dibentuk melalui kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tinggi, yang diinginkan oleh pengguna tapak adalah pemandangan yang memiliki karakteristik tatanan yang rapi dari pohon serta konfigurasi tanaman pada ruang pedestrian dan di sekelilingnya, badan pedestrian yang cukup lebar sehingga memberikan kesan luas terhadap ruang tersebut. Selain itu, kesan nyaman dan teduh yang ditimbulkan bayangan gedung-gedung memberikan stimulus kepada pengguna ruang untuk bergerak leluasa dan pandangan yang luas serta menyeluruh.