M Belum lama ini, Billy berhasil memecahkan masuk pasar dengan percaya diri.
M Belum lama ini, Billy berhasil memecahkan masuk pasar dengan percaya diri.
Oleh Jauhari Mahardhika
eski masih muda, penggemar
tara kita belum ikut beli.
sepakbola itu menduduki jabat-
Perhitungan itu harus dilandasi beberapa
an penting sebagai head of
indikator analisis teknikal. Jika beberapa
technical analyst & private fund
indikator tersebut benar-benar memberi
Billy Budiman,
ma-nager .
sinyal balik arah (reversal), pemodal baru
mahasiswa berusia
rekor dunia. Dia lulus tes Chartered Market
“Tidak penting Anda salah atau benar di
19 tahun, mampu pasar. Yang paling penting adalah bagaimana
Technician (CMT) 1 yang digelar oleh MTA
(Market Technician Association). CMT adalah
Anda mencetak untung dan mengurangi
mencetak untung (gain) risiko kerugian secara benar,” ujar Billy.
salah satu lisensi untuk menjadi analis
teknikal di dunia, khususnya Wall Street.
Dia mengaku sempat mendapat ujian berat
sekitar 4.000% di bursa Billy juga menyabet gelar Asian Youngest
pada 2008, saat krisis finansial melanda
Professional Stock Analyst pada 2010.
bursa saham di dunia, termasuk Bursa Efek
saham. Saat ini, Billy
Sedangkan pada 2009, dia menyandang
Indonesia (BEI). Namun, dia berhasil
kuliah di Universitas menciptakan formula baru dalam
gelar Indonesian Economy Icon.
Pria yang bercita-cita menjadi manajer
analisis teknikal bernama weighted
technical analysis Multimedia Nusantara (WTA). Billy pun
investasi global itu mengaku punya tiga kunci
sukses selama berinvestasi di bursa saham.
selamat dari kejatuhan indeks
(UMN) jurusan harga saham gabungan (IHSG)
Dia selalu fokus pada manajemen dana
(money management), pemilihan saham
pada Oktober 2008.
manajemen. Billy juga
(stock screening), dan strategi keluar masuk
Ketika itu, dia memprediksi
(entry exit strategy).
bahwa IHSG bakal strong
bekerja di PT Batavia
“Money management berguna untuk
bearish bila dihitung melalui
Prosperindo Sekuritas. metode WTA. Analisis teknikal
melindungi portofolio dari kerugian, sedang-
kan entry exit strategy jelas sebagai panduan
tersebut tidak hanya memper-
dalam trading,” ujar Billy kepada Investor
hitungkan faktor moving
Daily di Jakarta, belum lama ini.
average convergence
Billy menyarankan kepada para pemodal,
divergence (MACD), relative
terutama pemula, untuk membeli saham-
strength index (RSI), William
saham blue chip. Sebab, emiten yang memiliki
%R, dan stochastik
saham-saham blue chip terbukti konsisten
oscilator , WTA juga mema-
mencetak kenaikan laba bersih sebesar 25%
sukkan indikator kunci
setiap tahun.
lainnya. Dengan begitu,
Setelah itu, menurut dia, para pemodal bisa
WTA berbeda dengan
menggunakan analisis teknikal untuk menen-
analisis teknikal lainnya dan
tukan waktu yang tepat dalam membeli atau
WTA memiliki akurasi
menjual saham. “Itu kenapa pemodal perlu
maksimal 70%.
memahami beberapa indikator analisis
“Ketika itu, pada Juni 2008,
teknikal yang sederhana, seperti moving
saat indeks 2.500, semua analis
average , MACD, RSI, dan stochastic,” tutur
memprediksi indeks bakal 3.200.
Billy.
Tapi, saya melihat hampir semua
Dia mengaku terinspirasi dengan gaya
indikator terutama MACD menunjuk-
Darvas dalam analisis teknikal. Teori Darvas
kan strong bearish dan tinggal me-
sangat unik, karena bisa mencetak untung
nunggu berita negatif. Lalu, saya
justru ketika harga saham sedang naik tinggi.
putuskan untuk keluar dari market,”
Selain Darvas, Billy menyukai teori-teori
jelas Billy penuh semangat.
investasi Warren Buffet.
Keputusan Billy yang sempat
YASIN
“Saya mulai berinvestasi saham sejak
ditentang, ternyata terbukti. Bangkrutnya
n Billy Budiman
2002. Sampai saat ini sudah gain sekitar
Lehman Brothers memicu jatuhnya
4.000%, karena terbantu juga dengan kondisi
indeks saham yang mengakibatkan seba-
Belajar Sejak Belia
pasar yang bullish pada 2009-2010,” kata
gian besar investor rugi besar. IHSG anjlok
Billy lahir di Lampung pada 8 Juni 1992.
Billy.
hingga ke level 1.000-an. Namun, ketika
Ayah Billy, Budiman Candra (43), pernah
muncul kabar bahwa indeks bisa jatuh ke
bekerja di PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Hadapi Bearish
level 850, Billy tidak percaya, karena indeks
(INDF). Awalnya, pada 2002, saat Billy masih
Bagaimana berinvestasi saat pasar bearish
bakal rebound lagi.
duduk di kelas V SD di Serpong, ayahnya
(tren turun)? Billy selalu memegang teguh
“Saya masuk pasar lagi ketika indeks di
mendapat jatah ratusan lot saham INDF dari
filosofi It’s better to lose momentum than lose
level 1.100-an. Meski esoknya turun ke 1.089,
program employee stock option plan (ESOP).
a money (lebih baik hilang kesempatan
tapi saya yakin, saya masuk di saat tepat.
Namun, karena kesibukan ayahnya, Billy
daripada uang).
Dan, sejarah membuktikan, level 1.100-an
diminta untuk mengamati pergerakan INDF di
Saat tren pasar turun seperti saat ini dan
merupakan titik yang sudah dekat dengan
layar TV. Dia pun mengaku merasa bingung
tidak yakin rebound, maka lebih baik pemodal
level bottom,” ungkapnya.
dengan naik turunnya harga INDF, yang
menunggu sampai indeks saham kira-kira
Billy sangat antimargin, karena tidak rela
ketika itu masih berada di level Rp 800. Lalu,
mendekati level bawah. Artinya, tidak perlu
keuntungannya tergerus akibat kalah margin.
kebingungan Billy menimbulkan sejumlah
menyesal bila indeks kemudian naik, semen-
Dia juga banyak mengoleksi saham-saham
pertanyaan. Lama-kelamaan, dia mulai
blue chip . Dia pun cukup pandai mengelola
paham.
kerugian dan potensi keuntungannya di
Saat usianya baru 10 tahun, Billy mulai
saham.
tertarik dengan saham. Kebetulan, pamannya
Pada saham-saham blue chip, dia memba-
kerja di suatu perusahaan sekuritas. Setelah
tasi cut loss sekitar 5% dari harga beli. “Kalau
belajar selama dua bulan, dia akhirnya ingin
sudah turun 5%, sebagian dana harus keluar.
mencoba masuk pasar, meski niat itu terasa
Kalau sudah 8%, semuanya. Soalnya kalau
aneh bagi anak seusianya.
sudah 10%, orang maunya di hold dan
Modal awal diperoleh dari ayahnya. Ketika
kemungkinan bisa turun terus itu pasti ada,”
itu, dia hanya mengandalkan feeling.
tuturnya.
Akibatnya, meski pasar sedang bullish, Billy
Namun, kalau untuk saham lapis kedua
malah rugi 93% dalam kurun waktu dua
dan ketiga, Billy akan menjualnya bila
tahun, sejak 2002-2004. “Saat itu, saya sadar
harganya turun sebesar 3% dari perkiraan
bahwa investasi saham tidak bisa mengan-
harga tertinggi. “Jangan serakah juga. Kita
dalkan feeling. Karena itu, saya belajar
tidak bisa beli di harga yang benar-benar di
analisis fundamental dan teknikal. Analisis
bawah atau jual di harga atas. Bandar saja
tersebut sangat penting bagi investor pe-
juga tidak bisa,” kata dia sambil tersenyum.
mula,” ujar Billy. n