Tak Perlu Ekstrem Hadapi Gejolak Pasar

Tak Perlu Ekstrem Hadapi Gejolak Pasar

Oleh Elizabeth Gloria Berahmana Meski demikian, kata dia, pem- sendiri. Dalam kondisi pasar yang ekspektasi orang terhadap bursa belian harus dilakukan secara ber- bergejolak, investor tetap jangan saham sangat tinggi, maka kita perlu

tahap untuk mengantisipasi penu- panik. Investor sebaiknya meman- Umumnya, koreksi wajar harga saham sekitar 5- takut. Tapi, ketika pasar sedang jatuh,

runan lebih dalam. “Jangan masuk faatkan peluang yang ada untuk beranikan diri untuk berinvestasi. 100% dari dana yang ada. Mungkin beli saham murah. “Kalau tinggi ka-

7%. Jika melampaui batas toleransi tersebut, Sebagai ilustrasi, IHSG sempat

5%, kalau turun lagi bisa 10% dan tanya ketinggian, kalau murah kha- mencapai level tertinggi 4.196. Level seterusnya,” tutur dia.

watir ada apa-apa. Jangan serba- investor disarankan diam sambil menunggu (wait tersebut cukup tinggi karena awal

Aksi average down tersebut un- salah begitu,” ujar Jimmy.

2011 bertengger di level 3.700. De-

and see) waktu yang tepat untuk beli saham.

tuk mendapatkan harga yang opti-

Dalam berinvestasi di pasar mo- ngan kondisi indeks yang naik cukup mal. Dalam membeli saham juga dal, investor juga disarankan tidak se- tinggi itu, investor seharusnya sudah

Dengan begitu, potensi kerugian bisa dikurangi

perlu dipertimbangkan analisis fun- rakah. Mengenai hal itu, investor bisa bisa mengurangi portofolionya dan damental dan teknikal.

mengikuti tips Warren Buffet, yaitu be atau bahkan untung bila harga saham kembali menyimpan dana segar. Dana terse-

Keberhasilan berinvestasi juga afraid when people brave and be but berguna untuk membeli kembali

tak terlepas dari perilaku investor brave when people afraid. Ketika naik (rebound). saham saat pasar jatuh. (c04)

“J di Jakarta, belum lama ini.

adi, ketika indeks harga saham ga- bungan (IHSG) terkoreksi 8,88% seperti beberapa waktu lalu, investor lebih baik wait and see,” kata Ketua Umum Aso- siasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan kepada Investor Daily

Haryajid menyarankan kepada investor tetap ber- pegang pada aspek fundamental. Investor tak perlu me- lakukan aksi ekstrem dalam menghadapi pasar yang sedang bergejolak. Wait and see merupakan pilihan ideal untuk bisa menentukan langkah selanjutnya.

“Koreksi tajam justru membuka peluang untuk membeli saham dengan harga rendah (buy on weak- ness), meski batas bawah sebenarnya sulit diukur,” tutur Haryajid.

Untuk mendukung strategi tersebut, menurut dia, investor harus memiliki dana segar yang cukup. Pem- belian saham juga harus selektif dan bertahap. “Ma- suknya jangan terlalu banyak, sekitar 20-30% dari to- tal dana,” ujar Haryajid.

Selain itu, investor perlu mencermati fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kondisi pasar glo- bal. Hal ini penting untuk mengetahui saham-saham yang rawan terkoreksi seperti saat ini.

“Masalah rupiah dan pasar global terutama ketidak- pastian krisis utang di Eropa menjadi sentimen negatif bagi saham-saham perbankan dan saham-saham emiten yang berorientasi ekspor,” kata Haryajid.

Meski demikian, investor, khususnya dalam negeri, tidak dianjurkan ikut-ikutan jual saham secara masif seperti investor asing. Selama fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, investor lokal harus percaya diri.

Kepercayaan diri tersebut justru menjadi benteng terakhir yang dapat menghalau crash market. “Ini kan ekonomi kita, kenapa kita tidak percaya diri dengan ekonomi kita, tak perlu ikut-ikutan asing,” kata dia.

Saat ini, investor asing masih menguasai dua per tiga portofolio di bursa saham. Jika asing jual saham, sangat wajar IHSG terkoreksi. Namun, kondisi tersebut bisa diredam, jika investor lokal mampu memanfaatkan peluang untuk beli saham di harga rendah.

Untuk itu, Haryajid menekankan kembali mengenai pentingnya peningkatan basis investor lokal, terutama ritel. Peningkatan jumlah investor bisa dilakukan dengan sosialisasi dan edukasi secara atraktif. Dengan demikian, banyak masyarakat yang melek investasi di pasar modal.

Namun, dia mengakui, investor ritel umumnya me- nyukai trading (transaksi harian). Jika ingin sukses, in- vestor tetap harus fokus pada fundamental. Sentimen lokal dan regional berupa data-data ekonomi atau kebijakan ekonomi juga perlu mendapat perhatian besar.

Sementara itu, mengenai rumor pasar, investor tidak ada salahnya ikut mencermati selama informasinya mendekati kebenaran. “Rumor memang dibutuhkan untuk fluktuasi harga saham. Tapi, harus ada balancing dengan analisis fundamental dan teknikal,” ujar Haryajid.

Hal serupa juga dikatakan oleh Education & Train- ing Manager PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Jimmy

Dimas Wahyu. Menurut dia, kondisi pasar yang se- dang anjlok ibarat “mal sedang diskon barang”.

“Jika mal kasih diskon, masyarakat beramai-ramai beli barang yang sifatnya justru konsumtif. Kalau saham merupakan produk investasi, produktif, jadi juga harus dibeli saat pasar down,” kata Jimmy.