Mempersiapkan Reportase Televisual

A. Elemen-elemen yang mempengaruhi bobot berita

Mencari berita yang layak tonton dan sesuai dengan segmen penonton tidaklah mudah. Terlebih lagi reporter diberikan target untuk mendapatkan berita sebanyak mungkin dan harus bersaing dengan banyak stasiun TV yang berlomba-lomba mencari berita terbaik. Berita memiliki bobot (kualitas) apabila mengandung dua unsur pokok yaitu aktual dan faktual. Aktual adalah berita terkini (baru saja terjadi atau sedang berlangsung); faktual adalah sesuai dengan kenyataan atau memiliki fakta (bukti/bukan rekaan). Berdasarkan dua unsur pokok berita itulah, reporter bisa menyusun skala prioritas dalam pencarian berita demi mendapatkan berita terhangat. Berikut ini panduan bagi reporter dalam penyusunan skala prioritas saat mencari berita:

1. Sesuatu yang baru atau new: misalnya Rhoma Irama dijagokan menjadi calon presiden;

2. Human interest: cerita mengenai manusia dan kehidupannya yang menyentuh emosi, semisal: perjuangan hidup Ferrasta Soebardi ―Pepenk‖ dalam menjaga semangatnya di tengah deraan penyakit langka, multiple sclerosis. Ketagaran istrinya dalam menemani sang suami.

3. Tren: kecenderungan perilaku, gaya hidup, dan perikehidupan manusia lainnya, semisal: Ariel memiliki hobi melukis. Ia menghasilkan karya lukis yang banyak selama dalam penjara.

4. Notoriété (orang terkenal): informasi memiliki nilai berita jika menyangkut orang penting atau organisasi penting. ―Man makes news.‖ Semakin terkenal atau semakin penting orang itu semakin tinggi nilai beritanya. Contoh: berita duka kematian Mbah Surip yang mendadak.

5. Konflik: perselisihan atau perbedaan pendapat dua orang atau kelompok. Contoh: konflik antara Arumi Bachsin dan orangtuanya hingga menyebabkan Arumi kabur dari rumah.

6. Kontroversi: kasus-kasus perselisihan yang banyak mengundang perdebatan. Contoh: kasus pencabulan di bawah umur, Andika, eks vokalis Kangen band;

7. Proximité (kedekatan): informasi yang dekat dengan keseharian penonton berdasarkan lokasi, relevansi isu, dan tokoh. Contoh: berita tentang artis yang lebih memilih Jokowi ketimbang Foke jauh lebih menjadi daya magnet daripada berita terpilihnya kembali Presiden Barrack Obama;

8. Drama dan tragedi: peristiwa atau kejadian yang membangkitkan emosi. Contoh: anak- anak Bambang Trihatmodjo melabrak rumah Mayangsari.

9. Si le sang coule, le sujet sera porteur (peristiwa berdarah jadi berita utama): berita pembunuhan. Contoh: Lidya Pratiwi divonis bersalah terkait kasus pembunuhan Naek Gonggom;

10. Seks: persoalan skandal seksual selalu menduduki rating tinggi.

11. Impact (dampak): peristiwa yang memberikan dampak besar pada penonton lebih tinggi nilai beritanya.

12. Rapidité (waktu) : informasi yang baru bernilai berita tinggi. ―Baru‖ sangat tergantung dari sifat medianya. Kejadian seminggu yang lalu adalah ―baru‖ bagi terbitan mingguan. Tetapi bagi media online, harian, dan televisi, kejadian beberapa menit yang lalu dan 24 jam sebelum terbit atau tayang adalah baru;

13. Aneh dan unik;

14. Developpement (pembangunan): permasalahan ―dunia ketiga‖ yaitu kemiskinan pasti memiliki nilai berita.

B. Mempersiapkan dan melakukan wawancara

Setelah menentukan narasumber, reporter terlebih dahulu mengontaknya. Atur jadwal dengan narasumber kapan bisa diwawancarai. Perlu diingat, jangan pernah memaksa narasumber agar bersedia dikorek keterangannya karena di dalam kode etik jurnalistik, reporter atau jurnalis harus menghormati hak privat seseorang. Jikalau terjadi pemaksaan, jelas memunculkan intimidasi psikis yang ujung-ujungnya mencederai hak asasi manusia. Nah, membuat janji untuk wawancara, barangkali sulit untuk direncanakan sebelumnya apabila reporter

mendapati isu atau news peg yang tak terduga. Semisal, mendadak ada musibah yang menimpa seseorang dan peristiwa itu mutlak menjadi headline bahkan breaking news (berita terkini saat peristiwa berlangsung). Praktis reporter harus segera mencari informasi secepat mungkin terhadap tokoh atau peristiwa yang terjadi. Contoh, tragedi kecelakaan komedian Taufik Savalas. Kecelakaan naas itu terjadi menjelang tengah malam. Kabar kecelakaan itu didapat dari kepolisian setempat kemudian menyebar di kalangan jurnalis. Menyikapi informasi yang sangat mendadak itu, reporter harus menggali fakta-fakta,terlebih dahulu menghubungi kepolisian untuk menanyakan kronologi, bekerja sama dengan kepolisan mencari tahu siapa saja saksi mata yang ada di tempat kejadian peristiwa (TKP), menghubungi keluarga Taufik Savalas (alamat dan nomor kontak keluarga Taufik Savalas bisa diperoleh dari pihak kepolisian, rumah sakit, teman-teman sesama wartawan, bisa juga dari call center Telkom [apabila kita sudah menggenggam identitas dan alamat jelas Taufik Savalas]). Tak lupa, reporter mutlak mempelajari riwayat Taufik Savalas supaya memilki referensi cukup dan bisa memainkan news angle saat mewawancarai keluarga, kerabat, dan sahabat Taufik Savalas sehingga reporter bisa memunculkan banyak pertanyaan kepada mereka. Patut digarisbawahi, sebagai reporter televisi harus memiliki kesadaran penuh untuk merekam dan mendokumentaasikan penelusuran fakta itu, karena televisi adalah media audio- visual. Jadi seluruh fakta harus bisa ditonton dan didengar oleh penonton.

Bertanya, terus mencari fakta, dan menginformasikan fakta itu ke publik, itulah tugas pokok seorang reporter. Prinsip dasar pertanyaan menganut prinsip 5W + 1H (who, what, where, when why, how ). Jadi kelima unsur pertanyaan itu minimal harus terakomodasi dalam whist list , wawancara, dan hasil reportase. Berikut ini tahap dasar menembus narasumber dengan wawancara:

1. Persiapkan perlengkapan. (bolpoin, buku saku, kamera, tripot atau monopot, microphone, dll.);

2. Siapkan draf pertanyaan sesuai dengan tipe narasumber 5 W 1 H;

3. Membuat list narasumber yang akan dikunjungi;

4. Mengetahui sedikit tentang riwayat dan kepribadian dari narasumber;

5. Lebih banyak mendengar daripada menerangkan;

6. Menjaga sikap di depan narasumber dan dapat membawa kenyamanan ketika melakukan wawancara.

Media-media pencarian data:

1. Internet;

2. Perpustakaan;

3. Surat kabar, artikel, kesaksian, dan riset.

PERTEMUAN III