Kawasan Konservasi Laut Daerah

2. Kawasan Konservasi Laut Daerah

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, pencadangan kawasan konservasi terdiri atas pemerintah, dan pemerintah daerah. Dalam konteks kawasan konservasi, pengelolaan kawasan konservasi perairan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi meliputi: (1) perairan laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas

Sedangkan pengelolaan kawasan konservasi perairan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, meliputi: 1/3 (sepertiga) perairan laut dari wilayah kewenangan pengelolaan provinsi; dan perairan payau dan/atau perairan tawar yang berada dalam wilayah kewenangannya.

Terkait dengan capaian penguatan kelembagaan, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan ketentuan yang merupakan turunan dari PP No. 60/2007 yakni Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Perairan dan Peraturan Menteri No. 2 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Peraturan tersebut memuat pengertian Kawasan Konservasi Perairan yakni kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Sasaran penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan adalah untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan serta ekosistemnya sehingga dapat terjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya ikan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Sesuai peraturan tersebut, lembaga pemerintah (termasuk pemerintah daerah) dapat mengusulkan inisiatif calon kawasan konservasi perairan, selain dapat diusulkan oleh orang perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, dan lembaga swadaya masyarakat. Proses pengajuan usulan insiatif tersebut disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan dengan tembusan Gubernur dan Bupati/Walikota terkait; Gubernur dengan tembusan Menteri dan Bupati/Walikota terkait; atau Bupati/Walikota dengan tembusan Menteri dan Gubernur. Berdasarkan usulan inisiatif calon KKP tersebut, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan/memberikan penilaian usulan calon KKP.

Berdasarkan penilaian usulan inisiatif calon KKP, selanjutnya Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan identifikasi dan inventarisasi untuk mengumpulkan data, informasi dan analisis sebagai bahan rekomendasi calon KKP. Setelah identifikasi dan inventarisasi calon KKP dan melalui konsultasi publik, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai Berdasarkan penilaian usulan inisiatif calon KKP, selanjutnya Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan identifikasi dan inventarisasi untuk mengumpulkan data, informasi dan analisis sebagai bahan rekomendasi calon KKP. Setelah identifikasi dan inventarisasi calon KKP dan melalui konsultasi publik, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai

Berhubung di tingkat nasional dan daerah telah dikenal luas atau populer dengan istilah sebelumnya yakni Kawasan Konservasi Laut Daerah, maka dalam penulisan laporan ini yang dimaksud Kawasan Konservasi Laut Daerah adalah memiliki pengertian yang sama dengan istilah Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Daerah sesuai Permen 17/2008.

Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut (KKLD) di lokasi proyek COREMAP II termasuk tata ruang dan kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan dalam kawasan tersebut, dikuikuhkan melalui Peraturan Bupati. Sesuai dengan Project Logical Framework (Logframe) dan hasil persetujuan antara Executing Agency dan ADB pada mid-term review 2009 menyatakan bahwa target pengelolaan 60,000 hektar terumbu karang adalah termasuk ekosistemnya seperti padang lamun dan hutan bakau di dalam dan luar KKLD. Oleh karena itu dilakukan pencadangan KKLD yang diperkuat dengan Surat Keputusan Bupati.

a) Pencadangan Kawasan Konservasi Laut Daerah

Sebagian besar capaian Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) di lokasi program COREMAP II pada tahap penetepan pencadangan. Hingga 2010, terdapat enam penetapan pencadangan KKLD yang telah disahkan melalui SK Bupati yaitu KKLD Kabupaten Nias Selatan, Tapteng, Mentawai, Batam, Bintan dan Natuna sedangkan rencana pengelolaan KKLD baru di lima kabupaten yaitu Tapteng, Mentawai, Batam, Bintan dan Natuna.

Sedangan Rencana Pengelolaan KKLD Kabupaten Nias, hingga 2010 telah dilakukan konsultasi publik, namun pemekaran Nias menjadi tiga kabupaten mendatangkan kendala tersendiri, sehingga Rencana Pengelolaan KKLD di Kab. Nias hingga akhir 2010 belum dikukuhkan. sedangkan rencana pengelolaan KKLD kabupaten Nias Selatan dan Lingga baru mulai disusun tahun 2009. Secara rinci, nomor dan tanggal penetapan KKLD dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3: Pencadangan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Rencana Pengelolaannya

Lokasi

Penetapan

Management Plan

Pencadangan KKLD

Zonasi:

Zona inti: DPL 13 lokasi Batam

SK Walikota No. KPTS.

Zona Pemanfaatan: Wisata

114/HK/VI/ 2007, 4 Juni 2007

Bahari di P. Abang Zona Perikanan berkelanjutan: P. Karas Zona lainnya: Batam Mariculture Estate

Organisasi pengelola KKLD: pembahasan Perwako sdh di tingkat Biro Hukum. Zonasi di tiga kawasan :

Inti Perikanan berkelanjutan Budidaya ikan

SK Bupati No. 299 Tahun

Pemanfaatan tradisional Ikan pelagis Pelabuhan

Org. Pengelola KKLD: Sementara Seksi Konservasi di Dinas KP Review:

Pantai Barat Mapur untuk perikanan berkelanjutan

Bintan

SK Bupati No. 261/VIII/2007,

Pantai Timur Bintan untuk zona pemanfaatan

23 Agustus 2007

Utara Mapur untuk zona inti Organisasi Pengelola KKLD:. Perbup No. 20 Tanggal 6 Agustus 2010 Delineasi baru telah diajukan ke

Direview kembali karena

Bupati, namun karena bahan

delineasi mengacu pada SK

Lingga belum lengkap, dan ada catatan

Bup Kepri yang lama.

dari Bupati mengenai

Delineasi ulang untuk

wilayah/luasan,Saat ini sedang

penetapan SK Bupati Lingga direview

Review:

Katurai untuk ekowisata Mentawai

SK Bupati No. 178 Tahun

Saibi Samukop utk budidaya

2006, 11 Desember 2006

ikan, pemancingan dan penggunaan lainnya

Saliguma utk budidaya ikan Organisasi Pengelola: Tata batas sudah dilakukan, Seksi Konservasi di Dinas KP, telah disahkan Perbup. Sudah diusulkan ke Menteri KP sebagai Taman Wisata Laut

Telah dibahas opsi organisasi Tapteng

SK Bupati No. 1421/DKP/

2007, 7 November 2007

pengelola KKLD: Tupoksi di bawah Kepala Dinas

Perairan di Sitardas, Jago- jago, dan Tapian Nauli untuk zona perikanan berkelanjutan

Pulau Mursala untuk ekowisata

Rencana perluasan zona inti meliputi P. Mursala, namun krn ada lokasi-lokasi tempat perlindungan nelayan saat badai dll, maka sdg direvisi

Nias

SK Bupati No. 050 /139/K/

- 2007, 29 Juni 2007

Dokumen Management Plan terdapat kekeliruan luasan,

Nias Selatan

Identifikasi calon KKLD: zona

karena mengacu pada luasan SK

inti Luaha Idano Pono, Hayo,

Bupati, luasnya kurang di bawah

Sifitu Ewali, dan Sibaranum

10%. Selain itu konsultan pihak

Pono.

ketiga belum memenuhi syarat pelaporan, yakni belum menyerahkan Buku II.

Perkembangan menggembirakan terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai telah mengeluarkan beberapa kebijakan di antaranya:

a. Surat Keputusan Bupati Kepulauan Mentawai Nomor 523.1/59/PUP.KM/V/2009 tanggal 29 Mei 2009 kepada Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) – DKP tentang usulan Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah sebagai Taman Wisata Laut.

b. Peraturan Bupati Kepulauan Mentawai Nomor 25 tahun 2008 tanggal 26 November 2009 tentang pembentukan Balai Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Sebagai upaya untuk mempercepat capaian Kawasan Konservasi Laut Daerah, pada 2009 dilakukan Pilot Project KKLD di kabupaten Natuna, Bintan dan Kota Batam. Meskipun masih tahap awal hal ini diharapkan mendorong daerah lainnya untuk mengikuti jalur serupa seperti pilot project tersebut. Sebagai gambaran, berikut luasan terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah terkait dengan ekosistem lainnya disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4: Ekosistem Terumbu Karang dan lainnya dalam KKLD

Terumbu Kabupaten

Padang

Hutan

Luas (ha) Jumlah

Karang Nias

Nias Selatan

Area I : 116,000

Area II : 356.905 2,918 8,896 9,085 20,900

Total : 472,905

Natuna

Area I : 57,937

Area II : 53,987 70,176 14,701 Area III : 61,776

b) Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah

Di sejumlah daerah telah tersusun Rencana Pengelolaan (management plan) Kawasan Konservasi Laut daerah (KKLD) enam kabupaten. Meski telah tersusun, namun kesesuaian laporan akhir dengan perangkat panduan rencana pengelolaan KKLD yang telah disusun oleh PMO masih belum sesuai harapan. Oleh karena itu di sejumlah daerah harus dilakukan revisi Rencana Pengelolaan tersebut. Terbatasnya tenaga ahli di bidang konservasi laut merupakan kendala tersendiri bagi daerah untuk memperoleh tenaga konsultan pihak ketiga yang dapat memenuhi harapan. Sejumlah revisi Rencana Pengelolaan dilakukan di sejumlah daerah, meski dengan pendanaan melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun demikian, berbagai capaian telah dihasilkan daerah, antara lain dengan ditetapkannya organisai pengelola KKLD, dan bahkan sebagian telah mengajukan KKLD yang bersangkutan untuk ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan seperti di Kab. Kepulauan Mentawai.

Dengan adanya capaian RENSTRA dan PERDA Pengelolaan Terumbu karang, bila disimulasikan dalam sebuah peta jalan (roadmap) tentang pengelolaan Dengan adanya capaian RENSTRA dan PERDA Pengelolaan Terumbu karang, bila disimulasikan dalam sebuah peta jalan (roadmap) tentang pengelolaan