ISU-ISU STRATEGIS

1.5 ISU-ISU STRATEGIS

Beberapa isu yang dapat menjadi acuan dalam peninjauan kembali RTRW Kota Jayapura adalah:

1. Peran Kota Jayapura dalam skala pelayanan. Kota Jayapura merupakan Ibukota Provinsi Papua dan ditetapkan sebagai daerah otonomi khusus. Hal ini menguntungkan untuk kemandirian wilayah. Pengembangan sektor pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran, pertahanan dan keamanan memberikan dampak dalam skala pelayanan yang terkait dengan posisi Kota Jayapura sebagai kawasan yang strategis diantara beberapa kabupaten perbatasan, sehingga pelayanan yang diberikan tidak hanya skala lokal melainkan juga regional.

2. Sebagai pusat perdagangan regional, Kota Jayapura diarahkan untuk dapat melayani berbagai kebutuhan penduduk dalam skala pelayanan kota, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, dan Provinsi Papua. Sebagai pusat perdagangan lintas batas, Kota Jayapura diarahkan agar dapat memanfaatkan posisi strategisnya yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Neuw Guinea. Penetapan fungsi dan peran ini, perlu didukung oleh penyediaan/pengembangan berbagai prasarana dan sarana penunjang.

3. Kota Jayapura menjadi tujuan migrasi penduduk untuk belajar, bekerja, dan akhirnya menetap di Kota Jayapura. Hal ini akan berdampak terhadap kebutuhan lahan untuk menampung aktivitas masyarakat. Namun, tidak semua warga mampu untuk membeli perumahan yang disediakan oleh pengembang, sehingga pembangunan rumah dilakukan di perbukitan dan lereng terjal dan di atas permukaan air, seperti yang terlihat di Kawasan APO, Kloofkamp, Polimak, dan permukiman pantai. Kawasan hunian ini umumnya tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), sehingga secara kelayakan hunian yang sehat dan aman masih kurang memadai.

4. Kota Jayapura tidak hanya sebagai kota tujuan, melainkan juga sebagai kota transit untuk menuju ke daerah-daerah lainnya di Provinsi Papua, begitupun sebaliknya dari daerah di Papua menuju ke kota-kota di luar Papua. Hal ini dikarenakan, jadwal penerbangan dan kapal masih bergantung pada situasi cuaca Papua dan jumlah sarana penerbangan yang masih belum memadai. Ketersediaan fasilitas jasa yang beragam di Kota Jayapura, menjadikan masyarakat cenderung untuk transit ke Kota Jayapura. Kondisi ini akan memunculkan jasa-jasa lainnya yang berkembang, seperti jasa rental kendaraan, jasa hiburan, jasa penginapan, serta berpeluang

I - 88 I - 88

5. Tingginya perambahan hutan di Kawasan Cagar Alam Cycloop. Kawasan ini sebagian berfungsi sebagai permukiman warga tertentu, perkebunan, serta perambahan kayu (terutama Kayu Swan) untuk kebutuhan pembangunan jembatan dan arang. Hal ini mengancam kelestarian lingkungan yang ada di bawahnya dan sumber air semakin berkurang.

6. Keterbatasan lahan pengembangan kegiatan budidaya di pusat kota, sehingga pengembangan lahan diarahkan ke Distrik Muara Tami.

7. Pembangunan jembatan ring-road dan Jembatan Holtekamp-Hamadi untuk mengurangi kemacetan di Jalan Skyline hingga Jalan Abepura-Sentani, serta untuk mengurangi disparitas di wilayah Distrik Muara Tami. Jalan ring-road ini melintas di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dan Kawasan Cagar Budaya di Kampung Tobati dan Kampung Enggros, serta Hutan Lindung Abepura. Oleh karena itu, pengamanan dan pengendalian pembangunan harus dilakukan agar keseimbangan dan keberlanjutan tetap berlangsung.

8. Perkembangan perdagangan dan jasa serta perkantoran di Kelurahan Entrop berdampak terhadap berkurangnya kawasan mangrove/bakau. Bakau berfungsi untuk menahan terjadinya abrasi laut, sehingga bila hilang tentu akan mengganggu ekosistem di kawasan ini.

9. Kota Jayapura berada di kawasan yang rawan bencana gempa bumi, tanah longsor, dan banjir, sehingga pendekatan mitigasi bencana perlu dikembangkan dan pengendalian terhadap dampak negatif yang terjadi.

10. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat dan guna lahan yang semakin berkembang, namun kurang didukung oleh perkembangan prasarana jalan, sehingga menimbulkan konflik sirkulasi.

11. Penyediaan prasarana dasar, seperti air bersih, persampahan, listrik sangat bergantung pada sistem penyediaan prasarana perkotaan. Pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan fasilitas dan prasarana perkotaan.

12. Penyediaan ruang bagi sektor informal, sehingga sektor ini tidak dianggap sebagai salah satu perusak keindahan kota, melainkan mendukung perekonomian masyarakat dan Kota Jayapura.

13. Pemahaman masyarakat masih kurang mengenai pemanfaatan ruang Kota Jayapura, dimana masyarakat berhak membangun apapun di tanah mereka tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang terjadi dan kesesuaian ruangnya.

I - 89