6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan maupun organisasi. Perusahaan harus memiliki keunggulan
bersaing untuk menghadapi kompetitor. Salah satu faktor penting dalam menciptakan keunggulan bersaing adalah dengan menggunakan Sumber Daya
yang ada di perusahaan semaksimal mungkin. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Sumber Daya Manusia
merupakan salah satu Sumber Daya perusahaan yang memegang peran penting dalam tercapainya tujuan perusahaan. Sumber Daya Manusia yang berkualitas,
merupakan asset penentu yang dapat meningkatkan keberhasilan suatu perusahaan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya bersaing dalam menghadapi era globalisasi, tetapi lebih dari itu sekolah memberikan kontribusi
yang besar untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Sekolah diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang tangguh, kreatif dan inovatif
dimasa mendatang. Namun pada kenyataannya rendahnya daya saing didunia pekerjaan menunjukkan bahwa dunia pendidikan masih belum mampu
menghasilkan Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas. Dunia pendidikan kini dihadapkan oleh berbagai perubahan, Prof. Sanusi
dalam Mulyasa 2007:3 menyatakan bahwa perubahan yang terjadi mencakup
Universitas Sumatera Utara
social change, turbulence, complexity, and chaos ;
seperti pasar bebas
free trade,
tenaga kerja bebas
free labour
, perkembangan masyarakat informasi, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang sangat
dasyat. Menurut Siahaan dan Martiningsih dalam Wardana 2013:98 Pendidikan itu bukan hanya penting, tetapi sangat mendasar bagi perkembangan kehidupan
manusia. Maka UNESCO
United Nations Education, Scientific and cultural Organization
menerapkan dan mengkampanyekan program pendidikan sepanjang
hayat
life-long education
, pendidikan untuk semua
education for all
, dan semua
untuk pendidikan
all for education
. Menurut Mc. Donald dalam Subagio 2011:2
“… is a process or an activity which is directed at producing desirable in the behavior of human beings.”
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2013, menyatakan : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
pembentukan watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlat mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,
dan menjadi
warga negara
yang demokratis
serta bertanggungjawab”.
Untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan pendidikan tersebut,
dibutuhkan Sumber Daya Manusia, yaitu guru. Mardjuki dalam Wardana 2013:98 , menyatakan bahwa guru merupakan Sumber Daya Manusia yang
menjadi perencanaan, pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan. Guru sebagai
agen of change
memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang dihadapkan pada perubahan-perubahan globalisasi
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi saat ini. Untuk itu guru diharapkan memiliki kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Guru dituntut untuk mampu
memberikan dan merealisasikan harapan dari semua pihak melalui kinerjanya. Kinerja Guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja yang dilakukan oleh
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru menentukan kualitas hasil pendidikan. Artinya kinerja guru merupakan faktor
penentu bagi mutu pendidikan yang akan berdampak pada kualitas hasil pendidikan setelah menyelasaikan sekolah.
Besarnya tanggungjawab yang diberikan kepada guru dalam proses peningkatan mutu layanan dan kualitas lulusan membuat guru layak untuk
mendapatkan perhatian. Dan sudah selayaknya pemerintah turut berperan dalam meningkatkan mutu layanan tersebut.
Sertifikasi upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan. Muslich 2007: 8 menyatakan bahwa
“Peningkatan mutu guru lewat sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan”.
Guru yang bermutu merupakan syarat mutlak dalam menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Ret 2010:7 menyatakan hampir semua bangsa di
dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru dan dosen yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah
di banyak negara adalah kebijakan intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru dan dosen yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Sertifikasi merupakan bukti pengakuan atas kompetensi guru yang sudah memenuhi standar profesional guru. Sebagai penghargaan, guru yang telah lulus
sertifikasi mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 satu kali gaji pokok. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat.
Widayati 2013:20, menyatakan profesionalitas guru dapat dilihat dari berbagai aspek seperti peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberdayakan
berbagai aspek pendukung pembelajaran sehingga guru meningkat kreativitas dan produktivitasnya. Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan
teknologi, seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang
dihasilkan dalam bentuk
software
maupun
hardware.
Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain juga dapat dijadikan tolok ukur
profesionalitas guru. Pemanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet. Motivasi terus berkembang untuk maju dan
berkualitas dalam pembelajaran, administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Selain sertifikasi, guru juga memerlukan motivasi berprestasi dalam menjalankan profesinya. Mangkunegara 2004: 103 mendifinisikan motivasi
berprestasi sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai
prestasi dengan predikat terpuji. Adapun karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
menurut McClelland dan Murray dalam mangkunegara 2004:104, yaitu
Universitas Sumatera Utara
memiliki tingkat tangungjawab pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk
merealisasikannya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapi, melakukan pekerjaan yang berarti dan
menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
Komitmen juga berpengaruh terhadap kinerja guru. Komitmen guru merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil tidaknya sekolah
mencapai tujuannya dalam pendidikan. Echols 2003:130
commit
artinya melakukan,
commitment
artinya melakukan janji-janji dan tanggung jawab.
Komitmen merupakan suatu keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Seseorang yang telah
memiliki suatu komitmen, tidak akan kurang setuju dalam menentukan sikap dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Tanpa ada suatu komitmen,
tugas-tugas yang diberikan kepada guru sukar untuk terlaksana dengan baik. Komitmen guru erat kaitannya dengan sejauh mana seorang guru memiliki
kepedulian dan perhatian terhadap tugas. Seorang guru yang memiliki tingkat komitmen rendah, maka dia cendrung memiliki tingkat kepatuhan yang rendah
dalam bekerja. Agar guru yang disertifikasi mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan
yang diharapkan diperlukan komitmen yang tinggi dalam dirinya untuk menuju
guru profesional. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai komitmen tinggi
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen adalah suatu hal yang sangat
Universitas Sumatera Utara
mendasar yang perlu dimiliki oleh seorang guru agar tugas yang diberikan benar-
benar berjalan seoptimal mungkin.
SMP Negeri 3 Tanjung Morawa merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan observasi peneliti dan wawancara
dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 3, diperoleh informasi bahwa hampir semua guru di SMP tersebut sudah mendapatkan sertifikasi, yaitu sebanyak 42 dari 46
guru sudah mendapatkan sertifikasi. Pada dasarnya, sertifikasi sudah meningkatkan kinerja guru. Karena untuk
mendapatkan sertifikasi, guru harus memenuhi beberapa syarat dan tahapan. Seperti, mengajar tatap muka minimal 24 jamminggu. Hal ini tentunya sudah
membuat guru lebih berproduktifitas di sekolah dari sebelumnya. Namun dalam beberapa hal kinerja dan profesionalisme guru masih dirasa
kurang memuaskan. Adanya asumsi bahwa sertifikasi merupakan kondisi final dari profesi sebagai guru puncak karir membuat guru merasa puas terhadap
pencapaian kinerjanya. Begitu juga dengan motivasi berprestasi dan komitmen guru yang masih dirasa kurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa guru yang melaksanakan perencanaan pembelajaran hanya sebanyak 31 guru 73.8, sedangkan sebanyak
11 guru 26.19 masih belum melaksanakan perencanaan pembelajaran dengan baik. Menurut Pedoman Penyusunan Portofolio, 2009:7, perencanaan
pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya
memuat perumusan tujuankompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber media pembelajaran, scenario pembelajaran, dan penilaian
proses dan hasil belajar. Dengan merencanakan pembelajaran maka proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien.
Adapun prestasi yang telah dicapai guru dalam mengikuti kejuaraan 3 tahun terakhir, yaitu mengikuti perlombaan Penelitian Tindakan Kelas PTK pada
tingkat Provinsi hanya 1 guru atau sama dengan 2.38. Selain perlombaan PTK, guru yang mengikuti lomba guru berprestasi pada tingkat KabupatenKota juga
hanya 1 guru dari jumlah guru sertifikasi. Walaupun dalam mengikuti lomba, baik pada tingkat Provinsi maupun KabupatenKota guru memperoleh kejuaraan, hal
ini dikarenakan dorongan kuat dari diri seorang guru untuk berprestasi masih dirasa kurang.
Keikutsertaan guru mejadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial hanya sebanyak 23.8. Adapun pengurus organisasi dibidang pendidikan
menurut Pedoman Penyusunan Portofolio 2009:12 antara lain; Pengurus Forum Komunikasi Kepala Sekolah FKKS, Forum Kelompok Kerja Guru FKKG,
Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
ISPI dan lain sebagainya. Sedangkan kepengurusan sekolah, seperti: tugas tambahan menjadi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala
laboratorium, perpustakaan,
laboratorium komputer,
laboratorium IPA,
laboratorium bahasa. Dari keikutsertaan guru dalam organisasi, diharapkan kinerja dan profesionalisme guru ikut meningkat.
Guru yang membimbing siswa sampai mengerti mata pelajaran yang diajarkan ada sebanyak 36 guru 85.7. Memperlihatkan bahwa kesadaran
dorongan akan tanggungjawab sebagai seorang guru masih belum dirasakan oleh semua guru. Seperti yang diketahui bahwa salah satu tanggungjawab seorang guru
adalah membimbing siswa sampai mengerti akan matapelajaran yang diajarkan. Mulyasa, 2007
:156 menyatakan, “Untuk memperoleh hasil yang optimal, guru dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi
harus mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan”. Melalui pengamatan peneliti, banyak guru yang masih berfokus pada
buku ajaran, yang membuktikakn bahwa masih kurangnya pemberdayaan sumber pembelajaran.
Hal ini membuat siswa kurang tertarik atau merasa proses pembelajaran teras monoton. Mulyasa 2007:157 menjelaskan ada berbagai sumber pengajaran
yang memungkinkan untuk diberdayagunakan, seperti : 1 Manusia
people
, guru dapat memberikan kemudahan belajar dengan menghadirkan narasumber
yang terkait langsung dengan objek pembelajaran sehingga diperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman bagi peserta didik. 2 Bahan
material
, seperti film pendidikan, grafik, yang digunakan sebagai media pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
instructional media
dan mengandung pesan pembelajaran. 3 Lingkungan
setting
seperti ruang atau tempat yang di gunakan untuk berinteraksi dengan siswa. Contohnya ruang perpustakaan, laboratorium,
micro teaching
bahkan tempat-tempat seperti museum. 4 alat dan peralatan
tools and equipment
seperti kamera,
tape recorder
, proyektor, radio dan lain sebagainya. Selain itu, keinginan untuk membuat kegiatan kerja ilmiah, seperti
melaksanakan penelitian tindakan kelas
classroom action research
, menulis karya ilmiah dan keinginan menjadi terkemuka yang menguasai bidang tertentu
masih rendah dikalangan guru bahkan masih banyak guru yang golongannya tidak meningkat. Berdasarkan pengamatan dan data yang peneliti peroleh, guru yang
golongannya sudah meningkat sebanyak 10 guru atau sama dengan 23.8. sedangkan 32 guru lainnya walaupun sudah mendapatkan sertifikasi masih kurang
termotivasi untuk meningkatkan golongannya. Fenomena lainnya menunjukkan bahwa masih ada guru yang lebih memilih
untuk menggunakan suatu produk pembelajaran yang bersifat “instan”, seperti memfotocopy atau “
copy-
paste” silabus, Rancangan Persiapan Pengajaran RPP maupun media pembelajaran dari sesama guru atau internet yang semuanya itu
belum tentu sesuai dengan pembelajaran yang diasuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa, guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya bukan karena
adanya motivasi dari dirinya, melainkan untuk menjalankan kewajiban disekolah. Kurangnya kesadaran akan tugas dan tanggungjawab yang diembankan,
memperlihatkan bahwa guru kurang memiliki komitmen kuat terhadap dirinya sendiri. Hal ini terlihat dari masih ada guru yang belum tepat waktu dalam
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan tugas, masih ada guru yang kurang peduli terhadap masalah yang dihadapi sekolah, seperti masalah perkembangan anak didik maupun masalah
administrasi sekolah. Komitmen guru untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK juga dirasa kurang, misalnya masih banyak guru yang tidak
mengerti bagaimana menggunakan komputer, internet dan lain sebagainya. Guru yang memiliki komitmen, akan menunjukkan sikap kerja yang penuh
perhatian terhadap tugas dan tanggungjawabnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Fenomena diatas memperlihatkan bahwa tidak hanya kurangnya
motivasi yang kuat dikalangan guru sertifikasi, melainkan guru tersebut juga kurang memiliki komitmen yang kuat pada sekolah dan diriya sendiri. Guru yang
memiliki komitmen, akan berjanji dengan dirinya sendiri untuk melaksanakan
tugas dengan penuh kepeduliaan, disiplin, loyalitas dan kebanggaan pada tugas
meskipun tidak diawasi oleh kepala sekolah, maupun supervisor. Melakukan
sesuatu sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang telah ada serta menggunakan nilai-nilai kebenaran dalam
menetapkan suatu keputusan. Tanpa komitmen, maka tugas guru sebagaimana telah dijelaskan akan sulit untuk terlaksana walaupun
guru tersebut sudah mendapat sertifikasi. Melihat kenyataan yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul
“Pengaruh Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi, dan Komitmen terha
dap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa”.
1.2 Perumusan Masalah