14
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kelangsungan perkembangan
ilmu pengetahuan
ilmu hukum
selain bergantung pada metodologis, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat
ditentukan oleh teori.
16
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan gejala spesifikasi
atau proses
tertentu terjadi.
Suatu teori
harus di
uji dengan
menghadapkannya pada
fakta-fakta yang
dapat menunjukkan
ketidak benarannya.
17
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
18
Kerangka teori dijadikan pisau analisis dalam penelitian tesis ini memiliki pengertian yaitu merupakan kerangka pemikiran mengenai suatu kasus atau problem
yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis. Penelitian ini berusaha memahami asas-asas hukum yang melekat pada hak atas tanah yang akan dialihkan
berdasarkan pewarisan, akan tetapi hak atas tanah yang akan dialihkan masih dibebani Hak Tanggungan. Artinya penelitian ini berusaha memahami objek
penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana yang ditentukan dalam Perundang-Undangan yang berkaitan dengan
masalah hak atas tanah yang akan dialihkan, prosedur pewarisan hak atas tanah tersebut, dan kedudukan Hak Tanggungan yang didasarkan pewarisan.
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1996, hal 6.
17
JJJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Jilid I, Penyunting M. Hisyam, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1996, hal 203.
18
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993, hal 35.
Universitas Sumatera Utara
15
Teori hukum yang dipakai adalah hukum yang berkembang sesuai perkembangan kebutuhan masayarakat.Dimana perubahan masyarakat di bidang
hukum tanah dan Hak Tanggungan harus berjalan dengan teratur dan diikuti dengan pembentukan norma-norma sehingga dapat berjalan secara harmonis.
19
Kerangka teori yang dimaksud adalah pemikiran, pendapat, teori, tesis dari para penulis ilmu hukum,
yang dapat dijadikan bahan untuk dibandingkan, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal bagi penelitian ini.
Teori Hukum Benda menurut Nin Yasmine Lisasih adalah Peraturan– Peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau barang-barang zaken
dan Hak Kebendaan zakelijk recht.Pengertian benda dapat dibedakan menjadi pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian benda
dalam arti sempit adalah setiap barang yang dapat dilihat saja berwujud. Sedangkan pengertian benda dalam arti luas Pasal 509 KUHPerdata yaitu
tiap barang-barang dan hak-hak yang dapat dikuasai dengan hak milik atau dengan kata lain benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu
yang dapat diberikan diletakkan suatu Hak diatasnya, yang paling utama berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut
adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.
20
Salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan adalah melalui penyerahan. Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui peralihan berdasarkan
alas hak rechts titel tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah, warisan dan sebagainya.Dengan adanya penyerahan maka hak atas suatu benda berpindah kepada
siapa benda itu diserahkan.
19
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1997, hal 102.
20
http:ninyasmine.wordpress.com20110814teorihukumbenda, di akses pada tanggal 10 Maret 2012.
Universitas Sumatera Utara
16
Dalam menganalisis
masalah ini,
dibutuhkan pendekatan
yang mengisyaratkan terdapatnya kompleksnya masalah dalam masyarakat yaitu proses
peralihan hak atas tanah yang dibahas dalam tesis ini. Hal ini dikarenakan melibatkan banyak pihak dalam proses mengurusnya, serta persyaratan yang harus dipenuhi
sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Asas-asas Hukum Agraria harus bersumber dari Pancasila sebagai asas idiil dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai asas Konstitusional
21
Berdasarkan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa bagi masyarakat Indonesia, hubungan
antara manusia dengan tanah tidak dapat dihilangkan oleh siapapun juga, termasuk oleh Negara, ini yang dinamakan sebagai sifat kodrat. Berdasarkan
sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dimana hubungan manusia dengan tanah mempunyai sifat kolektif sebagai dwi tunggal.
Berdasarkan sila ketiga, Persatuan Indonesia, pada sila ini dapat dirumuskan bahwa hanya orang Indonesia yang dapat mempunyai hubungan dengan tanah
di Negara Indonesia.Berdasarkan Sila Keempat, Kerakyatan, mengandung makna tiap-tiap orang Indonesia dalam hubungannya dengan tanah mempunyai
hak dan kesempatan yang sama, sehingga pedoman ini mengenai hubungan hak dan kekuasaan. Berdasarkan Sila Kelima, Keadilan Sosial, tiap-tiap orang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama menerima bagian dari manfaat tanah, menurut kepentingan hak hidupnya, bagi diri sendiri dan bagi
keluarganya.”
22
Pasal 10 ayat 1 UUHT menyatakan bahwa, “Pemberian Hak Tanggungan dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang
tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian
utang piutang yang
bersangkutan atau
perjanjian lainnya
yang menimbulkan utang tersebut”.Sesuai dengan sifat accessoir dari Hak Tanggungan,
pemberiannya haruslah merupakan ikutan accessoir dari perjanjian pokok, yaitu
21
Mariam Darus Badrulzaman selanjutnya disebut Mariam Darus Barulzaman II, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1986, hal 14.
22
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, PT. Softmedia, Medan, 2009, hal 43.
Universitas Sumatera Utara
17
perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang dijaminkan pelunasannya.Perjanjian utang piutang tersebut dapat dibuat dengan akta dibawah
tangan atau dengan akta otentik, tergantung pada ketentuan hukum yang mengatur materi perjanjian itu.
23
Pasal 10 ayat 2 UUHT menyatakan bahwa, perjanjian pemberian Hak Tanggungan
merupakan perjanjian
kebendaan yang
mempunyai karakter
berkelanjutan voortdurende
overeenkomst yang
diawali dengan
perjanjian pemberian Hak Tanggungan dan berakhir pada saat pendaftaran.Sepanjang
pendaftaran belum dilakukan, perjanjian pemberian Hak Tanggungan ini belum merupakan perjanjian kebendaan”.
24
Hak Tanggungan
bukan merupakan
perjanjian yang
berdiri sendiri.
Keberadaannya adalah karena adanya perjanjian lain, yang disebut perjanjian pokok. Salah satu perjanjian pokok bagi perjanjian Hak Tanggungan adalah Perjanjian Kredit
yang menimbulkan utang yang dijamin. Dalam butir 8 penjelasan umum UUHT disebutkan oleh karena Hak Tanggungan menurut sifatnya merupakan ikutan atau
accesoir pada suatu piutang tertentu, yang didasarkan pada suatu perjanjian utang piutang atau perjanjian lain maka kelahiran dan keberadaannya ditentukan oleh
adanya piutang yang dijamin pelunasannya.
23
Penjelasan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanahbeserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah
24
Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik Tanah Negara dan Tanah Pemda Teori dan Praktek Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2004, hal. 158.
Universitas Sumatera Utara
18
Hak Tanggungan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang bersangkutan dan Pasal 18 ayat 1 huruf a UUHT menentukan Hak
Tanggungan hapus karena hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan.
25
Dijelaskan dalam Penjelasan Umum UUHT bahwa yang dimaksud dengan memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain ialah bahwa jika debitor cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan
menurut ketentuan
peraturan Perundang-Undangan
yang bersangkutan,
dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut dengan hak mendahulu
daripada kreditur-kreditur yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi preferensi piutang-piutang Negara menurut ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku. Juga dilengkapi dalam Pasal 20 ayat 1 UUHT ditentukan sebagai berikut : Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan hak
pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UUHT atau title eksekutorial yang terdapat
dalam Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2 UUHT. Obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara
yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-Undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu daripada kreditur-kreditur
lainnya. Asas ini berlaku pula Hipotik yang dikenal dengan asas droit de preference. Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak
Tanggungan itu berada, Pasal 7 UUHT menetapkan asas bahwa Hak Tanggungan
25
Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah.
Universitas Sumatera Utara
19
tetap mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek tersebut berada. Dengan demikian, Hak Tanggungan tidak akan berakhir sekalipun obyjek Hak Tanggungan
itu beralih kepada pihak lain oleh karena sebab apapun juga. Berdasarkan asas ini, pemegang Hak Tanggungan akan selalu dapat melaksanakan haknya dalam tangan
siapapun benda itu berpindah. Asas ini dikenal sebagai droit de suite seperti halnya dalam Hipotik memberikan sifat kepada Hak Tanggungan sebagai hak kebendaan
hak yang mutlak artinya hak ini dapat dipertahankan terhadap siapapun. Pemegang hak tersebut berhak untuk menuntut siapapun juga yang menganggu haknya itu. Sifat
droit de suite disebut juga zaaksgevolg artinya pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak mengikuti obyek Hak Tanggungan meskipun obyek Hak
Tanggungan telah berpindah dan menjadi pihak lain. Contoh obyek Hak Tanggungan tanah dan bangunan telah dijual dan menjadi milik pihak lain, maka kreditur sebagai
pemegang jaminan tetap mempunyai hak untuk melakukan eksekusi atas jaminan tersebut jika debitur cidera janji meskipun tanah dan bangunan telah beralih dari
milik debitur menjadi milik pihak lain.
26
2. Konsepsi