PENTINGNYA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DI PERGURUAN TINGGI

BAB IV PENTINGNYA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DI PERGURUAN TINGGI

Pada beberapa dekade ini, pendidikan inggi lebih menekankan pada pengembangan keterampilan generik atau atribut lulusan, termasuk kemampuan komunikasi, perspe­ kif global, pemecahan masalah, kerja sama im, dan tang­ gung jawab sosial. Ketergantungan pada kurikulum berbasis konten bukanlah upaya yang tepat bagi dunia yang berubah dengan cepat (Lowe, 1999).

Tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu maha­ siswa belajar dengan cara yang memungkinkan mereka untuk menggunakan apa yang sudah mereka pelajari dalam mem­ ecahkan masalah pada situasi baru. Problem solvingadalah dasar untuk pendidikan, oleh karena itu dosen diharapkan mampu mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memecahkan masalah.

Keterampilan pemecahan masalah yang baik adalah yang mampu memberdayakan mahasiswa pada pendidikan, pro­ fesi, dan kehidupan pribadi mereka. Secara nasional dan internasional, ada pengakuan yang berkembang bahwa jika pendidikan tujuannya untuk menghasilkan pemikir terampil dan inovator dalam ekonomi global yang cepat berubah, maka keterampilan pemecahan masalah lebih pening dari­ pada yang lainnya. Kemampuan untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks pembelajaran sangat pening untuk pengembangan pengetahuan, pemahaman dan kinerja. Me­ wajibkan mahasiswa untuk terlibat dengan pemecahan ma­ salah kompleks dan otenik mendorong mereka untukmeng­

36 Universitas Negeri Surabaya 36 Universitas Negeri Surabaya

Dari sumber yang sama dinyatakan bahwa, dalam laporan terbaru, pengusaha di perusahaan­perusahaan kecil, menen­ gah, dan besar, telah mengideniikasi aspek­aspek pemeca­ han masalah berikut sebagai hal pening untuk keberhasilan dalam organisasi mereka, antara lain:

1) Mengembangkan kreaivitas, solusi inovaif;

2) Mengembangkan solusi prakis;

3) Menunjukkan kemandirian dan inisiaif dalam mengi­ deniikasi masalah dan memecahkan masalah;

4) Memecahkan masalah dalam im;

5) Menerapkan berbagai strategi untuk memecahkan ma­ salah;

6) Menggunakan matemaika termasuk penganggaran dan

pengelolaan keuangan untuk memecahkan masalah;

7) Menerapkan strategi di berbagai bidang pemecahan masalah.

Jonassen (1997) mengemukakan, dalam pengerian yang paling umum, masalah (problem) adalah sesuatu yang idak diketahui yang dihasilkan dari situasi di mana seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tu­ juan.Namun, masalah dapat menjadi masalah bila ada “felt need” yang memoivasi orang untuk mencari sebuah solusi agar dapat menghilangkan kesenjangan/perbedaan.

Masalah secara tradisional dideinisikan menjadi domain masalah, jenis masalah, proses pemecahan masalah, dan solusi. Domain masalah (problem domain) terdiri dari konten (konsep, aturan, danprinsip) yang mendeinisikan elemen­

37

Universitas Negeri Surabaya

elemen masalah. Jenis masalah (problem type) menggam­ barkan kombinasi konsep dan aturan serta prosedur untuk bekerja dalam rangka memecahkan masalah. Misalnya, reak­ si oksidasi dalam kimia merupakan jenis masalah yang disele­ saikan dalam aturan yang mirip. Proses pemecahan masalah bergantung pada pemahaman problem solver dan represen­ tasi dari jenis masalah, termasuk pemahaman pada rumusan masalah dan tujuan. Hal ini, bersama dengan satu set opera­ tor bergerak dari keadaan awal ke arah tujuan, yang dikenal sebagai ruang masalah (problem space)atau skema masalah ( problem scheme). Ruang masalah adalah “the fundamen- tal organizaional unit of all human goal-oriented acivity” (Newell, 1980). Dengan prakik sepanjang waktu, problem solver membangun representasi ataus kemamasalah yang lebih kaya, yang dapat mereka terapkan dalam cara yang lebih prosedural atau otomais. Oleh karena itu, para ahli berbeda dengan para pemula dalam menyelesaikan masalah karena skema masalah mereka yang lebih baik memungkink­ an mereka untuk mengenali situasi masalah sebagai bagian dari kelompok/kelas masalah tertentu. Para pemula, di sisi­ lain, memiliki skema masalah yang kurang, sehingga idak mampu mengenali masalah yang dinyatakan, mereka harus bergantung pada strategi pemecahan masalah secara umum (Sweller, 1988).

Solusi dari suatu masalah menggambarkan tujuanproblem solver . Solusi mungkin konvergen (hanya satu solusi yang sudah dikenal), atau mungkin divergen (satu dari beberapa solusi yang dapat diterima). Atribut pening pemecahan ma­ salah adalah bahwa solusi untuk masalah ini idak nampak atau ditentukan dalam pernyataan masalah, sehingga maha­ siswa harus mengideniikasi idak hanya sifat masalah, na­

38 Universitas Negeri Surabaya 38 Universitas Negeri Surabaya

Penekanan baru pada keterampilan generik ditujukan un­ tuk mengatasi kebutuhan mendesak bagi para profesional agar dapat menemukan solusi yang realisis untuk masalah di dunia nyata yang kompleks. Jonassen (2002) bahkan lebih jauh menyatakan, “I believe that the only legiimate goal of professional educaion, either in universiies or professional training, is problem solving.” Dengandemikian, pendidik di perguruan inggi (dosen) perlu hai­hai memeriksa metode mereka dalam mengajarkan pemecahan masalah, serta jenis masalah yang mereka pilih untuk mahasiswa, jika ingin meng­ hasilkan lulusan yang berhasil dalam dunia kerja yang mod­ ern, masyarakat, dan kehidupan secara umum.

Universitas Negeri Surabaya