Kewirausahaan orang Kontribusi modal

- IV.66 - Perluasan akses bagi usaha mikro, kecil dan koperasi, sangat diperlukan terutama untuk meningkatkan produktivitasnya yang masih rendah. Hal ini merupakan akibat dari keterbatasan akses usaha mikro, kecil, dan koperasi ke sumber daya produktif, seperti pembiayaan, bahan baku, informasi, teknologi, dan layanan sistem pendukung. Dari sisi pengembangan kewirausahaan, ekosistem kewirausahaan yang kondusif juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan SDM wirausaha baru yang unggul. Sementara dari sisi koperasi, sebagian besar koperasi belum mampu meningkatkan efisiensi dan posisi tawar usaha mikro dan kecil. Berbagai sasaran kegiatan pada program prioritas perluasan akses usaha mikro, kecil, dan koperasi merupakan bagian dari upaya menjawab kendala dan tantangan yang dihadapi saat ini.

4.8 Infrasruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman

Sesuai dengan kerangka umum pembangunan infrastruktur RPJMN 2015-2019, Prioritas Nasional Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman dititikberatkan pada: 1 penyediaan pelayanan dasar, termasuk dalam mendukung aksesibilitas daerah perbatasan dan tertinggal, serta meningkatkan keselamatan transportasi; 2 infrastruktur mendukung sektor unggulan, melalui pembangunan konektivitas dengan tol laut sebagai tulang punggung serta pembangunan jaringan serat optik, untuk mendukung kawasan pertanian, industri dan pariwisata; serta 3 infrastruktur perkotaan, termasuk pengembangan angkutan umum masal dan pengembangan teknologi, informasi dan komunikasi TIK untuk mendukung pengembangan smart city. - IV.67 - Pembangunan infrastruktur membutuhkan dana yang sangat besar dengan kebutuhan investasi 2015-2019 sekitar Rp4.796 Triliun, sedangkan anggaran pemerintah APBN dan APBD hanya dapat menutupi sekitar 41,3 dari kebutuhan tersebut. Paradigma baru pendanaan infrastruktur adalah menjadikan APBNAPBD sebagai sumberdaya terakhir last resource. Pendanaan infrastruktur diutamakan melalui skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah PINA serta Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha KPBU sebagaimana diatur di dalam Perpres Nomor 382015. Pada tahun 2018, pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan proyek yang telah disiapkan dengan skema KPBU pada tahun sebelumnya serta menambah proyek-proyek KPBU yang baru. Dengan dukungan peraturan perundang-undangan terkait KPBU yang telah memadai diharapkan inisiasi-inisiasi baru proyek KPBU baik untuk infrastruktur ekonomi maupun infrastruktur sosial terus bermunculan. Untuk mendorong hal tersebut, perlu dilakukan pemrioritasan proyek melalui penyusunan kajian awal prastudi kelayakan yang komprehensif. Sebagai upaya untuk mendorong pemrioritasan proyek tersebut, langkah yang perlu dilakukan Pemerintah antara lain: 1. menyediakan fasilitasi pendampingan penyusunan kajian awal prastudi kelayakan untuk sekurang-kurangnya 6 proyek yang meliputi infrastruktur ekonomi dan sosial; 2. meningkatkan koordinasi dengan mengoptimalkan Kantor Bersama KPBU Republik Indonesia; 3. menyelenggarakan peningkatan kapasitas SDM aparatur negara dan konsultan melalui kerjasama dengan instansi terkait; - IV.68 - 4. mencari sumber-sumber pembiayaan dalam penyiapan proyek KPBU agar proyek KPBU dapat distrukturkan dan dapat dipromosikan dengan baik sehingga dapat menarik minat investor; dan 5. menyusun daftar rencana KPBU dan alat-alat bantu penyiapan proyek KPBU untuk mempercepat pemerintah dalam implementasi KPBU di Indonesia. Selain dengan skema KPBU, pemerintah berkomitmen untuk mendorong innovative financing melalui Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah PINA. PINA merupakan skema pembiayaan dengan memanfaatkan sumber-sumber dana jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi. Pemerintah berperan sebagai penghubung serta fasilitator untuk melakukan konsolidasi dana jangka panjang yang kemudian diarahkan untuk pembiayaan proyek investasi. Pemerintah telah menunjuk Menteri PPNKepala Bappenas sebagai Koordinator PINA. Penunjukan ini masih sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2016. Perpres ini menyatakan bahwa Bappenas memiliki fungsi untuk pengkoordinasian, fasilitasi dan pelaksanaan pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian dana untuk pembangunan bersama instansi terkait. Dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinasi PINA, Menteri PPNKepala Bappenas melakukan koordinasi, fasilitasi dan intermediasi dengan para pemangku kepentingan yang terlibat. Untuk mempermudah proses dan pelaksanaan fasilitasi ini, akan disusun Peraturan Menteri PPNKepala Bappenas yang akan mengatur tata cara pelaksanaan fasilitasi PINA. Arah Kebijakan dan Sasaran Umum Arah kebijakan Prioritas Nasional Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman tahun 2018, adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan aksesibilitas pada kawasan perbatasan dan tertinggal melalui penyediaan infrastruktur dan layanan transportasi. Penyediaan infrastruktur transportasi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan dan tertinggal, serta memudahkan akses bagi pelayanan dasar lainnya seperti kesehatan dan pendidikan. 2. Pengembangan konektivitas untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, jalur utama logistik, dan integrasi antarmoda dalam rangka mendorong pengembangan wilayah strategis. Pengembangan wilayah strategis di luar Pulau Jawa diharapkan dapat menekan disparitas antar wilayah dan memperlancar mobilisasi barang. 3. Infrastruktur mendukung sektor unggulan, melalui pembangunan konektivitas dengan tol laut sebagai tulang punggung, untuk mendukung kawasan pertanian, industri dan pariwisata. 4. Pemeliharaan infrastruktur transportasi jalan, kereta api, dermaga penyeberangan, bandara, dan pelabuhan untuk menjaga kondisi dan kualitas layanan transportasi. Dalam rangka memperbaiki tata kelola dan manajemen pemeliharaan jalan daerah - IV.69 - untuk mendukung kebijakan peningkatan konektivitas nasional, pada tahun 2018 akan dikembangkan skema pendanaan hibah jalan daerah yang bersumber dari Rupiah Murni APBN. Disamping pelaksanaan program hibah jalan daerah yang bersumber dari hibah Pemerintah Australia DFATProgram PRIM. 5. Pengembangan transportasi perkotaan pengembangan jalan perkotaan dan pengembangan angkutan massal perkotaan untuk mendorong efisiensi mobilitas perkotaan dan mengurangi berbagai eksternalitas negatif kemacetan, kerugian bahan bakar, kerugian waktu, dan pencemaran lingkungan. 6. Pemerataan pembangunan infrastruktur TIK khususnya di daerah perbatasan dan tertinggal, serta memastikan utilisasi TIK di sektor e-Government, e-Kesehatan, e- Pendidikan, e-Logistik dan e-Commerce. Sasaran Umum Sasaran umum Prioritas Nasional Infrastruktur, Konektivitas dan Kemaritiman sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut. TABEL 4.28 SASARAN UMUM PRIORITAS NASIONAL INFRASTRUKTUR, KONEKTIVITAS DAN KEMARITIMAN DALAM RPJMN 2015-2019 Indikator 2014 Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Sasaran Akhir RPJMN a. Pengembangan Pelabuhan Non Komersil lokasi 163 40 40 40 25 163 kumulatif b. Rata-rata dwelling time hari 7 – 8 5 – 6 4 – 5 4 – 5 3-4 3 – 4 c. Terbangunnya jalur KA termasuk jalur ganda Km 954,43 186,99 542,27 902,3 1.353,17 3.258 kumulatif d. Terbangunnya jalan baru Km 1.268 329 490 502,5 677 2.650 kumulatif e. Pengembangan jalan tol Km 820 125 104 253 379 1.000 kumulatif f. Terbangunnya bandara baru peningkatan bandara yang ada 1 15 15 lanjutan 15 lanjutan 15 lanjutan 15 kumulatif g. Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Udara trayek 115 217 228 240 252 265 h. Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Laut trayek 76 86 113 140 167 193 i. Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Sungai dan Penyeberangan trayek 181 210 229 237 249 261 - IV.70 - Indikator 2014 Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Sasaran Akhir RPJMN j. Pengembangan pelabuhan untuk menunjang tol laut lokasi 24 24 24 24 24 24 k. Pengembangan pelabuhan penyeberangan lokasi 210 15 23 15 16 270 kumulatif l. Pembangunan penyelenggaraan kapal perintis unit 50 30 30 104 kumulatif m. Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Jalan trayek 208 217 298 364 300 470 n. Tersedianya Subsidi Perintis Kereta Api lintas 3 4 4 4 6 5 o. Meningkatnya Pangsa pasar angkutan umum 23 24 26 28 30 32 p. Berkembangnya jaringan kereta api perkotaan kota 2 3 kumulatif 5 kumulatif 7 kumulatif 7 kumulatif 10 kumulatif q. Berkembangnya sistem BRT dan Transit kota 17 17 kumulatif 20 kumulatif 23 kumulatif 23 kumulatif 34 kumulatif r. Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api kecelakaan per 1 juta- km perjalanan kereta api 0,042 0,039 0,035 0,032 0,028 0,025 s. Menurunnya indeks fatalitas korban kecelakaan transportasi jalan dari kondisi baseline 16 20 26 32 41 50 t. Jaringan tulang punggung serat optik nasional ibukota kabkota 372 kumulatif 400 kumulatif 424 kumulatif 446 kumulatif 479 kumulatif 514 kumulatif Pada Tahun 2017 tidak ada pembangunan baru kapal angkutan laut perintis, hanya melanjutkan kapal yang sudah dibangun dengan multi years Baseline Tahun 2010 untuk indeks fatalitas per 10.000 kendaraan adalah 3,93 Program Prioritas Prioritas Nasional pembangunan Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman mencakup dua program prioritas, yaitu: 1 pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat, laut, udara, dan intermoda; dan 2 pengembangan telekomunikasi dan informatika. - IV.71 - Kegiatan Prioritas Kegiatan prioritas yang mendukung Program Prioritas Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat, Laut, Udara dan Intermoda mencakup tiga kegiatan, yaitu: 1 Aksesibilitas; 2 Konektivitas; serta 3 Transportasi Perkotaan. Kegiatan Prioritas Aksesibilitas berfokus pada kegiatan pengembangan dan pembangunan transportasi yang mendukung kawasan perbatasan dan daerah tertinggal meliputi penyediaan dan pengembangan transportasi darat, angkutan penyeberangan dan poros penghubung, pelabuhan, jalan akses dan jalan paralel perbatasan, bandar udara, serta subsidi operasi dan pelayanan transportasi keperintisan di kawasan perbatasan dan daerah tertinggal. Kegiatan Prioritas Konektivitas fokus kepada kegiatan pembangunan untuk mendukung jalur utama logistik dan pusat-pusat pertumbuhan seperti kawasan pertanian produktif, kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, serta kawasan strategis pariwisata nasional. Selain itu, kegiatan prioritas tersebut juga menekankan pengembangan integrasi antarmoda dalam rangka meningkatkan konektivitas. Kegiatan Prioritas Konektivitas meliputi: 1 pengembangan dan pembangunan moda transportasi darat jalan, kereta api, dan angkutan INFRASTRUKTUR, KONEKTIVITAS KEMARITIMAN Pengembangan Sarana Prasarana Transportasi Darat, Laut, Udara Intermoda Pengembangan Telekomunikasi Informatika Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas - IV.72 - sungai dan penyeberangan, laut, dan udara; 2 integrasi antarmoda; serta 3 pengembangan tol laut melalui pembangunan dan pengembangan pelabuhan-pelabuhan strategis. Kegiatan Prioritas Transportasi Perkotaan memiliki fokus pengembangan transportasi perkotaan yang berkelanjutan dan efisien melalui pengembangan angkutan massal perkotaan dan pengembangan jaringan jalan perkotaan. Kegiatan Prioritas Transportasi Perkotaan meliputi: 1 pembangunan dan pengembangan angkutan massal perkotaan yang berbasis bus dan rel; 2 peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan jalan perkotaan; 3 penerapan manajemen sistem transportasi; serta 4 penguatan integrasi kelembagaan transportasi. PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA TRANSPORTASI DARAT, LAUT, UDARA INTERMODA Aksesibilitas Konektivitas Transportasi Perkotaan Kegiatan Transportasi untuk mendukung kawasan pusat – pusat pertumbuhan, jalur utama logistik dan integrasi antar moda Kegiatan Transportasi untuk mendukung kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal Kegiatan Transportasi untuk mendukung transportasi berkelanjutan melalui pengembangan angkutan masal perkotaan Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas - IV.73 - Adapun kegiatan, sasaran, target dan lokasi program prioritas dijabarkan dalam tabel berikut: TABEL 4.29 SASARAN PROGRAM PRIORITAS INFRASTRUKTUR, KONEKTIVITAS DAN KEMARITIMAN DALAM RKP 2018 No Kegiatan Prioritas Sasaran Pembangunan 2018 Lokasi 1 Aksesibilitas • Pembangunan 466 kilometer jalan paralel perbatasan. • Pembangunan akses jalan di daerah tertinggal untuk membuka isolasi wilayah di 82 kabupaten tertinggal. • Penyediaan subsidi perintis angkutan jalan di 291 trayek. • Tersedianya subsidi perintis kereta api di 6 lintas. • Pembangunan 16 dermaga penyeberangan. • Penyediaan subsidi perintis angkutan sungai dan penyeberangan di 223 trayek. • Pembangunan lintas penyeberangan Sabuk Utara dan Lintas Selatan ke Tengah. • Penyediaan subsidi bagi 124 trayek angkutan laut perintis. • Pengembangan 34 bandara di kawasan perbatasan dan daerah tertinggal. • Penyediaan subsidi bagi 193 rute penerbangan perintis. • Pengembangan hub jembatan udara. • Tersebar. 2 Konektivitas • Pembangunan dan peningkatan jalan lintas utama jalan trans, jalan arteri, jalan tol, dan jalan akses menuju kawasan perekonomian strategis, bandara, dan pelabuhan. • Pembangunan dan pengembangan 24 pelabuhan strategis. • Perbaikan manajemen dan pengelolaan pelabuhan. • Pengembangan reaktivasi jalur kereta api regional. • Pengembangan dan reaktivasi KA menuju pelabuhan dan bandara. • Pengembangan coastal shipping. • Pembangunan dan pengembangan simpul-simpul transportasi. • Tersebar. 3 Transportasi Perkotaan • Pengembangan jaringan kereta api perkotaan di 7 wilayah perkotaan. • Pengembangan sistem Bus Rapid Transit BRT di 23 wilayah perkotaan. • Penyediaan subsidi angkutan KA perkotaan. • Penyediaan fasilitas perlengkapan lalu lintas jalan ATCS. • Pembangunan underpassflyover, jalan lingkar, dan jalan tol perkotaan. • Tersebar. - IV.74 - Kegiatan Prioritas pada Program Prioritas Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika Pembangunan infrastruktur dan konektivitas telekomunikasi dan informatika dilakukan dalam rangka pemerataan akses informasi dan komunikasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan ini diharapkan tidak hanya menjamin akses informasi bagi masyarakat, namun juga mendukung tumbuhnya berbagai sektor unggulan. Sektor telekomunikasi dan informatika harus dapat mendorong sektor lain dalam meningkatkan efisiensi, memperluas cakupan layanan, maupun menyediakan berbagai inovasi sesuai dengan perkembangan teknologi. Program prioritas Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika terdiri atas lima kegiatan prioritas, yaitu: 1 pembangunan jaringan pitalebar; 2 akses internet dan telekomunikasi untuk daerah non komersil; 3 penguatan penyiaran di daerah perbatasan; 4 optimalisasi penggunaan TIK pada instansi pemerintah; serta 5 dukungan TIK pada sektor prioritas e- Commerce, e-Health, dll. Sumber : Bappenas, 2017 PENGEMBANGAN TELEKOMUNIKASI INFORMATIKA Pembangunan Jaringan Pitalebar Akses Internet dan Telekomunikasi untuk Daerah nonKomersil Penguatan Penyiaran di Daerah Perbatasan Optimalisasi Penggunaan TIK Pada Instansi Pemerintah Dukungan TIK Pada Sektor Prioritas e-Commerce, e-Health, dll Prioritas Nasional Program Prioritas Kegiatan Prioritas