BUDAYA DALAM PANDANGAN SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI, DAN PSIKOLOGI

B. BUDAYA DALAM PANDANGAN SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI, DAN PSIKOLOGI

1. Budaya Dalam Pandangan Sosiologi

Dalam bukunya Liliweri (2009) disebutkan bahwa para sosiolog mendefinisikan kebudayaan dengan berbagai variasi pandangannya. Setidaknya ada empat pandangan yang dikemukakannya.

Pertama, definisi yang diambil dari Dictionary of Modern Sociology, kebudayaan merupakan keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life, termasuk nilai-nilai, norma- norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar.

Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Francis Merill, Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Francis Merill,

Ketiga, Bounded, dkk. (1989) mengemukakan bahwa kebudayaan

adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pemerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.

Keempat, D. Mitchell mengemukakan bahwa kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.

2. Budaya Dalam Pandangan Antropologi

Berbeda dengan para sosiolog, para antropolog memiliki beberapa pandangan mengenai budaya dalam perspektif tersendiri. Liliweri (2009) mengelompokan pandangan para antropolog ke dalam lima pandangan mengenai budaya.

Pertama, pada sekitar abad 19, di zaman Renaisans, budaya digambarkan sebagai adat istiadat, kepercayaan, bentuk bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa di masa silam yang berbeda dengan masa kini, kemudian dalam periode berikutnya berkembang pada bentuk-bentuk ritual yang dilakukan oleh masyarakat tertentu yang tinggal dalam satu tempat yang sama.

Kedua, Malinowski mengatakan bahwa kebudayaan Kedua, Malinowski mengatakan bahwa kebudayaan

Ketiga, Marvin Harris mengatakan, kebudayaan harus dipandang dengan melihat sebuah kenyataan bahwa manusia menampilkan perilaku atau aktivitas tertentu agar dia dapat makan, menghirup udara, membuang air besar, mencari jodoh, memperbanyak keturunan/reproduksi, berpindah-pindah, tidur dan beristirahat.

Keempat, Frans Boaz mengatakan bahwa kebudayaaan adalah gabungan dari reaksi-reaksi individual atas pengaruh dari kebiasaan mereka.

Kelima, pandangan yang memandang bahwa kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, sehingga seseorang tidak dapat dilahirkan tanpa budaya, sedang budaya bersifat universal. Setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha dan sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis. Dari pendapat yang kelima inilah muncul pandangan lain yang memberikan pengertian mengenai budaya dengan makna yang tidak hanya biologis, yaitu juga makna psikologis.

3. Budaya Dalam Pandangan Psikologi

Salah satu faham dari aliran psikologi yang kerap membahas tentang budaya adalah aliran humanistik. Salah satu tokohnya adalah Ashley Montagu, yang menyatakan

bahwa Seorang yang terdidik tidak selalu merupakan orang yang berbudaya meskipun seorang yang berbudaya selalu terdidik…dan bahwa orang yang berbudaya tidak selalu orang yang berpengetahuan tetapi orang yang menggunakan pengetahuannya adalah orang yang humanis (Liliweri, 2009). Hal ini dapat dimaknai bahwa pendidikan, pengetahuan, dan

kebudayaan sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat kebudayaan sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

Budaya merupakan suatu konstruk individual-psikologis sekaligus sosial-makro. Artinya bahwa budaya itu ada dalam setiap diri manusia baik secara individual maupun sebagai konstruk sosial-global. Perbedaan individu dalam sebuah budaya bisa diamati pada orang-orang dari budaya tersebut sampai batas di mana mereka mengadopsi dan terlibat dalam sikap, nilai, keyakinan dan perilaku-perilaku yang berdasarkan konsensus/kesepakatan, sehingga membentuk budaya.

Bila dalam diri individu terdapat tindakan, perilaku, serta nilai yang sesuai dengan kesepatan tersebut maka budaya itu hadir dalam diri individu tersebut, dan jika tidak, maka diri individu tersebut tidak termasuk dalam budaya itu (Matsumoto, 2008).

Lebih lanjut, definisi budaya ini, disepakati oleh para ahli psikologi lintas budaya sebagai konglomerasi/ sekumpulan sikap, nilai, perilaku dan keyakinan bersama, yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya lewat bahasa. Definisi ini merupakan definisi psikologis, bukan biologis. (Matsumoto, 2008).