Pembahasan Hasil Penelitian

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Dari kegiatan survei ini, peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran mengenal pecahan sederhana t di kelas III SD Negeri I Ngadirejo Temanggung masih tergolong rendah. Kemudian, peneliti berkolaborasi dengan observer untuk mengatasi masalah tersebut dengan metode kooperatif picture and picture secara langsung dalam proses pembelajaran matematika mengenal pecahan sederhana Kemudian, peneliti menyusun rencana untuk siklus I. Siklus pertama ini mengenalkan pecahan dengan alat peraga gambar- gambar dan alat peraga matematika materi pecahan. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang ada pada siklus I. Selama pelaksanan siklus II ini juga terdapat sedikit kelemahan. Kemudian, kelemahan pada siklus II ini diatasi dengan melaksanakan pembelajaran matematika dengan menambah gambar- gambar dan alat peraga. sehingga melalui pengalaman langsung dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tentang pengenalan pecahan sederhana bagi siswa kelas III SD Negeri I Ngadirejo, Temanggung. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran matematika KD 3.1 mengenal pecahan sederhana dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru karena dengan model pembelajaran dan pengajaran dapat mengefektifkan waktu pembelajaran tentang pecahan. Model pembelajaran juga sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran berhitung Keberhasilan pembelajaran dengan model-model kooperatif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika KD 3.1 mengenal pecahan sederhana dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.

1. Siswa membandingkan pecahan dengan gambar-gambar. Pada siklus I, guru merencanakan tiga kali pertemuan dan setiap pertemuan 70 menit. Dalam pelaksanaannya, guru mampu melaksanakan pembelajaran hanya 60 menit sehingga pada pertemuan pertama masih tersisa waktu 10 menit. Waktu yang tersisa tersebut digunakan untuk evaluasi.

Selanjutnya, siklus II, guru melaksanakan pembelajaran selama 60 menit.. Dari siklus II ini, waktu yang tersisa adalah 10 menit. Dengan mempertimbangkan waktu yang masih tersisa tersebut pada setiap siklus, guru dapat memberikan evaluasi dengan baik, meskipun selama proses pembelajaran guru juga sudah melaksanakan evaluasi.

2. Masalah waktu pembelajaran yang terbatas yang selama ini dikeluhkan oleh guru, dapat teratasi. Guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran matematika karena guru menggunakan model pembelajaran kooperatif learning Sebagaimana hasil penelitian yang pernah penulis lakukan bahwa guru akan terlatih mengoperasikan dengan baik perangkat pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan dengan model pembelajaran kooperatif.

3. Dapat disimpulkan di sini bahwa dengan adanya kesempatan siswa untuk memasangkan/mengurutkan gambar-gambar dapat membantu dalam memahami materi dan kelancaran siswa dalam mengenal pecahan sederhana Kesempatan dalam menggunakan gambar-gambar dan alat peraga matematika dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Dalam proses apersepsi, pada siklus I siswa yang aktif 75%, namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni mencapai 80,47% . Adapun dalam penyampaian materi, pada siklus I siswa yang aktif 61,72%, namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni mencapai 75,78% . Dengan demikian, tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan apersepsi dan penyampaian materi cukup berhasil. Tindakan tersebut berupa pemberian reinforcement (penguatan) berupa reward dan feedback atas keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini berdasarkan penjelasan Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999: 53) bahwa siswa akan belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Hal ini disebabkan selama kegiatan pembelajaran, guru memberikan bimbingan dengan memberikan feedback berupa tanggapan terhadap kegiatan mengenal pecahan sederhana dengan model picture and picture dengan alat peraga pecahan. Siswa menjadi lebih aktif dan mempunyai respons positif terhadap pembelajaran matematika, karena timbul kesadaran adanya 4. Dalam proses apersepsi, pada siklus I siswa yang aktif 75%, namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni mencapai 80,47% . Adapun dalam penyampaian materi, pada siklus I siswa yang aktif 61,72%, namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni mencapai 75,78% . Dengan demikian, tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan apersepsi dan penyampaian materi cukup berhasil. Tindakan tersebut berupa pemberian reinforcement (penguatan) berupa reward dan feedback atas keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini berdasarkan penjelasan Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999: 53) bahwa siswa akan belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Hal ini disebabkan selama kegiatan pembelajaran, guru memberikan bimbingan dengan memberikan feedback berupa tanggapan terhadap kegiatan mengenal pecahan sederhana dengan model picture and picture dengan alat peraga pecahan. Siswa menjadi lebih aktif dan mempunyai respons positif terhadap pembelajaran matematika, karena timbul kesadaran adanya

5. Mengintegrasikan pembelajaran keterampilan matematika mengenal pecahan sederhana dengan model picture and picture dengan gambar-gambar dan alat peraga matematika.

6. Perencanaan pembelajaran atau langkah pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Rumusan langkah pembelajaran mengenal pecahan sederhana dapat dilakukan dengan memadukan empat aspek keterampilan berhitung lainnya yaitu mengalikan, membagi ,menjumlahkan dan mengurangi.. Perpaduan ini harus dilakukan sebagai usaha pelaksanaan pembelajaran yang terpadu dan terintegrasi.

7. Dalam menghitung disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pembelajaran matematika mengenal pecahan sederhana dengan model picture and picture dan alat peraga matematika yang terpenting adalah tiga kata kunci, yaitu: mencari, menemukan, dan memecahkan masalah. dengan model kooperatif picture and picture mempunyai tujuan agar siswa tidak bosan dan tidak mudah lupa dalam pemikiran siswa.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas III SDN I Ngadirejo pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran 75% pada siklus I meningkat menjadi 80,47 % .

2. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VI SD N I Ngadirejo pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dengan nilai rata-rata 70,63 pada siklus I dan mengalami kenaikan pada siklus II menjadi

3. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa dalam menganalisa gambar yang ada.

4. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatkan daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang diberikan karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

Dokumen yang terkait

A. Standar Kompetensi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 66

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Mengunakan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Inquiry pada Mata Pelajaran IPA

0 0 14

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa Kelas V

0 1 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Setting, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa Ke

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 30

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Tema

0 1 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BIDANG PENDIDIKAN DENGAN MODEL IN HOUSE TRAINING (IHT) BAGI GURU SD NEGERI I NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG

0 8 16