Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PT Perkebunan Nusantara II

PENGELOLAAN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN TANJUNG JATI
PT PERKEBUNAN NUSANTARA II

MONICA CHRISTINA NATALIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan
Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati, PT
Perkebunan Nusantara II adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Monica Christina Natalia
NIM A24100138

i

ABSTRAK
MONICA CHRISTINA NATALIA. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PT Perkebunan Nusantara II.
Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH dan SUPIJATNO.
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada 10 Februari hingga 9 Juni 2014 di
Kebun Tanjung Jati PT Perkebunan Nusantara II. Kegiatan magang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses kerja
secara nyata di lapangan, serta dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
manajemen dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit. Pemupukan kelapa sawit
yang efektif dan efisien harus memenuhi prinsip 5T (Tepat Dosis, Tepat Waktu,

Tepat Cara, Tepat Tempat, dan Tepat Jenis). Pengamatan yang dilakukan terhadap
ketepatan jenis dan cara yang diaplikasikan sudah tepat namun ketepatan dosis
pemupukan belum sesuai standar perusahaan serta ketepatan waktu yang belum
sesuai antara rekomendasi dan realisasi aplikasi pemupukan.
Kata kunci: Kelapa sawit, ketepatan pemupukan, manajemen pemupukan

ABSTRACT
MONICA CHRISTINA NATALIA. Fertilization Management on Mature Plant
Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in PT Perkebunan Nusantara II Kebun
Tanjung Jati. Supervised by SYARIFAH IIS AISYAH and SUPIJATNO.
The internship was conducted from 10th February to 9th June 2014 in
Tanjung Jati Estate PT Perkebunan Nusantara II. The purpose of the internship
was to improve the students ability and to understand the real process in the oil
palm plantation, to improve the comprehension and management skills in the
management of oil palm plantation. The effective and efficient of the oil palm
fertilization should fulfill the five accuracy (accuracy of doses, time, fertilization
method, placet, and type). The observation on accuracy of type and method have
fulfilled the company procedure but the accuracy of doses has not fulfilled the
company procedure and the accuracy of time have not appropriate with
recommendation and realization fertilizer of company procedure.

Key words: Accuracy of fertilization, fertilization management, oil palm

ii

PENGELOLAAN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN TANJUNG JATI
PT PERKEBUNAN NUSANTARA II

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


iii

v

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini telah berhasil diselesaikan oleh penulis dengan baik dan
lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat untuk kelulusan
S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis selama
kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama empat bulan di
perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Tanjung Jati, PT Perkebunan
Nusantara II, Langkat, Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua, adik, dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan
kepada penulis, Ibu Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MScAgr dan Bapak Dr Ir Supijatno,
MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan
serta arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi serta kepada
Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen penguji. Bapak Dr Ir Supijatno,
MSi selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama

menjalankan studi. Bapak Drs Teruna Sinulingga, MM selaku manager kebun,
dan keluarga besar Kebun Tanjung Jati, PT Perkebunan Nusantara II, Sumatera
Utara, terutama Bapak Ir Inganta Sitepu selaku Asisten Afdeling I yang telah
memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. Teman-teman magang
seperjuangan dan mahasiswa AGH angkatan 47 beserta semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke arah yang lebih baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat, amin.

Bogor, Agustus 2014
Monica Christina Natalia

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit

2

Ekofisiologi Kelapa Sawit

2

Pemupukan

3

METODE MAGANG

4


Tempat dan Waktu

4

Metode Pelaksanaan

4

Pengumpulan Data

5

Analisis Data

6

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

6


Letak Geografis dan Administratif

6

Keadaan Iklim dan Tanah

6

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

6

Keadaan Tanaman dan Produksi

7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

7


PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

8

Aspek Teknis
Aspek Manajerial

8
18

PEMBAHASAN

20

Tepat Dosis

20

Tepat Cara


20

Tepat Jenis

21

Tepat Waktu

21

Prestasi Tenaga Kerja

22

vii

KESIMPULAN DAN SARAN

23

Kesimpulan

23

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

35

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Luas areal dan tata guna lahan di Kebun Tanjung Jati
Produksi dan produktivitas di Kebun Tanjung Jati tahun 2009-2013
Komposisi dan jumlah tenaga kerja Kebun Tanjung Jati PTPN II
Ketepatan dosis pemupukan dolomit
Rekomendasi dan realisasi dosis pupuk NPK tahun 2013
Curah hujan rata-rata tahun 2009-2013 dan curah hujan tahun 2014 di
Kebun Tanjung Jati
7 Rencana dan realisasi aplikasi pemupukan Kebun Tanjung Jati 2013
dan 2014
8 Prestasi kerja penabur di Kebun Tanjung Jati

7
7
8
14
14
14
15
16

DAFTAR GAMBAR
1 (a) Road Roller (b) Road Grader
2 Pengendalian gulma secara manual
3 Pengendalian gulma secara kimia
4 (a) Pembibitan LCC (b) Pertumbuhan LCC di lapang
5 Gudang pupuk
6 (a) Muat pupuk dari gudang ke truk (b) penempatan pupuk di truk
7 Supply point
8 Pengambilan pupuk di supply point
9 Pengamatan ketepatan cara pemupukan NPK
10 Kegiatan penunasan kelapa sawit

9
9
10
11
12
12
13
13
15
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Kebun Tanjung Jati,
PTPN II, Sumatera Utara
2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Kebun Tanjung Jati,
PTPN II, Sumatera Utara
3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Kebun Tanjung Jati,
PTPNII, Sumatera Utara
4 Peta Kebun Tanjung Jati, PTPN II, Sumatera Utara
5 Curah hujan tahun 2009-2013 di Kebun Tanjung Jati
6 Pembagian luas areal kelapa sawit Kebun Tanjung Jati
7 Struktur organisasi Kebun Tanjung Jati, PTPN II, Sumatera Utara
8 Produksi TBS tahun 2009-2013 Kebun Tanjung Jati

26
27
28
30
31
32
33
34

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit masih menjadi komoditas perkebunan yang penting
dan menjanjikan. Hal ini terkait dengan hasilnya (minyak kelapa sawit dan inti
sawit) yang merupakan bahan baku industri sekaligus komoditas ekspor yang
sangat penting. Minyak kelapa sawit merupakan sumber bahan baku biodiesel
terbarukan (renewable). Selain itu, minyak kelapa sawit juga dimanfaatkan pada
industri pangan maupun non pangan (Pardamean 2011). Luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 9 juta hektar dan merupakan
perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Demikian pula produksinya tahun 2012
mencapai 23 juta ton dengan produktivitas 3 571 kg ha-1 dan menduduki posisi
pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2012).
Tanaman kelapa sawit dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara dan
air yang cukup. Unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman
kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, dan B. Hara-hara tersebut diharapkan tersedia
cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat
tanaman mengalami gejala defisiensi hara (Pahan 2012). Pengolahan tanah yang
tidak baik dan penggunaan tanah yang intensif mengakibatkan unsur hara di
dalam tanah semakin lama semakin rendah. Perbaikan tersebut dapat dilakukan
dengan pemupukan. Poeloengan et al.(2003) menyatakan produktivitas tanaman
yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan
yang baik. Pupuk yang biasa digunakan untuk kelapa sawit adalah urea (unsur N),
rock phospate atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau
Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat (unsur B).
Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
produktivitas tanaman. Hal tersebut karena biaya pemupukan tergolong tinggi,
kurang lebih 30 persen dari total biaya produksi atau 40 –60 persen dari biaya
pemeliharaan sehingga menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat
menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya
mulai dari pengadaan hingga aplikasinya di lapangan baik secara teknis maupun
manajerial. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari
faktor efisiensi. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan usaha menekan
biaya per satuan output serendah mungkin, tanpa mengurangi hasil maupun mutu
yang dicapai. Salah satu alternatif tindakan efisiensi biaya pemupukan yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan efektivitas pemupukan di lapang (Poeloengan dan
Erningpraja 1994).
Efektivitas pemupukan berhubungan dengan persentase hara pupuk yang
diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk
diserap tanaman sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan
antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat produksi yang
dihasilkan. Agar kebutuhan tanaman atas unsur hara dapat tercukupi dengan tepat
maka sebelum diadakan pemupukan terlebih dahulu perlu analisis kebutuhan
unsur hara tanaman tersebut melalui analisis tanah dan daun (Pahan 2012).

2
Tujuan
Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan profesionalisme mahasiswa dalam memahami proses kerja secara
nyata di lapangan, mampu mengidentifikasi dan menjelaskan masalah yang
dihadapi di lapangan, serta dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
manajemen dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit. Adapun tujuan khusus dari
kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
teknis tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit khususnya mengenai
pemupukan.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari famili Arecaceae dan
subfamili Cocoideae (Pahan 2012). Morfologi daun kelapa sawit terdiri dari
beberapa bagian, sebagai berikut : kumpulan anak daun (leaflets), rachis, tangkai
daun (petiole), dan seludang daun (sheath) sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberi kekuatan pada batang. Daun kelapa sawit sering disebut pelepah yang
mempunyai anak daun, jumlah anak daun ini tergantung dari umur tanaman,
semakin dewasa semakin banyak anak daunnya sampai jumlah tertentu (Hakim
2007).
Ekofisiologi Kelapa Sawit
Dalam konteks ekofisiologi ini, faktor lingkungan yang dominan yaitu
faktor keadaan tanah (edafik) dan iklim yang meliputi intensitas cahaya matahari,
temperatur, curah hujan, dan kelembapan udara (Pahan 2012). Curah hujan yang
sangat tinggi dengan rata-rata 437 mm bulan-1 yang berpotensi menimbulkan
losses tinggi melalui proses pencucian, aliran permukaan dan erosi. Adiwiganda
(2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu
diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit diprediksi yaitu kandungan air
dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan untuk aplikasi pupuk.
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1
000 m di atas permukaan laut (dpl). Dengan demikian, tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh sampai kisaran 20oC tetapi, produksi TBS yang tertinggi didapatkan
dari daerah yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 25oC-27oC (Pahan 2012)
Untuk memperoleh hasil maksimal dalam budidaya kelapa sawit perlu
memperhatikan sifat fisik dan kimia tanah diantaranya struktur tanah dan drainase
tanah baik, kedalaman solum tanah lebih dari 80 cm, tekstur tanah ringan serta
menurut Lubis (1992) memiliki reaksi tanah (pH) 4.0 - 6.0.

3
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
produktivitas tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara
pupuk diserap oleh tanaman (Limbong 2011). Hal tersebut karena biaya
pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih 30% dari total biaya produksi atau 4060 % dari biaya pemeliharaan sehingga menuntut pihak praktisi perkebunan untuk
secara tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan
mengelolanya mulai dari pengadaan hingga aplikasinya di lapangan baik secara
teknis maupun manajerial. PPKS (2005) menyatakan manfaat pemupukan yang
optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-250 mm bulan-1, sedangkan curah
hujan minimum 60 mm bulan-1 dan maksimum 300 mm bulan-1.
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk diantaranya
adalah hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun terakhir,
realisasi pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun terakhir, dan gejala
defisiensi hara (Winarna et al. 2003). Kelapa sawit memerlukan pemupukan baik
pada tahap pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM), maupun tanaman
menghasilkan (TM). Pemupukan pada tanaman menghasilkan merupakan hal
penting ditinjau dari kegunaannya ataupun biaya yang dipakai. Teknik aplikasi,
dosis, jumlah pupuk, dan lain-lain tergantung beberapa hal seperti: jenis tanah
(podsolik, aluvial, andosol, dan lain-lain), umur tanaman, tingkat produksi yang
dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, jenis pupuk yang akan dipakai, tenaga
kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, analisis kadar hara pada daun, dan
sebagainya (Lubis 1992).
Agar kebutuhan tanaman atas unsur hara dapat tercukupi dengan tepat maka
sebelum diadakan pemupukan terlebih dahulu perlu analisis kebutuhan unsur hara
tanaman tersebut melalui analisis daun (Pahan 2012). Analisis kadar hara daun
dilakukan setiap tahun dan rekomendasi pemupukan tiap tahun didasarkan hasil
analisis kadar hara daun tahun sebelumnya. Berdasarkan analisis kadar hara daun
dapat diketahui gejala defisiensi kadar hara daun. Pahan (2012) juga menguraikan
konsep 4T tersebut sebagai berikut :
Tepat jenis. Strategi dalam menentukan jenis pupuk harus
mempertimbangkan teknis dan pertimbangan ekonomis. Secara teknis, strategi
menentukan jenis pupuk sebaiknya dilakukan dengan cara: memilih kombinasi
jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan unsur hara tambahan,
memilih jenis pupuk berdasarkan sifat kelarutannya. Jenis pupuk yang sering
digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N),
rock phosphate atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau
Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat atau borate (unsur B).
Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai
dengan tepat dosis. Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang
berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga
merugikan tanaman. Berdasarkan pengamatan beberapa kebun yang telah
dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya salah satunya juga di Tambusai Estate,
rata-rata ketepatan dosis pemupukan masih dibawah 90% padahal seharusnya di
atas 95% sehingga belum memenuhi prinsip kaidah ketepatan dosis (Hidayat
2012).

4
Tepat Cara. Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat
mempengaruhi jumlah pupuk yang akan diserap akar tanaman. Aplikasi pupuk
pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masingmasing seperti:
(a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran.
(b) P2O5 dan MgO (Phosphate dan Magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari
tanaman sampai ujung bokoran.
(c) K2O (Kalium) ditaburkan diujung bokoran, cara penaburan pupuk harus
praktis, tetapi tetap dijamin bahwa pupuk yang diberikan dapat mudah dijangkau
oleh ujung akar tanaman, sedangkan tempat penaburan untuk beberapa jenis
pupuk tertentu harus ditabur di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari
genangan air. (Mahyudin 2011).
Tepat Waktu. Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim
(terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya
sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara (Adiwiganda 2007). Menurut
Setyamidjaja (2006) waktu pemberian pupuk pada tanaman belum menghasilkan
(TBM) didasarkan pada umur tanaman. Jadi pemupukan tidak dilaksanakan pada
patokan pemupukan pada awal atau akhir musim hujan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di PTPN II, Kebun Tanjung Jati, Langkat,
Sumatera Utara. Kegiatan ini dilakukan selama empat bulan, bulan Februari 2014
sampai bulan Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan yang
dilakukan diantaranya sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan,
sebagai pendamping mandor/mandor besar selama satu bulan. Kemudian penulis
diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten selama dua bulan.
Kegiatan teknis yang dilaksanakan penulis selama satu bulan meliputi
pemupukan, pengendalian gulma baik secara manual maupun secara kimiawi,
penunasan, pemeliharaan LCC, pemanenan buah, pemeliharaan jalan dan titi
panen. Kegiatan manajerial dilaksanakan penulis saat menjadi pendamping
mandor pupuk, mandor babat, mandor semprot, dan mandor panen selama satu
bulan. Sebagai pendamping asisten selama dua bulan terakhir. Kegiatan yang
dilakukan penulis selama pelaksanaan magang dapat dilihat pada lampiran 1, 2,
dan 3.

5
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung (data primer) dan metode tidak
langsung (data sekunder). Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung baik melalui wawancara dengan pekerja lapang (karyawan) perusahaan
maupun melalui pengamatan langsung. Beberapa indikator yang akan diamati
secara detail agar pemupukan yang dilaksanakan perusahaan tersebut menjadi
efektif dan efisien meliputi ketepatan dosis pemupukan, ketepatan cara, ketepatan
waktu, dan prestasi tenaga kerja pemupuk. Indikator tersebut selanjutnya akan
dibandingkan dengan standar yang dilaksanakan oleh perusahaan.
Data primer yang diamati antara lain :
1.
Tepat Dosis / tanaman
Pengamatan dilakukan terhadap ketepatan dosis per tanaman dengan
menghitung jumlah taburan per tanaman. Pengambilan contoh tanaman
dilakukan terhadap 9 orang penabur dengan tiga kali ulangan. Masingmasing penabur diambil 10 contoh tanaman yang diamati.
2.
Tepat Cara
Pengamatan dilakukan dengan mengukur jarak taburan per tanaman yang
dilakukan oleh penabur. Pengambilan contoh dilakukan terhadap 9 penabur
(setiap penabur diambil sample sebanyak 10 tanaman) dengan tiga kali
ulangan.
3.
Tepat Waktu
Pengamatan dilakukan terhadap realisasi waktu pemupukan yang
diaplikasikan di lapangan kemudian dibandingkan dengan rekomendasi
waktu pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset serta pola curah
hujan selama periode waktu tertentu dilaksanakannya pemupukan.
4.
Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk
Data ini diperoleh dengan menghitung prestasi kerja pemupuk berdasarkan
bobot pupuk HK-1 dibandingkan dengan standar kerja yang ditetapkan oleh
perusahaan. Prestasi kerja berdasarkan bobot HK-1 yang diamati meliputi
jenis pupuk, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja dalam satu blok.
Data sekunder yang dikumpulkan dari perusahaan tempat magang meliputi :
1.
Kondisi Kebun yang meliputi letak geografis, keadaan iklim, tanah, luas
Hak Guna Usaha, keadaan tanaman, produksi, peta areal, dan topografi
lahan,
2.
Organisasi dan manajemen,
3.
Sarana dan prasarana kebun,
4.
Dosis rekomendasi dan realisasi pemupukan tanaman pada tiga tahun
terakhir (2011, 2012, 2013)
5.
Produktivitas tanaman pada tiga tahun terakhir (2011, 2012, 2013)

6
Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dianalisis secara deskriptif dan
kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis yang meliputi nilai ratarata dan presentase hasil pengamatan. Data dan informasi yang diperoleh
selanjutnya akan dibandingkan dengan standar dan aturan kerja dari setiap
kegiatan yang berlaku di perusahaan perkebunan kelapa sawit kemudian
dilakukan perbandingan dengan pustaka.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis dan Administratif
Kebun Tanjung Jati berada di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
yang terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Binjai dan Kecamatan Selesai.
Jarak Kebun Tanjung Jati dari Kotamadya Binjai ± 4 km. Kebun Tanjung Jati
diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Bingei dan Sungai Benang. Kebun Tanjung
Jati terdiri dari perkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu, dan areal lain meliputi
kebun sayur karyawan, tanaman bera, jalan sungai, pasar kebun, perumahan,
lapangan olahraga, dan tanah kuburan. Kebun Tanjung Jati memiliki dua afdeling
yaitu Afdeling I dan Afdeling II. Peta Kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2009-2013 Kebun
Tanjung Jati PTPN II memiliki curah hujan rata rata tahunan 2 828 mm tahun-1
dengan hari hujan 113 hari tahun-1. Jumlah rata rata bulan kering sebanyak 1
bulan tahun-1 dan bulan basah 11 bulan tahun-1. Berdasarkan klasifikasi
Schmidth- Ferguson, Kebun Tanjung Jati termasuk tipe iklim A, yaitu tipe daerah
sangat basah. Data curah hujan di Kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada Lampiran
5.
Jenis tanah di Kebun Tanjung Jati adalah tanah ultisol (podsolik merah
kekuningan). Tekstur tanahnya adalah lempung berliat. Kandungan bahan organik
dan unsur hara tanaman umumnya rendah dan reaksi tanah (pH) sangat rendah
yaitu 4 - 5.5. Bentuk wilayah (topografi) di Kebun Tanjung Jati adalah datar.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Tanjung Jati PTPN II memiliki luas total 1 881.25 ha dengan kelapa
sawit seluas 1 037.15 ha dan areal lainnya seluas 340.83 ha meliputi kebun sayur
karyawan, tanaman bera, jalan sungai, pasar kebun, perumahan, lapangan
olahraga, dan tanah kuburan. Pembagian luas areal di Kebun Tanjung Jati dapat
dilihat pada lampiran 6. Kebun Tanjung Jati terdiri dari 2 afdeling yakni afdeling I
seluas 549.72 ha dan afdeling II seluas 487.43 ha. Luas areal dan tata guna lahan
di Kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada Tabel 1.

7
Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan di Kebun Tanjung Jati
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Uraian
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman Menghasilkan (TM)
Emplasment
Jalan
Sungai dan parit
Kebun sayur karyawan
Tanah wakaf / kuburan
Lapangan olahraga

Luas areal (ha)
310.67
726.48
70.55
146.06
56.12
23.59
7.99
3.00

Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati 2014

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Kebun Tanjung Jati ditanam mulai tahun 2002
hingga tahun 2013. Bibit kelapa sawit yang ditanam adalah jenis Tenera yang
berasal dari Marihat. Jarak tanam yang digunakan di Kebun Tanjung Jati adalah 9
m x 9 m x 9 m dengan jumlah populasi sekitar 130 pokok. Produksi rata-rata TBS
yang diperoleh tahun 2009-2013 adalah 14 451 924 ton TBS, rincian produksi
yang diperoleh mulai tahun 2009 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 2 dan
Lampiran 8.
Tabel 2 Produksi dan produktivitas di Kebun Tanjung Jati tahun 2009-2013
No
1
2
3
4
5

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Produksi (ton TBS)
12 318 560
13 364 680
15 025 010
16 240 680
15 310 690

Produktivitas (ton TBS ha-1)
18 902
20 123
22 623
24 454
22 532

Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati 2014

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Tanjung Jati PTPN II dipimpin oleh seorang manajer. Manajer kebun
dibantu oleh staf perkebunan diantaranya asisten kepala (kepala dinas tanaman),
asisten afdeling, asisten administrasi dan tenaga keamanan. Ketenagakerjaan di
Kebun Tanjung Jati dibagi menjadi karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.
Karyawan pimpinan terdiri dari manager, kepala dinas tanaman, asisten afdeling,
asisten administrasi, dan tenaga keamanan sedangkan karyawan pelaksana terdiri
dari karyawan administrasi kebun/afdeling, mandor afdeling, pemanen dari 2
kemandoran dengan total tenaga kerja adalah 30 orang, pemeliharaan tanaman,
kerani afdeling, pembantu kerani, penyebar panen, penerima buah, dan keamanan.
Struktur organisasi di Kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada Lampiran 7.
Komposisi dan jumlah tenaga kerja Kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada Tabel 3.

8
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dapat ditentukan melalui Indeks Tenaga Kerja (ITK). Indeks tenaga kerja adalah
rasio antara jumlah total tenaga kerja yang ada di dalam kebun dengan total luas
areal kebun. Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2. Nilai
ITK Kebun Tanjung Jati adalah 0.12. Nilai tersebut belum memenuhi tingkat
standard tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.
Tabel 3 Komposisi dan jumlah tenaga kerja Kebun Tanjung Jati PTPN II
No
1
2
3

Uraian
Karyawan pimpinan
Karyawan pelaksana
Tenaga Keamanan
Total
ITK

Total (orang)
5
119
1
125
0.12

Sumber : Profil Kebun Tanjung Jati 2014

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemeliharaan Jalan Transportasi
Pemeliharaan jalan diarahkan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap
dalam keadaan baik sepanjang tahun, sehingga transportasi produksi dapat
berjalan lancar. Perbaikan jalan diselesaikan pada semester-I sebelum panen
puncak. Pemeliharaan jalan di Kebun Tanjung Jati dilakukan terhadap 3
klasifikasi jalan, yaitu main road, transport road, dan collecting road.
Pemeliharaan jalan dapat dilakukan baik secara mekanis maupun manual. Manual
dengan menggunakan tenaga manusia, meliputi pekerjaan menutup lubang-lubang
di jalan, pemeliharaan parit kiri dan kanan. Prestasi kerja/norma kebun dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah main road 100 m HK-1, transport road 120 m
HK-1, dan collecting road 150 m HK-1.
Pemeliharaan secara mekanis menggunakan alat-alat berat seperti Road
Grader dan Road Roller. Road grader bertujuan untuk membuat badan jalan
menjadi batok tengkurap sekaligus menarik/meratakan batu kerikil kembali ke
tengah jalan serta membentuk parit jalan. Road roller digunakan untuk
memadatkan permukaan/badan jalan sekaligus meratakannya. Norma kerja yang
ditetapkan perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah main road 250 m
HK-1 dengan rotasi 1 kali dalam 3 bulan, transport road 300 m HK-1 dengan rotasi
1 kali dalam 4 bulan, dan collecting road 300 m HK-1 rotasi 1 kali dalam 4 bulan.
Road grader dan road roller dioperasikan oleh 2 orang, yaitu 1 orang operator
dan 1 orang pembantu operator yang diawasi langsung oleh asisten yang dibantu
oleh mandor. Pemeliharaan jalan dengan road grader dan road roller dapat dilihat
pada Gambar 1.

9

(a)
Gambar 1 (a) Road Roller

(b)
(b) Road Grader

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di Kebun Tanjung Jati PTPN II dilakukan secara
manual dan chemist. Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan pertumbuhan
gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi buah kelapa sawit.
Jenis gulma yang banyak ditemukan di Kebun Tanjung Jati PTPN II yaitu gulma
berkayu yaitu Mimosa pudica, Melastoma malabatrhicum. Selain itu terdapat juga
gulma jenis paku-pakuan (Nephrolepis biserrata) dan alang-alang (Imperata
cylindrica).
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan pada gawangan dan piringan. Alat yang digunakan yaitu parang dan
cangkul. Pengendalian secara manual di gawangan dilakukan dengan membabat
ataupun mendongkel anak kayu yang tumbuh di gawangan hidup dan gawangan
mati dengan memakai parang. Pengendalian gulma secara manual di piringan
dilakukan dengan membersihkan rumput dan mencangkul kentosan sawit yang
tumbuh. Pengendalian gulma secara manual dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pengendalian gulma secara manual
Norma pengendalian gulma di gawangan dan di piringan yaitu 2.5 ha HK-1
sedangkan prestasi yang didapat oleh penulis adalah 1 ha HK-1. Pengendalian
gulma secara manual di Kebun Tanjung Jati dilakukan dengan rotasi satu kali
setahun. Kegiatan dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB.
Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah alat kurang memadai seperti
cangkul dan alat babat yang mengalami kerusakan yang mengakibatkan karyawan
mengalami kesulitan untuk membabat gulma, dan kurangnya kedisiplinan
karyawan dalam menjalankan tugas. Hal inilah yang mengakibatkan kegiatan
pengendalian gulma secara manual yang dilakukan oleh penulis di blok E9 di
afdeling I kurang maksimal.

10
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian secara kimia
diaplikasikan dengan menggunakan herbisida dan disemprotkan secara langsung
pada gulma hingga merata. Penyemprotan dilakukan pada tanaman menghasilkan
(TM) kelapa sawit. Pengendalian dilakukan di piringan, gawangan, collection
road, dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Rotasi pengendalian gulma dengan
penyemprotan herbisida dilakukan 120 hari setahun (3 bulan tahun-1).
Bahan herbisida yang dipakai dalam aplikasi yaitu glyphosat, metil
metsulfuron, dan paraquat. Glyphosat tergolong herbisida jenis sistemik yaitu
mematikan bagian yang terkena larutan dan semua bagian tanaman. Paraquat
tergolong herbisida kontak, yaitu herbisida yang cara kerjanya hanya mematikan
bagian yang terkena larutan saja, bagian tumbuhan yang berada di dalam tanah
seperti akar tidak terpengaruh.
Herbisida yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gulma
yang akan dikendalikan. Pengendalian lalang dengan sistem wipping
menggunakan larutan herbisida glyposat dosis 20 cc ha-1 dengan rotasi 30 hari dan
norma kerja 0.2 HK ha-1. Pengendalian gulma jenis anak kayuan secara kimiawi
menggunakan campuran herbisida paraquat dosis 0.75 liter ha-1 dan methil
metsulfuron dosis 0.05 g ha-1 dengan rotasi tiga kali setahun. Untuk pengendalian
gulma pakis kawat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia campuran
paraquat dosis 1.5 liter ha-1 dengan methil metsulfuron dosis 0.075 g ha-1 dengan
rotasi kegiatan empat kali setahun norma kerja 2 HK ha-1.
Pengendalian gulma di afdeling I Kebun Tanjung Jati dilaksanakan pada
dua mandor pemeliharaan. Setiap mandor mempekerjakan enam tenaga kerja dan
dua tenaga pengangkut air atau pelansiran herbisida. Alat sprayer yang digunakan
adalah Solo yang berkapasitas 15 liter dengan nozel berwarna kuning.
Pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pengendalian gulma secara kimia
Tenaga kerja penyemprot membutuhkan Alat Perlindungan Diri (APD) saat
pelaksanaan kegitaan penyemprotan di lapang menggunakan herbisida. Hal ini
bertujuan untuk melindungi tenaga kerja tersebut dari bahan-bahan kimia
berbahaya dan beracun yang dapat menggangu dan merusak kesehatan. Alat
perlindungan diri yang dibutuhkan oleh tenaga kerja penyemprot adalah helm,
masker, sarung tangan, topi, baju semprot, dan sepatu boot. Namun pada realisasi
pelaksanaan di lapang para penyemprot kurang memperhatikan alat perlindungan
diri tersebut karena merasa tidak nyaman dan leluasa untuk bekerja. Kendala
yang dihadapi pada kegiatan ini adalah alat yang kurang memadai seperti tangki
knapsack bocor dan pompa pneumatik sering terlepas. Setiap satu tangki sprayer
dapat digunakan untuk menyemprot 25 – 30 tanaman. Prestasi kerja yang harus

11
dicapai oleh karyawan adalah 2.5 ha HK-1. Prestasi kerja karyawan dalam
melakukan pengendalian gulma secara kimia adalah 3 ha HK-1.
Penanaman dan Pemeliharaan LCC
Tanaman kacangan (Leguminosa) sebagai penutup tanah berguna untuk
memberi cadangan unsur hara, memperbaiki sifat fisik tanah, mencegah erosi dan
menekan pertumbuhan gulma. Untuk membangun penutup tanah biasanya
digunakan campuran dari beberapa jenis kacangan karena masing-masing jenis
mempunyai sifat pertumbuhan yang berbeda. Kebun Tanjung Jati, PTPN II
menggunakan LCC jenis Mucuna bracteata dengan kebutuhan bibit 0.18-0.20 kg
ha-1 (850 stek ha-1).
Proses penanaman Mucuna bracteata dimulai dari penanaman Mucuna
bracteata pada polybag di pembibitan. Biji Mucuna ini terlebih dahulu direndam
dalam air hangat dengan terlebih dahulu ujung biji Mucuna digunting dengan
tujuan menghilangkan masa dormansi biji. Setelah itu Mucuna ditanam di polybag
dengan banyaknya Mucuna 2 biji polybag-1. Selama di pembibitan dilakukan
pemeliharaan terhadap Mucuna yaitu penyemprotan dengan larutan cytozyme
0.25% dengan menggunakan larutan 100-200 liter ha-1. Tujuannya adalah
merangsang pertumbuhan kacangan di pembibitan. Setelah berumur 1-2 bulan
kecambah yang telah tumbuh besar pada poybag selanjutnya dipindah tanam ke
lapang yaitu pada TBM kelapa sawit. Sama halnya pada pembibitan Mucuna
bracteata yang telah ditanam di lapang juga harus mendapatkan pemeliharaan
yang intensif karena jika pemeliharaan tidak secara berkala maka pertumbuhan
Mucuna bracteata yang cenderung lebih cepat dibandingkan dengan LCC lainnya
dapat tumbuh menjalar dengan cepat bahkan dapat tumbuh dan melilit pokok
sawit tersebut. dengan polybag. Kondisi Mucuna bracteata di pembibitan dan di
lapang dapat dilihat pada Gambar 4.

(a)
(b)
Gambar 4 (a) Pembibitan LCC (b) Pertumbuhan LCC di lapang
Pemupukan
Penyimpanan pupuk. Pupuk yang akan diaplikasikan terlebih dahulu
disimpan di gudang pupuk. Gudang ini memiliki sirkulasi udara dalam ruangan
yang sudah cukup baik. Pupuk diletakkan di atas alas kayu agar tidak lembab.
Lantai di dalam gudang juga disemen agar tidak mudah lembab juga. Pupuk
disusun rapi didalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan. Kondisi
gudang pupuk Kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada Gambar 5.

12

Gambar 5 Gudang pupuk
Tenaga kerja pemupukan Jumlah tenaga kerja yang ada di Afdeling I
adalah 13 orang yang terdiri dari 9 tenaga pemupuk, 3 orang tenaga bongkar muat,
dan 1 orang tenaga pengecer. Selain sebagai bongkar muat pupuk, tenaga kerja
bongkar muat juga berkewajiban mengumpulkan karung pupuk yang sudah habis
dan melipatnya per 5 karung dan dikembalikan ke gudang setelah pelaksanaan
pupuk di lapang selesai.
Persiapan dan pengambilan pupuk di gudang. Kegiatan ini dilakukan
oleh tenaga bongkar muat. Pengambilan pupuk dilakukan pada pagi hari setelah
apel pagi dan dilakukan 3 orang. Sebelum melakukan pengambilan pupuk terlebih
dahulu mandor pupuk harus membuat perencanaan mengenai kebutuhan pupuk
yang dibutuhkan untuk luasan yang akan dipupuk. Lalu laporan perencanaan yang
telah diketahui asisten afdeling dan kepala dinas tanaman kebun selanjutnya
disetujui oleh manajer kebun. Kemudian surat pengambilan pupuk tersebut
diserahkan ke kantor gudang sehingga pihak dari kantor gudang mengetahui
berapa ton pupuk yang harus dikeluarkan pada hari itu. Kemudian pupuk dimuat
ke truk dengan kapasitas 5 ton. Jumlah pupuk yang diaplikasikan berbeda-beda
pada setiap harinya tergantung jumlah pokok dan dosis pupuk. Situasi muat
bongkar pupuk di gudang dapat dilihat pada Gambar 6.

(a)
(b)
Gambar 6 (a) Muat pupuk dari gudang ke truk (b) penempatan pupuk di truk
Pelangsiran pupuk. Pupuk yang sudah dimuat ke dalam truk lalu
ditempatkan di supply point . Supply point adalah titik peletakan pupuk. Pada
Kebun Tanjung Jati tidak dilakukan kegiatan pengeceran dari supply point besar
ke supply point kecil. Tugas tenaga pengecer pupuk adalah meletakkan pupuk
yang diambil dari truk muat pupuk ke pinggir pasar tempat dilakukan pemupukan.
Banyaknya karung pupuk yang diletakkan disesuaikan dengan dosis pupuk dan
jumlah pokok yang dipupuk yang sebelumnya telah ditentukan oleh mandor
pupuk. Apabila pelangsiran pupuk di supply point sudah selesai, tenaga pengecer
pupuk mengumpulkan karung pupuk yang sudah kosong dan menggulung per 5

13
karung untuk dibawa ke gudang lagi. Pupuk yang sudah dilangsir harus habis
diaplikasikan pada hari itu juga dan jangan sampai ada karung pupuk yang
tertinggal di lapangan. Supply point dan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Supply point
Pengambilan pupuk di supply point. Para penabur pupuk mengambil
pupuk langsung di supply point. Lima karung pupuk yang diletakkan di masingmasing supply point akan dibagi rata terhadap 9 orang penabur. Pupuk tersebut
diisi ke dalam ember para penabur. Setelah ke-9 penabur selesai mengisi pupuk ke
ember pupuknya, mereka mulai untuk memupuk tanaman sawit. Pengambilan
pupuk oleh penabur di supply point dapat dilhat pada Gambar 8.

Gambar 8 Pengambilan pupuk di supply point
Pengawasan kualitas pemupukan. Pengawasan kegiatan pemupukan
dilakukan oleh mandor pupuk dan asisten afdeling. Tujuan pengawasan kualitas
pemupukan yaitu untuk memastikan bahwa kegiatan pemupukan yang dilakukan
sudah terlaksana sesuai dengan Instruksi Kerja (IK) pemupukan tanaman
menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Pengamatan ketepatan pemupukan. Penulis melakukan pengamatan
terhadap tepat dosis, cara, jenis, waktu dan prestasi tenaga kerja selama
pelaksanaan magang. Berdasarkan pengamatan baik secara langsung maupun
tidak langsung diperoleh data dari masing-masing ketepatan pemupukan sebagai
berikut :
Pengamatan dilakukan terhadap ketepatan dosis pupuk dolomit di
lapangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh jumlah tanaman
yang sesuai dengan dosis pupuk per tanaman (1.5 kg tanaman-1). Pengamatan
dilakukan terhadap tiga blok yang berbeda dan masing-masing blok menunjukkan
ketepatan dosis yang berbeda pula. Rata-rata jumlah tanaman yang sesuai dosis
adalah 75.67 ± 2.51 dan rata-rata % tepat dosis sebesar 84.03%. Ketepatan dosis
pemupukan dolomit dapat dilihat pada Tabel 4.

14
Tabel 4 Ketepatan dosis pemupukan dolomit
Blok/
Ulangan

∑ Tanaman yang
diamati

Dosis /
tanaman (kg)

∑ Tanaman yang
sesuai dosis

% Tepat Dosis

1
2
3
Rata-rata

90
90
90

1.5
1.5
1.5

76
78
73
75.67 ± 2.51

84.4
86.6
81.1
84.03

Pengamatan terhadap ketepatan dosis pupuk NPK dilakukan dengan
mengambil data tahun 2013 dengan membandingkan dosis pupuk rekomendasi
dan realisasi. Selisih dosis pupuk rekomendasi dan realisasi pada tahun tanam
2002 sebesar 1.62 kg. Demikian juga terdapat selisih pada tahun tanam 2005
sebesar 1.04 kg dan tahun tanam 2006 sebesar 2.32 kg. Ketepatan dosis pupuk
NPK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekomendasi dan realisasi dosis pupuk NPK tahun 2013
Tahun
Tanam
2002
2005
2006

Dosis pupuk / tanaman (kg)
Rekomendasi
Realisasi
5.15
3.53
5.00
3.96
5.00
2.68

Selisih dosis pupuk
rekomendasi dan realisasi (kg)
1.62
1.04
2.32

Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati 2014

Rata-rata curah hujan tahun 2014 adalah 185 mm dan rata-rata curah hujan
tahun 2009-2013 adalah 235 mm. Curah hujan rata-rata tahun 2009-2013 dan
tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Curah hujan rata-rata tahun 2009-2013 dan curah hujan tahun 2014 di
Kebun Tanjung Jati
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

Rata-rata tahun 2009-2013 (mm)
166
143
138
198
295
190
244
271
274
393
271
245
235

Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati 2014

Tahun 2014 (mm)
0
0
186
0
184
185

15
Tabel 7

Rencana dan realisasi aplikasi pemupukan Kebun Tanjung Jati 2013 dan
2014
Tahun 2013

Bulan
Aplikasi

Dolomit
Rencana

Realisasi

Tahun 2014

NPK
(17.12.19+1.0TE)
Rencana
Realisasi

Dolomit
Rencana

Realisasi

SM – I

SM – I

NPK
(17.12.19+1.0TE)
Rencana realisasi

Januari
Februari

SM – I

SM – I
SM – I

Maret

SM – I
SM – I

SM – I
SM – I

April
Mei
Juni
Juli

SM – II

SM-II

Agustus

SM – II

SM-II

September
Oktober
SM – II

November
Desember

Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati 2014
Keterangan : SM - I (Semester 1)
SM - II (Semester 2)

Pengamatan terhadap ketepatan cara pemupukan NPK dilakukan dengan
pengamatan langsung terhadap 9 orang penabur di lapang. Hasil rataan ketepatan
cara pemupukan NPK dari sembilan penabur adalah 85.52%. Ketepatan cara
pemupukan NPK dapat dilihat pada Gambar 9.

90 %
86,6 %
83,3 %

90 %

90 %

86,6 %
83,3 %

83,3 %

85,52 %

76,6 %

1
2
3
4
5
6
7
8
9
rataan
Penabur
Penabur
Penabur
Penabur
Penabur
Penabur
Penabur
Penabur
Penabur
rataan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Penabur
ke-

Gambar 9 Pengamatan ketepatan cara pemupukan NPK

16
Pengamatan terhadap prestasi kerja penabur diperoleh berdasarkan bobot
pupuk yang dibutuhkan. Prestasi kerja yang diperoleh penabur dibandingkan
dengan standar kerja kebun. Prestasi kerja penabur di Kebun Tanjung Jati dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Prestasi kerja penabur pupuk di Kebun Tanjung Jati
Tanggal

Jenis
pupuk

26/03/2014
27/03/2014
28/03/2014

NPK
NPK
NPK

27/02/2014
28/02/2014
03/03/2014

Luas
(ha)

8.25
8.95
9.26
Rata – rata
Dolomit 15.58
Dolomit 14.05
Dolomit
21.5
Rata – rata

Total
(kg)

Tenaga
Kerja

Prestasi Kerja
(kg HK-1)

3619.68
3606.85
3641.49

9
9
9

3299.04
3270.13
3264.38

9
9
9

402.18
400.76
404.61
401.47 ± 1.00
366.56
363.34
362.71

Standar
Kebun
(kg HK-1)
300
300
300
300
300
300

364.2 ± 2.06

Penunasan (Pruning)
Penunasan atau pemangkasan pada tanaman kelapa sawit adalah kegiatan
pembuangan pelepah daun (frond). Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang
sudah tua dan tidak berfungsi lagi melakukan asimilasi. Pelepah yang masih muda
tidak boleh dipotong karena daya asimilasinya masih tinggi dan mengandung zat
makanan, karena menjelang kering zat makanan dari pelepah tua ditransfer ke
pelepah yang lebih muda untuk memacu pertumbuhan tanaman terutama unsur
tanaman yang sangat mobil seperti K dan Mg. Tujuan penunasan antara lain:
menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif, pemasukan cahaya
yang lebih merata untuk proses asimilasi, dan mendorong penyerapan zat hara
yang diserap pada daun-daun yang lebih produktif.
Pada prakteknya penunasan kelapa sawit dibagi menjadi dua, yaitu tunas
pasir dan tunas pemeliharaan. Tunas pasir dilaksanakan ± 3 bulan sebelum
tanaman akan memulai panen awal/dasar. Pelepah-pelapah yang dibuang pada
tunas pasir ini adalah pelepah eks bibitan yaitu pelepah paling bawah dan yang
rapat ke tanah serta pelepah yang berada di bawah dua lingkaran tandan dan
dianggap tidak berfungsi dalam proses fotosintesis lagi. Alat yang biasanya
digunakan dalam kegiatan tunas pasir adalah dodos kecil dan arit tunas. Norma
kerja dari kegiatan tunas pasir ini 100 pokok HK-1.
Tunas pemeliharaan dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) yang
masih muda hingga panen tahun kelima dengan meninggalkan pelepah sebanyak 4
pelepah berada di bawah tandan yang tertua dan ini disebut dengan sistem
penunasan songgo tiga. Indikator dalam pelaksanaan penunasan tergantung umur
tanaman yang dikaitkan dengan jumlah lingkaran pelepah yang ditinggalkan
dalam setiap rotasi dengan pedoman bahwa: TM Muda 3-8 tahun jumlah pelepah
yang ditinggalkan sebanyak 56 dengan prestasi tunasan 80 pokok, TM Remaja 912 tahun jumlah pelepah yang ditinggalkan sebanyak 48-56 dengan prestasi

17
tunasan 60 pokok, TM Dewasa 13-16 tahun jumlah pelepah yang ditinggalkan
sebanyak 48 dengan prestasi tunasan 50 pokok, TM Tua > 17 tahun jumlah
pelapah yang ditinggalkan sebanyak 48 dengan prestasi tunasan 30 pokok.
Masing-masing dari umur tanaman tersebut dilakukan penunasan dengan rotasi 2
kali setahun.
Penulis melakukan kegiatan penunasan pada kondisi tunas pasir dengan
prestasi 10 pokok HK-1 yang masih berada di bawah standar perusahaan yaitu 65
pokok HK-1. Namun pada kondisi tunas pemeliharaan pada tanaman
menghasilkan penulis tidak melakukan penunasan tetapi mendampingi mandor
panen untuk mengawasi para pemanen melakukan penunasan. Kegiatan
penunasan dilakukan oleh setiap pemanen (Gambar 10).

Gambar 10 Kegiatan penunasan kelapa sawit
Pemanenan
Panen adalah kegiatan yang dimulai dari pemotongan TBS kemudian
menurunkannya dengan menggunakan egrek/dodos, mengutip berondolan,
pemotongan pelepah, mengumpulan TBS ke TPH, dan pengangkutan TBS ke
PKS. Kriteria matang panen merupakan salah satu kriteria untuk menentukan TBS
yang dapat dipanen. Urutan kegiatan pemanen yaitu pemotongan TBS di pohon
kelapa sawit, mengutip brondolan dengan menggunakan ember, memotong
pelepah, mengumpulkan TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH), penomoran di
setiap TBS, dan pengangkutan TBS ke pabrik.
Sistem panen. Sistem panen yang dilakukan di afdeling I Kebun Tanjung
Jati adalah pemanenan yang dilakukan dan diselesaikan pada satu kapveld per hari
kerja berdasarkan interval yang telah ditentukan. Satu kapveld terdiri dari
beberapa blok dan dibagi menjadi beberapa hanca yang harus diselesaikan oleh
pemanen dalam jangka waktu satu hari. Pemanen melakukan kegiatan pemanenan
dengan cara menurunkan TBS sekaligus mengutip brondolan yang berada di
sekitar pohon kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemanen di
Afdeling I adalah sistem hanca giring tetap dimana pemanen sudah memiliki
hanca setiap harinya di setiap kapveld.
Rotasi Panen. Rotasi panen adalah interval yang dibutuhkan untuk
kembali ke kapveld/blok yang sudah dipanen sebelumnya. Rotasi panen dilakukan
7 hari dengan rumus standard 5/7 untuk semester I dan 6/7 untuk semester II.
Afdeling I Kebun Tanjung Jati pada semester I menerapkan rotasi panen 5/7 yang
terdiri dari 5 kapveld panen dalam seminggu.
Kapveld Panen. Kapveld panen adalah luasan areal terdiri atas beberapa
blok yang terbagi menjadi beberapa hanca dan harus dipanen dalam jangka waktu
satu hari. Afdeling I (satu) Kebun Tanjung Jati memiliki 5 kapveld panen pada

18
semester I dan 6 kapveld panen pada semester II. Penetapan kapveld panen ini
dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi hanca panen kepada
setiap pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pengontrolan oleh
asisten dan supervisi. Penomoran kapveld menggunakan angka romawi, yakni
kapveld I, kapveld II, kapveld III, kapveld IV, dan kapveld V. Kegiatan panen
pada setiap kapveld dimulai pada hari senin hingga jumat. Afdeling I Kebun
Tanjung Jati memiliki luas areal tanaman menghasilkan (TM) 439.74 ha.
Angka Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen (AKP) adalah suatu
satuan yang menggambarkan rata-rata tandan matang panen per pohon dan
penyebaran tandan matang panen. AKP bermanfaat untuk memperkirakan
produksi yang akan dipanen, memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen dan
memperkirakan kebutuhan transportasi dalam pengangkutan. Afdeling I memiliki
satu orang karyawan yang bertugas untuk menghitung AKP setiap harinya.
Kebutuhan Tenaga Pemanen. Kegiatan pemanenan membutuhkan
tenaga yang memiliki kemampuan yang berkompeten dalam hal pemanenan
sehingga setiap hari harus memperkirakan kebutuhan tenaga untuk memanen
setiap kapveld yang akan dipanen. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen
didasari oleh luas areal tanaman menghasilkan (TM), rotasi panen dan
kemampuan rata rata pemanen.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor I
Mandor satu bertugas untuk membantu asisten dalam mengkoordinasikan
seluruh mandor yang ada dalam melaksanakan kegiatan lapang serta mengecek
kerja karyawan tiap harinya, melaksanakan apel pagi di kantor afdeling setiap hari
kerja, mengevaluasi pekerjaan harian, menerima laporan dari mandor , mandor
panen dan mandor pemeliharaan dalam hal pekerja yang berhalangan hadir dan
memberikan pengganti serta menginstruksikan pelaksanaan kerja harian. Selain
itu mandor I juga melaksanakan kav. kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan,
mengawasi dan mengecek pelaksanaan pekerjaan rutin, dan mengawasi pekerja
khusus pemupukan. Kewajiban administrasi yang dilaksanakan oleh mandor I
adalah membuat buku mandor (absensi), melaporkan hasil pekerjaaan rutin
kepada asisten afdeling, mengikuti rapat kerja dengan para mandor yang dipimpin
oleh asisten afdeling dan menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari atasan.
Akan tetapi, secara teknis di lapangan, mandor I lebih banyak bertugas di lapang
dalam mengawasi kerja mandor dan karyawan. Kegiatan administrasi mandor I
dibantu oleh krani afdeling. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis
membantu mengawasi mandor pemeliharaan, mandor panen, pengawasan
ekscavator dan pengecekan pemupukan. Kegiatan penulis selama menjadi
pendamping mandor dapat dilihat pada lampiran 2.
Mandor Panen
Mandor panen di Afdeling I Kebun Tanjung Jati terdiri atas 2 mandor panen.
Mandor panen memiliki tugas mengawasi kegiatan panen, mengevaluasi panen
harian, melaporkan pemanen yang berhalangan hadir. Sistem panen kebun
Tanjung Jati menggunakan sistem hanca giring tetap, yaitu tiap pemanen telah
memiliki hanca tetap di tiap blok dan kegiatan panen digiring oleh mandor dari

19
satu blok ke blok selanjutnya sesuai dengan kapveld panen. Selama menjadi
pendamping mandor panen, penulis bertugas mengawasi pemanen dan
mengerjakan buku mandor.
Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan terdiri dari mandor penyemprotan gulma (chemist),
mandor babat gulma manual yang merangkap sebagai mandor pupuk dan mandor
babat gulma dengan menggunakan mesin babat. Setiap mandor wajib
melaksanakan rencana kerja sesuai dengan rencana kerja operasional (RKO).
Setelah melakukan kegiatan, setiap mandor wajib mengerjakan buku mandor.
Mandor pemeliharaan juga membuat rincian kebutuhan alat dan bahan untuk
proses pekerjaan pemeliharaan tanaman dan membuat laporan hasil kerja harian
pemeliharaan. Jika sudah memasuki jadwal pemupukan, kegiatan babat gulma
manual hanya dilakukan menggunakan mesin babat. Untuk mandor pupuk, setelah
apel pagi mandor pupuk harus membawa bon pupuk untuk dibawa ke gudang
untuk mengambil pupuk yang dibutuhkan pada hari tersebut. Pengambilan pupuk
di gudang paling lambat jam 07.30 WIB dan dapat didistribusikan pada pukul
07.30 WIB. Mandor pupuk juga bertugas mengawasi pen

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

1 56 86

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Adolina, Pt Perkebunan Nusantara Iv, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

2 15 70