Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada temperatur ruangan Ditjen POM, 2000. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995.
2.4 Kulit
Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu : 1.
Epidermis kulit ari, sebagai lapisan paing luar.
2. Dermis korium, kutis, kulit jangat.
Dari sudut kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetika dipakai pada epidermis. Lapisan epidermis terdiri atas stratum
korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis Tranggono dan Latifah, 2007.
2.5 Bibir
Kulit bibir memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan
aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam
terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang
Universitas Sumatera Utara
terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung
mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke stratum germinativum Ditjen POM, 1985.
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi dimana kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah
dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik Woelfel and Scheild, 2002. Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwana merah. Warna merah
disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak
ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu lapisan stratum corneum lapisan tanduk. Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih
mudah luka dan mengalami pendarahan Ditjen POM, 1985.
2.6 Kosmetik
Kosmetika berasal dari kata kosmein Yunani yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan Wasitaatmadja, 1997. Penggolongan kosmetik menurut kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai
berikut Tranggono dan Latifah, 2007: 1.
Kosmetik perawatan kulit skin-care cosmetics Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk
didalamnya :
Universitas Sumatera Utara
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit cleanser
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit mouisturizer
c. Kosmetik pelindung kulit
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit peeling
2. Kosmetik riasan dekoratif atau make-up
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri self confidence.
2.6.1 Kosmetik dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan cacat
yang ada Wasitaatmadja, 1997.
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi Wasitaatmadja, 1997:
1. Kosmetika rias kulit wajah
2. Kosmetika rias bibir
3. Kosmetika rias rambut
4. Kosmetika rias mata
5. Kosmetika rias kuku
Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:
a. Warna yang menarik
Universitas Sumatera Utara
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.
2.6.1.1 Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif
Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar, untuk itu sebelum membahas preparat kosmetik dekoratif, terlebih dahulu
dibicarakan berbagai zat warna yang sering dipakai dalam pembuatan kosmetik dekoratif.
Zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok: 1.
Zat warna alam yang larut Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak zat
warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal.
Misalnya alkalain zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana Radix alcannae; klorofil daun-daun hijau.
2. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari aniline, sekarang benzene, toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai
produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering disebut sebagai zat warna aniline atau coal-tar. Sekarang lebih dari 1.000 zat
warna dari coal-tar yang berhasil diciptakan, tetapi hanya sebagian yang dipakai dalam kosmetik.
Universitas Sumatera Utara
Sifat-sifat zat warna sintetis yang perlu diperhatikan antara lain: a.
Tone dan intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikit pun sudah memberi warna.
b. Harus bisa larut dalam air, alcohol, minyak, atau salah satunya
c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut dalam
pH asam, lainnya hanya dalam pH alkalis. d.
Kelekatan pada kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna pada kulit dan rambut berbeda-beda.
e. Toksisitas. Yang toksis harus dihindari.
3. Pigmen-pigmen alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada
kandungan besi oksida atau mangan oksidanya misalnya kuning oker, coklat, merah bata, coklat tua.
4. Pigmen-pigmen sintetis
Pigmen sintetis putih seperti zinc oxide dan titanium oxide termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Zinc oxide tidak hanya
memainkan suatu peran besar dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga dalam preparat kosmetik dan farmasi lainnya.
5. Lakes alam dan sintetis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu tau lebih zat warna yang larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya sedemikian
rupa biasanya dengan reaksi kimia sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau pelarut lain.
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan lakes dewasa ini dibuat dari zat warna sintetis. Lakes yang dibuat dari zat-zat warna asal coar-tar merupakan zat pewarna terpenting di dalam
bedak, lipstick, dan make-up warna lainnya, karena lebih cerah dan lebih kompatibel dengan kulit Tranggono dan Latifah, 2007.
2.7 Lipstik
Lipstik adalah cat bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat stick, dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin
Wasitaatmadja, 1997. Fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah
sehat dan menarik Ditjen POM, 1985. Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat sebagai berikut
Tranggono dan Latifah, 2007: a.
Melapisi bibir secara mencukupi b.
Dapat bertahan tidak mudah luntur c.
Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket d.
Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir e.
Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya f.
Memberikan warna yang merata pada bibir g.
Penampilan menarik, baik warna, bau, maupun bentuknya h.
Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik.
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik
Universitas Sumatera Utara
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir yaitu antara 36-38
o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat
lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu ± 62
o
C, biasanya berkisar antara 55-75
o
C Ditjen POM, 1985.
2.7.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat warna.
1. Minyak
Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan, kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna Poucher,
200. Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati
yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak
merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda
pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar merata Balsam, 1972.
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50
o
C dan mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi
Universitas Sumatera Utara
juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggu yaitu 85
o
C. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik
Balsam, 1972. 3.
Lemak Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang
berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek
berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak
dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin,
lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain Jellineck, 1976. 4.
Zat warna Zat warna dalam listik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut
tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur
dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan Balsam, 1972.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik
Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain
dalam formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum Senzel, 1977.
1. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vittamin E adalah
antioksidan yang paling sering digunakan Poucher, 2000. Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat Wasitaatmadja, 1997:
a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika
b. Tidak berwarna
c. Tidak toksik
d. Tidak berubah meskipun disimpan lama.
2.
Pengawet Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben Poucher, 2000.
Universitas Sumatera Utara
3. Parfum
Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, tidak menimbulkan iritasi saat digunakan, menutupi bau dari lemak yang
digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik Balsam, 1972.
2.8 Evaluasi Lipstik 2.8.1. Pemeriksaan titik lebur lipstik
Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode
drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode pipa kapiler
adalah 60°C atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah di atas 50°C Lauffer, 1985.
Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan ke luar. Suhu
tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna dalam proses pembentukan, pengemasan, dan pengangkutan lisptik Lauffer,
1985.
2.8.2. Pemeriksaan kekuatan lipstik
Evaluasi kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
Secara otomatis evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin dalam lipstik atau sediaan lain Lauffer, 1985.
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban
yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik dan berat dimana lipstik
patah merupakan nilai breaking point Vishwakarma, et al., 2011.
2.8.3. Stabilitas sediaan
Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama
penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 Vishwakarma, et al., 2011.
2.8.4. Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel
dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik
jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan
dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata Keithler, 1956.
2.8.5. Penetuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sampel di buat dalam konsentrasi 1 yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml akuades
Rawlins, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Uji Tempel Patch Test
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak Ditjen POM, 1985.
Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit
adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan
toksikan golongan alergen Ditjen POM, 1985. Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder Ditjen POM, 1985. Tanda-tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal Ditjen POM, 1985.
Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun,
berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel
Ditjen POM, 1985. Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi
untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
Universitas Sumatera Utara
adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga Ditjen POM, 1985.
2.10 Uji Kesukaan