Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

2.6.1.1 Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif

Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar, untuk itu sebelum membahas preparat kosmetik dekoratif, terlebih dahulu dibicarakan berbagai zat warna yang sering dipakai dalam pembuatan kosmetik dekoratif. Zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok: 1. Zat warna alam yang larut Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal. Misalnya alkalain zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana Radix alcannae; klorofil daun-daun hijau. 2. Zat warna sintetis yang larut Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari aniline, sekarang benzene, toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering disebut sebagai zat warna aniline atau coal-tar. Sekarang lebih dari 1.000 zat warna dari coal-tar yang berhasil diciptakan, tetapi hanya sebagian yang dipakai dalam kosmetik. Universitas Sumatera Utara Sifat-sifat zat warna sintetis yang perlu diperhatikan antara lain: a. Tone dan intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikit pun sudah memberi warna. b. Harus bisa larut dalam air, alcohol, minyak, atau salah satunya c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut dalam pH asam, lainnya hanya dalam pH alkalis. d. Kelekatan pada kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna pada kulit dan rambut berbeda-beda. e. Toksisitas. Yang toksis harus dihindari. 3. Pigmen-pigmen alam Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada kandungan besi oksida atau mangan oksidanya misalnya kuning oker, coklat, merah bata, coklat tua. 4. Pigmen-pigmen sintetis Pigmen sintetis putih seperti zinc oxide dan titanium oxide termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Zinc oxide tidak hanya memainkan suatu peran besar dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga dalam preparat kosmetik dan farmasi lainnya. 5. Lakes alam dan sintetis Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu tau lebih zat warna yang larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya sedemikian rupa biasanya dengan reaksi kimia sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau pelarut lain. Universitas Sumatera Utara Kebanyakan lakes dewasa ini dibuat dari zat warna sintetis. Lakes yang dibuat dari zat-zat warna asal coar-tar merupakan zat pewarna terpenting di dalam bedak, lipstick, dan make-up warna lainnya, karena lebih cerah dan lebih kompatibel dengan kulit Tranggono dan Latifah, 2007.

2.7 Lipstik

Lipstik adalah cat bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat stick, dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin Wasitaatmadja, 1997. Fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik Ditjen POM, 1985. Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat sebagai berikut Tranggono dan Latifah, 2007: a. Melapisi bibir secara mencukupi b. Dapat bertahan tidak mudah luntur c. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir e. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya f. Memberikan warna yang merata pada bibir g. Penampilan menarik, baik warna, bau, maupun bentuknya h. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik. Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik Universitas Sumatera Utara yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir yaitu antara 36-38 o C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu ± 62 o C, biasanya berkisar antara 55-75 o C Ditjen POM, 1985.

2.7.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik