Analisis Laporan Keuangan Pt. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan

(1)

6

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK, MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

MUSPITA SARI 122101110

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : MUSPITA SARI

NIM : 122101110

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK, MEDAN

Tanggal :……..2015 DOSEN PEMBIMBING

NIP. 19510213198303 2002 Dra. Setri Hiyanti Siregar, M.Si

Tanggal :……..2015 KETUA PROGRAM STUDI

DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

NIP. 197411232000122001 Dr. Yeni Absah, SE, M.Si

Tanggal :……..2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

NIP.195604071980021001


(3)

i

Puji dan syukur yang sangat disampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pendidikan Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK, MEDAN”. Penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayah penulis, Mulyadi yang selama ini telah memberikan nasehat-nasehat terindah dan dukungan serta ibunda penulis, Yusnidar yang telah mendidik dan mengayomi dengan penuh kesabaran dan kasih sayang yang diberikan tanpa putus.

Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungannya baik moril, materil, dan spiritual baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga memungkinkan penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

ii

2. Ibu DR. Yeni Absah,S.E.,M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan.

3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, S.E.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan koreksi kepada penulis.

5. Bapak Kastam dan Tengku Rifki Fauzan selaku pimpinan Departemen Keuangan dan SDM, dan selaku mentor magang pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk,

6. Teman spesial saya Anindya Pratiwi Ningtyas, Delvira Siregar, Lifti Hardini Azhar, Meirina Ritonga, Riahni Saragih, dan Yuli Ratna Sari Siregar, yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Serta teman-teman Program Studi D-III Manajemen Keuangan stambuk 2012.

Akhir kata, kepada pihak yang telah memberi bantuan yang tak ternilai harganya ini, penulis mengucapkan terima kasih. Dan besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan pembaca sekalian.

Medan, Juni 2015 Penulis


(5)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan... 6

B. Struktur Organisasi ... 9

C. Uraian Pekerjaan (Job Description) ... 10

D. Jaringan Usaha/Kegiatan ... 18

E. Kinerja Usaha Terkini ... 20

F. Rencana Kegiatan... 22

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan ... 26

B. Laporan Keuangan ... 29

C. Rasio-Rasio Keuangan ... 34

D. Laporan Keuangan PT.Perusahaan Gas Negara (Persero)TBK, Medan ... 43

E. Analisis Laporan Keuangan ... 45

F. Pengaruh Tinggi Rendahnya Rasio Terhadap Komponen Laporan Keuangan ... 55

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70


(6)

iv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman Tabel 3.1 Laporan Neraca PT.Perusahaan Gs Negara

(Persero) Tbk Medan... 44

Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan... 45

Tabel 3.3 Perbandingan Rasio Likuiditas ... 47

Tabel 3.4 Perbandingan Rasio Solvabilitas ... 49

Tabel 3.5 Perbandingan Rasio Aktivitas ... 52


(7)

v

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman Gambar 2.l Struktur Organisasi PT Perusahaan Gas Negara


(8)

1 A. Latar Belakang

PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan BUMN yang bergerak dibidang usaha transmisi dan distribusi gas bumi. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk mengacu pada UU Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001, yang mengharuskan adanya pemisahan entitas yang bergerak di bidang hulu dan hilir, yaitu menghubungkan Produsen Gas Bumi dengan Pengguna Gas Bumi.

Dalam PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ini juga diperlukan perencanaan untuk masa yang akan datang dengan salah satu cara menganalisis laporan keuangan dengan mengetahui anggaran pemasukan maupun pengeluaran. Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, dengan hal ini akan sangat membutuhkan suatu laporan keuangan.

Harahap (2013:195) menegaskan tentang pentingnya tujuan analisis laporan keuangan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.

2. Menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan.

3. Mengungkap hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan, baik berkaitan dengan komponen intern


(9)

laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

4. Memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. 5. Menentukan peringkat (rating) perusahaan kriteria tertentu yang sudah

dikenal dalam dunia bisnis.

6. Membandingkan situasi perusahaan dengan standar normal dan ideal. 7. Memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan baik posisi

keuangan, hasil laba, struktur keuangan dan dapat juga memprediksi potensi arah yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Syahyunan (2013:25), laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggung jawabkan (stewardship) penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi pengguna laporan keuangan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis.

Pentingnya laporan keuangan juga ditujukan untuk menilai prestasi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, mengetahui sampai dimana keberhasilan perkembangan perusahaan apakah ada peningkatan, atau penurunan dari periode sebelumnya.


(10)

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka dilakukan penelitian laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian analisis laporan keuangan yaitu menggunakan rasio-rasio keuangan dimana penelitian yang berkaitan dengan penilaian atas kinerja keuangan dalam suatu perusahaan.

Analisis rasio mengekspresikan hubungan antara data-data laporan keuangan terpilih. Hubungan ini diekspresikan dalam istilah persentasi, tingkat, atau proporsi sederhana. Analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio agar dapat mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan disetiap tahunnya. Rasio dapat dihitung berdasarkan sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, rasio-rasio laporan laba rugi yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi, dan rasio-rasio antar laporan yang disusun berasal dari data neraca dan laporan laba rugi.

Rasio keuangan yang akan penulis bahas meliputi Rasio Likuiditas (Liquidity ratio), Rasio Solvabilitas (Leverage ratio), Rasio Aktivitas (Activity ratio), Rasio Profitabilitas (Profitability ratio).

Hasil analisis laporan keuangan ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut adalah Manager/Pimpinan perusahaan, pemilik perusahaan/pemegang saham, investor, kreditor dan pemerintah. Bagi pemilik perusahaan fungsi laporan keuangan adalah untuk melihat berapa keuntungan atau kerugian yang ada dan dialami oleh perusahaan tersebut, bagi pemegang saham fungsi laporan keuangan adalah untuk mengetahui


(11)

kinerja perusahaan, bagi investor fungsi laporan keuangan adalah untuk membantu menentukan apakah perusahaan harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut, bagi kreditor fungsi laporan keuangan adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi hutang beserta bunganya, serta bagi pemerintah digunakan untuk mengetahui pendapatan Negara dalam hal pajak.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik membuat judul Tugas Akhir “ Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

1.Bagaimana kondisi keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, bila dilihat dari analisis rasio-rasio keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas) untuk periode 2012 dan 2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, yang ditinjau dari sudut Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas untuk periode 2011, 2012, dan 2013.


(12)

2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan sudah berjalan baik dan berkembang dari satu periode ke periode berikutnya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan, dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui analisis laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan untuk membuat perbandingan di setiap tahunnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah dimasa mendatang, sehingga diharapkan perusahaan akan terus mengalami perkembangan.

2. Bagi Penulis, untuk menambah dan memperluas wawasan pengetahuan penulis khususnya mengenai analisis laporan keuangan serta dapat menerapkan teori yang telah diperoleh selama masa studi dengan praktek yang sesungguhnya.

3. Bagi pihak lain, dan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini dan menambah ilmu pengetahuan.


(13)

6 A. Sejarah Ringkas

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN dengan kode transaksi perdagangan Bursa Efek Indonesia “PGAS”, merupakan sebuah perusahaan gas swasta milik Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari Batu Bara.Kemudian pada tahun 1950, oleh pemerintah Belanda, perusahaan tersebut diberi nama NV Overzeese Gas en Electriciteit (NV OGEM). Namun pada tahun 1985, Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih kepemilikan firma tersebut dan mengubah nama menjadi Penguasa Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG) seiring dengan perkembangan Pemerintah Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan itu beralih menjadi BPU-PLN.

Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan Negara dan dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, perseroan berubah status hukumnya dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Umum (Perum). Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996 yang diaktakan oleh notaris Adam Kasdarmaji SH. Seiring dengan perubahan status perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka, anggaran dasar perusahaan diubah dengan Akta Notaris No.5 dari Fathiah Helmi SH


(14)

tanggal 13 November 2003, yang antar lain berisi tentang perubahan struktur permodalan. Perubahan ini telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No C-26467 HT.01.04 Th 2003 tanggal 4 November 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dengan No. 94 Tambahan No. 11769 tanggal 24 November 2003.

Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum saham perdana kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 saham dari investasi saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham perseroan dan 820.987.000 saham baru.

Sejak saat itu, nama resmi Perseroan menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk. Saham perusahaan telah dicatatkan dalam Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan “PGAS.”

1. Visi, Misi dan Nilai-nilai Budaya PGN

Untuk menghadapi tantangan kompetisi usaha di masa depan, PGN telah menetapkan Visi dan Misi perusahaan serta merumuskan nilai-nilai yang dianut perusahaan ke dalam suatu budaya perusahaan.Berikut adalah Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Budaya PGN:

1.1Visi PGN :

Menjadi perusahaan kelas dunia dalam pemanfaatan gas bumi.

1.2 Misi PGN :

Meningkatkan nilai tambah Perusahaan bagi stakeholders melalui :

a. Penguatan bisnis inti di bidang ransportasi niaga gas bumi dan pengembangannya.


(15)

c. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharaan dan keteknikan yang berkaitan dengan industri gas.

d. Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkan usaha lainnya.

3. Nilai-nilai Budaya PGN (ProCISE) : a. Profesionalisme / Profesionalism

b. Penyempurnaan Terus Menerus / Continous Improvement c. Integritas / Integrity

d. Keselamatan .

2. Strategi dan Tujuan Perusahaan 2.1Strategi Perusahaan

Menyelesaikan pengembangan infrastruktur jaringan pipa tranmisi gas yang terpadu dengan jaringan distribusi yang diharapkan akan tumbuh peran serta pelaku bisnis disepanjang rantai bisnis gas bumi dari sektor hulu ke sektor hilir, dalam rangka mempersiapkan Unbudling dan Open Access.

2.2Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan memanfaatkan gas bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 2. Menyediakan gas dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk melayani

kebutuhan masyarakat.

B. Struktur Organisasi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan Dalam rangka mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki dan menangkap peluang usaha, diperlukan suatu struktur organisasi yang adaptif dan dinamis dalam menghadapi tantangan usaha yang semakin kompetitif. Berikut adalah bagan struktur organisasi perusahaan:


(16)

Gambar 2.1


(17)

C. Job Description

Berikut adalah uraian pekerjaan (Job Description) untuk setiap departemen pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

1. General Manager

Fungsi General Manager :

General Manager mempunyai fungsi menyelenggarakan kegiatan usaha distribusi gas bumi melalui jaringan pipa gas sesuai perkembangan usaha dan kebijakan yang ditetapkan Direksi.

Tugas General Manager :

a. Menetapkan , mengendalikan dan mengelola Rencana Kerja dan Anggaran.

b. Mengendalikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jaringan pipa gas serta fasilitas penunjangnya.

c. Mengendalikan pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

d. Mengendalikan pengelolaan kegiatan penjualan dan layanan pelanggan. e. Mengendalikan pengelolaan kegiatan K3PL dan integritas jaringan.

f. Mengendalikan pengelolaan kegiatan keuangan dan kegaitan SDM, serta pengelolaan kegiatan tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan. g. Mengendalikan pengelolaan keolgistikan dan administrasi umum.

h. Mengendalikan pelaksanaan manajemen resiko, sistem dan prosedur yang berlaku, serta Good Corporate Govermance dan Budaya Perusahaan untuk peningkatan kinerja SBU.

i. Mengendalikan perjanjian dan kerja sama lainnya, pengelolaan bantuan hukum serta pengelolaan kegiatan kehumasan.


(18)

2. Departemen Keuangan dan SDM Fungsi Departemen Keuangan dan SDM :

Departemen Keuangan Dan SDM mempunyai fungsi memastikan pengelolaan keuangan , SDM serta tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan secara optimal.

Tugas Departemen Keuangan dan SDM :

a. Mengelola Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan keuangan dan SDM serta tanggung jawab sosial dan lingkungan.

b. Memastikan terintegrasinya rencana kerja antar satuan kerja di dalam departemen keuangan dan SDM, maupun dengan satuan kerja yang lain di dalam organisasi SBU.

c. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja antar satuan kerja di dalam departemen Keuangan dan SDM.

d. Mengendalikan kegiatan pengelolaan keuangan dan SDM.

e. Memastikan pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan. f. Mengendalikan penyusunan laporan periodik departemen keuangan dan

SDM sebagai dasar melakukan analisa untuk memastikan pencapaian target kinerja, dan menetapkan langkah tindak lanjut yang tepat.

3. Dinas Keuangan Fungsi Dinas Keuangan :

Dinas keuangan mempunyai fungsi memastikan pengelolaan kegiatan keuangan yang meliputi anggaran, perbendaharaan,akuntasi,perpajakan serta pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.


(19)

a. Mengelola penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) SBU serta menyusun usulan otorisasi pelaksanaan RKA SBU.

b. Melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RKA SBU secara berkala.

c. Melakukan koordinasi, pengawasan serta evaluasi aktiva dan kewajiban. d. dropping ke kantor pusat.

e. Mengelola dan mengendalikan kegiatan serta administrasi penerimaan dan pembayaran dana atas transaksi keuangan perusahaan dilingkungan SBU. f. Mengendalikan pengelolaan rekening bank SBU.

g. Mengelola dan mengendalikan asuransi atas aset.

h. Memastikan keabsahan serta mengendalikan proses pencairan jaminan pembayaran pelanggan dan jaminan pengadaan.

i. Mengelola dan mengendalikan kegiatan akuntasi dan penyusunan laporan keuangan termasuk daftar aset tetap.

j. Mengelola dan mengendalikan kegiatan perpajakan.

k. Mengkoordinasikan rencana program dan tanggung jawab sosial dan lingkungan serta mengevaluasi laporan pelaksanaanya.

4. Seksi Anggaran

Fungsi Seksi Anggaran :

Seksi Anggaran mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan penyusunan dan pengendalian atas pelaksanaan dan penyusunan laporan pencapaian RKA SBU.

Tugas Seksi Anggaran :


(20)

b. Menyusun RKA untuk masing-masing Pusat Biaya/Unit Kerja SBU sesuai dengan RKAP yang telah ditetapkan .

c. Menyusul usulan otorisasi pelaksanaan RKA SBU.

d. Menyusun otorisasi pelaksanaan RKA SBU sesuai dengan otorisasi yang telah ditetapkan oleh Direksi untuk masing-masing Pusat Biaya /Unit kerja.

e. Melaksanakan evaluasi, monitoring, dan pengendalian terhadap pelaksanaan RKA SBU secara berkala.

f. Menyusun laporan pencapaian RKA SBU.

g. Menyusun usulan realokasi RKA SBU apabila diperlukan.

5. Seksi Perbendaharaan Fungsi Seksi Perbendaharaan :

Seksi perbendaharaan mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengendalian Perbendaharaan SBU.

Tugas Seksi Perbendaharaan :

a. Melaksanakan dan mengendalikan verifikasi keabsahan dokumen penerimaan dan dokumen permintaan pembayaran.

b. Melaksanakan dan mengendalikan atas penerimaan dan pengeluaran dana perusahaan.

c. Melaksanakan pengelolaan administrasi transaksi pembayaran dan penerimaan dana.

d. Melaksanakan evaluasi kebutuhan dana SBU dan pengajuan dropping ke Kantor Pusat.


(21)

f. Mengevaluasi keabsahan dan melakukan pencairan jaminan pembayaran pelanggan dan jaminan pengadaan.

g. Menyusun usulan penutupan asuransi ke Kantor Pusat dan melaksanakan penutupan asuransi yang belum ditutup oleh Kantor Pusat.

6. Seksi Akuntansi

Fungsi Seksi Akuntansi :

Seksi akuntasi mempunyai fungsi mengelola pelaksanaan kegiatan akuntasi, penyusunan laporan keuangan termasuk daftar aset tetap serta perpajakan. Tugas Seksi Akuntansi :

a.Menerima,mencatat serta mengklasifikasikan transaksi keuangan.

b.Melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja lain yang terkait, untuk memastikan ketersediaan data yang diperlukan untuk penyusunan laporan keuangan.

c.Melakukan koordinasi, memonitor dan mengevaluasi pengelolaan pencatatan aset tetap.

d.Menyusun dan mengevaluasi laporan keuangan.

e.Melakukan perencanaan perpajakan yang terkait dengan penyusunan RKAP.

f. Melakukan evaluasi dan review pengenaan tarif perpajakan atas transaksi keuangan.

g.Melakukan pengendalian atas kegiatan administrasi perpajakan melalui pembuatan kertas kerja perpajakan yang meliputi perhitungan, rekonsialiasi dan ekualisasi.


(22)

h.Menyusun dan mengevaluasi laporan perpajakan termasuk membuat Surat Setoran Pajak serta laporan pajak berupa Surat pemberitahuan (SPT).

7. Seksi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Fungsi Seksi TJSL :

Seksi TJSL mempunyai fungsi mengelola pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).

Tugas Seksi TJSL :

a. Membuat rencana dan melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.

b. Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).

8. Dinas SDM

Fungsi Dinas SDM :

Dinas SDM mempunyai fungsi memastikan pelaksanaan kegiatan manajemen SDM SBU dapat mendukung produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.

Tugas Dinas SDM :

a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan administrasi SDM.

b. Mengelola perencanaan dan pengadaan tenaga kerja .

c. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM.


(23)

d. Melaksanakan pengaturan penempatan pekerja melalui proses mutasi dan rotasi, serta mengevaluasi usulan promosi.

e. Memastikan ketepatan waktu dan keakuratan pelaksanan administrasi SDM, remunerasi dan database kepegawaian.

f. Memastikan pelaksanaan peraturan perusahaan dan berjalannya kegiatan hubungan industrial sesuai dengan aturan yang berlaku.

g. Menindaklanjuti keluhan dan perselisihan pekerja kepada pihak yang terkait.

9. Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM Fungsi Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM :

Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.

Tugas Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM :

a. Melakukan koordinasi pembuatan rencana kebutuhan tenaga kerja untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

b. Memfasilitasi kegiatan pemetaan potensi individu yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat.

c. Melakukan analisa kesenjangan kompetensi .

d. Melakukan koordinasi usulan rotasi/mutasi dan promosi pekerja.

e. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan pemenuhan pekerja.

f. Menyusun dan melaksanakan program apresiasi terhadap pekerja yang berprestasi.


(24)

g. Mengelola program pendidikan dan pelatihan pekerja yang diselenggarakan oleh SBU.

h. Melaksanakan analisa kebutuhan diklat pekerja berdasarkan analisa kesenjangan kompetensi.

i. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanan kegiatan pembinaan SDM melalui pengelolaan manajemen kinerja dan counseliung bagi pekerja yang membutuhkan.

j. Menfasilitasi penyusunan Sasaran Kinerja Individu (SKI), Penilaian Kinerja Pekerja (PKP) dan cascading KPI.

k. Melaksanakan pembinaan dan mengelola program mentoring bagi siswa calon pekerja baru dan calon pekerja.

l. Menyusun usulan penyempurnaan uraian jabatan. 10.Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial

Fungsi Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial :

Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan administrasi SDM, kegiatan remunirasi, pengelolaan sistem informasi SDM dan membina hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan serta memastikan penerapan peraturan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Tugas Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial :

a. Menyusun usulan RKAP khususnya biaya pekerja, biaya jasa outsorcing dan biaya lain yang terkait.

b. Mengevaluasi pelaksanaan pembayaran fasilitas (benefit) pekerja. c. Melakukan monitoring administrasi dan pelayanan pensiunan.


(25)

d. Melakukan evaluasi data lembur, potongan, dan kehadiran pekerja. e. Melakukan pelayanan duka cita pekerja.

f. Memastikan kemuktahiran dan keakuratan data kepegawaian dalam HRIS. g. Melakukan penyusunan TOR, monitoring serta pengawasan kontrak jasa

outsorcing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Melaksanakan administrasi dan pengendalian tenaga kerja outsourching. i. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan

pelaksanaan Perjanjian KerjaBersama (PKB), penanganan keluhan dan perselisihan pekerja.

j. Menindaklanjuti permasalahan pekerja yang melakukan tindakan indisipliner dan permasalahan hubungan industrial lainnya.

k. Melaksanakan administrasi dan monitoring kontrak jasa profesi dan tenaga ahli.

l. Melaksanakan pengusrusan perijinan, pelaporan-pelaporan serta pengawasan ketenagakerjaan ke Dinas Tenaga kerja atau Instansi terkait. D. Jaringan Usaha/Kegiatan

Sebagai penyedia Utama Gas Bumi, PGN memiliki dua bidang usaha distribusi (penjualanan) dan transmisi (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa yang tersebar diseluruh wilayah usaha. Usaha distribusi meliputi kegiatan pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualanan gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Sedangkan usaha transmisi merupakan kegitan pengangkutan (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa tarnsmisi dari sumber-sumber gas ke penggunaan industri.


(26)

1. Kegiatan Usaha Distribusi

PGN mendistribusikan produk gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke para pelanggan. Kegiatan usaha ini memberikan kontribusi sebesar 81% dari total pendapatan yang diperoleh pada tahun 2011. PGN merupakan pelaku utama dalam kegiatan usaha distribusi gas di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 94%. Jaringan layanan mencakup delapan kota utama di Indonesia yaitu Jakarta, Cirebon, Surabaya, Palembang, Medan, Batam dan Pekanbaru yang di dukung oleh jaringan pipa distribusi sepanjang 3.097 km dengan kapasitas sebesar 831 MMSCFD. Pasokan gas dan kontrak pemebelian sebelum diperlakukan UU Migas No. 22/2001, PGN memperoleh pasokan gas bumi terutama dari Pertamina DOH Cirebon dan BP Muara Karang untuk memenuhi kebutuhan pasar gas bumi di wilaya distribusi Jawa bagian Barat. Sedangkan untuk wilayah distribusi Jawa bagian Timur memperoleh pasokan gas bumi dari EMP Kangean dan Lapindo Brantas, untuk wilayah distribusi Sumatera bagian Utara memperoleh pasokan gas bumi dari Pertamina DOH Pangkalan Brandan. Setelah diberlakukan UU Migas bumi secara langsung dari produsen gas bumi anatara lain Pertamina, BP Indonesia, Lapindo Brantas, ConocoPhillips dan Ellipse. Kontrak pembelian gas bersifat jangka panjang antara 10 tahun sampai 20 tahun. Perjanjian gas bumi jangka panjang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan pasokan gas bumi secara lebih pasti agar kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan dapat terpenuhi dengan lebih baik. Dalam rangka penetrasi pasar ke wilayah yang menjadi target perusahaan, maka daerah layanan pasar dibagi menjadi tiga wilayah distribusi, sebagai berikut :


(27)

b. SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat yang terdiri dari Jakarta, Banten, Bekasi, Karawang, Bogor, Cirebon, Palembang dan Bandung.

c. SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur yang terdiri dari Surabaya-Gresik, Sidoarjo-Mogokerto, dan Pasuruan-Probolinggo serta Semarang dan Makasar. d. SBU Distribusi Wilayah III, Sumatera Bagian Utara yang terdiri dari Medan,

Batam dan Pekanbaru.

3. Kegiatan Usaha Transmisi

Kegiatan usaha transmisi meliputi tranportasi gas bumi dari lapangan gas milik produsen melalui jaringan pipa transmisi bertekan tinggi ke stasiun penyerahan pembeli. Dalam kapasitasnya sebagai pengankut gas bumi dari produsen ke konsumen, PGN memperoleh pendapatan jasa transportasi (Toll Fee). Khusus untuk melayani PLN Panaran (Batam), selain mendapat jasa transportasi, perusahaan bertindak sebagai penjualan gas bumi.

PGN mengoperasikan jaringan pipa transmisi sepanjang 1.074 km dengan kapasitas sebesar 887 MMSCFD dan tingkat utilisasi sebesar 54%. Kapasitas ini mewakili sekitar 47% pangsa pasar kegiatan usaha transmisi di Indonesia. Jangkauan layanan transmisi PGN meliputi ruas Duri dan Grissik-Singapura dilakukan oleh anak perusahaan PGN yaitu PT Transportasi Gas Indonsia (Transgapindo).

E. Kinerja Usaha Terkini

PT PGN (Persero) Tbk merupakan perusahaan infrastruktur yang berpengalaman menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum


(28)

(public utility). Sebagai perusahaan infrastruktur, PGN memiliki jaringan pipa transmisi dan distribusi yang handal.

Kinerja usaha PGN adalah transporter, distributor dan trader di bidang gas bumi. Sebagai transporter, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipa transmisi yang menghubungkan sumber-sumber gas ke konsumen akhir atau ke stasiun penerima di jaringan distribusi. Sebagai distributor, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipa distribusi yang menghubungkan stasiun penerima dengan konsumen akhir yaitu kepada pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Tugas utama PGN di bidang distribusi adalah untuk meningkatkan pemanfaatan energi melalui pendayagunaan gas bumi sebagai substitusi BBM. Sebagai trader PGN melaksanakan pembelian gas dari produsen dan menjualnya kepada pelanggan Rumah Tangga, Komersial dan Industri melalui jaringan pipa.

Pada tahun 2013 merupakan momentum penting bagi PGN dalam upaya memperkuat posisi sebagai perusahaan energi kelas dunia. Selain terus membangun dan mengembangkan infrastruktur gas bumi di dalam negeri, PGN juga mulai berinvestasi ke sektor hulu migas. Langkah ini merupakan upaya PGN untuk memastikan bahwa pasokan gas bumi akan terus meningkat dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia."

Sepanjang tahun 2013, kinerja PGN tetap solid dan mengalami pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. Secara finansial, PGN meraih total pendapatan sebesar US$ 3 miliar atau tumbuh 16% daripada tahun 2012 senilai US$ 2,5 miliar. Aset PGN juga tumbuh dari US$ 3,9 miliar (2012) menjadi US$ 4,3 miliar. Sedangkan ekuitas PGN melonjak dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 2,7 miliar.


(29)

"Dengan biaya energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, tentunya sektor usaha akan memiliki daya saing yang tinggi dan menciptakan multiplier effect yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Karena itu sebagai BUMN, PGN akan terus mendukung dan mewujudkan program konversi energi ke gas bumi melalui pembangunan infrastruktur gas bumi terintegrasi di berbagai wilayah di Indonesia,". Sebagai upaya untuk mempercepat pemanfaatan gas bumi di Indonesia, pada tahun 2014 PGN telah menyiapkan investasi untuk membangun infrastruktur gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari sektor industri, komersial, UMKM dan rumah tangga.

"Dengan fundamental yang sangat solid, PGN memiliki ruang yang cukup leluasa untuk membiayai ekspansi bisnis. Kerena itu PGN akan terus memaksimalkan setiap peluang untuk mendorong percepatan pemanfaatan gas bumi di berbagai segmen pelanggan.

F. Rencana Kegiatan

PGN memproyeksikan pencapaian visi melalui upaya-upaya transformasi dalam beberapa tahapan, yaitu: tahap perkuatan pondasi dan kapabilitas internal yang telah dimiliki, diikuti tahap perluasan kapabilitas pada area-area usaha baru. Area-area usaha baru dipilih untuk mencapai sasaran strategis pemenuhan pasokan gas, perkuatan usaha eksisting, peningkatan keuntungan, pemanfaatan kapabilitas yang dimiliki, dan diversifikasi usaha di luar usaha eksisting. Tahap selanjutnya merupakan tahap perbaikan yang berkelanjutan dan ekspansi usaha yang agresif sebagai tahap perwujudan sebagai perusahaan kelas dunia. Sebagai bagian dari pelaksanaan.


(30)

PGN membagi area bisnisnya menjadi empat Unit Bisnis Strategis dengan fokus geografis masing-masing :

1. SBU Distribusi Wilayah I, mencakup area Sumatera Selatan hingga Jawa Barat (termasuk Jakarta – Bogor).

2. SBU Distribusi Wilayah II, mencakup Jawa Timur.

3. SBU Distribusi Wilayah III, mencakup Sumatera Utara, Pekanbaru dan Kepualauan Batam.

4. SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transportasi Gas Indonesia, mengelola bisnis transmisi gas bumi untuk jaringan Grissik-Duri dan Grissik-Singapura.

PGN telah menyusun Rencana Kegiatan Jangka Panjang 2010- 2020 dan Rencana Usaha Perusahaan 2010-2014 untuk menjadi panduan dalam pengembangan dimasa mendatang dalam mencapai visi dan misi PGN, diantaranya pembangunan LNG Receiving Terminal, pengembangan dan pemanfaatan CNG dan pembangunan jaringan pipa distribusi Jawa Barat.

Rencana Kegiatan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk : 1. Distribusi

Perusahaan telah mengembangkan bisnis distribusi gas bumi melalui jaringan pipa dari 3,187 km panjang dengan kapasitas 692 MMSCFD, yang terdiri dari kota-kota utama di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Banten, Karawang, Cirebon, Surabaya, Palembang, Medan, Batam Batam dan Pekanbaru. Jaringan distribusi dan fasilitas yang dikelola oleh tiga unit SBU Distribusi dengan pengembangan berdasarkan wilayah kerja. Distribusi adalah bisnis utama


(31)

companyâ € ™ s yang kontribusi pendapatan sebesar 83,4 % dari total pendapatan pertahun.

2. Pasokan Gas

Perusahaan memenuhi kebutuhan pasar gas alam melalui beberapa sumber daya gas yang dipasok oleh Pertamina dan Kontraktor Kontrak Bagi Hasil, melalui Perjanjian Jual Beli Gas untuk jangka waktu 5 sampai 20 tahun. Perjanjian jangka panjang dimaksudkan untuk memastikan bahwa PGN mendapat pasokan gas alam terus, sehingga kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan dapat dipertahankan dengan baik.

3. Transmisi

PGN mengangkut gas melalui jaringan transmisi dari pemasok hulu kepada pengguna akhir . Perusahaan saat ini mengoperasikan tiga jaringan pipa transmisi dengan panjang gabungan sekitar 1.015 km, Grissik ke Duri (operasional pada tahun 1998), Grissik ke Singapura ( operasional pada tahun 2003 ) , dan Medan, Jakarta / Bogor (operasional pada tahun 1991).

4. Konsumen

Para pelanggan perusahaan dibagi menjadi tiga kategori, rumah tangga, komersial dan industri. Dari sisi jumlah, pelanggan rumah tangga mewakili 97 % dari total pelanggan, sedangkan sisanya 3 % oleh komersial dan industri. Namun, pelanggan industri menyerap 98 % dari total volume, sedangkan sisanya 2 % yang diambil oleh rumah tangga dan pelanggan komersial. Strategic Business Unit (SBU) Distribusi adalah unit yang ditugaskan untuk langsung mengelola kegiatan usaha distribusi gas bumi. PGN fokus kepada upaya meningkatkan pelayanan dan


(32)

kepuasan pelanggan.Sehingga untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar ada beberapa hal yang dilakukan oleh PGN, diantaranya adalah:

a. Rutin melakukan temu pelanggan, sharing session dan visitasi Account Executive ke lokasi pelanggan untuk lebih mendengar keluhan dan masukan dari pelanggan dan menyampaikan informasi terkini seputar bisnis gas bumi. Semua kegiatan tadi diadakan di semua SBU dan/atau Area Penjualan dan Layanan yang ada di PGN.

b. Membuat mekanisme pembayaran melalui PPOB (Payment Point Online Bank) dengan bank nasional. Dengan PPOB ini pelanggan rumah tangga dan pelanggan kecil yang dulu harus membayar tagihan gas di loket kantor PGN dan datanya belum terintegrasi ke sistem billing PGN, kini dapat membayar tagihan melalui bank dan langsung terkoneksi dengan sistem billing PGN.

c. Aktif mencari tambahan pasokan gas baru.Untuk memenuhi pemintaan energi gas bumi yang besar, PGN aktif mencari tambahan pasokan gas baru. Salah satu langkah yang ditempuh adalah menjalin kerjasama/perjanjian jual beli dengan BUMN/BUMD yang memiliki kontrak/jatah alokasi gas. Melalui sinergi dengan BUMN/BUMD, utilisasi gas bumi dapat segera dilaksanakan karena infrastruktur PGN sudah siap dan dapat menekan biaya bagi BUMN/BUMD karena mereka tidak perlu mengalokasikan dana dan mencari pinjaman untuk membangun infrastruktur baru.


(33)

26 A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan salah satu dari seistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan tepat akan mengarah pada pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi, sebaliknya kurang baiknya dalam manajemen keuangan akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan secara keseluruhan dan akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Syahyunan (2013:1), manajemen keuangan dalam arti luas merupakan keseluruhan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan dana (obtaining of funds) yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut seefisien mungkin.

Sedangkan dalam arti yang lebih sempit, manajemen keuangan adalah aktivitas yang hanya berkaitan dengan usaha mendapatkan dana saja, yang sering juga dinamakan pembelanjaan pasif atau pendanaan (financing). Dengan demikian manajemen keuangan tidak lain adalah manajemen utntuk fungsi-fungsi pembelanjaan.

Menurut Kasmir (2012:4) bahwa aktivitas manajemen keuangan berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk lembaga yang berhubungan


(34)

erat dengan sumber pendanaan dan investasi keuangan perusahaan serta instrumen keuangan.

Serta manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah.

2. Fungsi Manajemen Keuangan

Bagaimana seorang manajer keuangan mampu untuk memaksimalkan nilai perusahaan, untuk itu perlu dijelaskan tiga fungsi manajemen keuangan yang mencakup 3 (tiga) keputusan manajemen keuangan, yaitu:

a. Keputusan Investasi (Investment Decision)

Keputusan investasi merupakan keputusan terpenting dari keputusan lainnya dalam hubungannya dengan peningkatan nilai perusahaan. Keputusan investasi pada dasarnya adalah keputusan untuk mengalokasikan sumber dana atau akan digunakan untuK apa dana tersebut.

Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aset baik aset lancar maupun aset tetap. Efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut. Dengan demikian manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus selalu mencari alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisis, dan dari hasil analisis itu harus diambil keputusan alternatif investasi mana yang akan


(35)

dipilih. Dengan kata lain, manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi (investment decision).

b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)

Jika keputusan investasi adalah keputusan tentang penggunaan dana, maka keputusan pendanaan adalah sebaliknya, yaitu keputusan tentang bagaimana memperoleh dana untuk membiayai investasi.

Fungsi pendanaan juga harus dilakukan secara efisien. Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Manajer keuangan harus mempertimbangkan dengan cermat sifat dan biaya dari masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda.

Oleh karena itu, manajer keuangan harus selalu mencari alternatif-alternatif sumber dana untuk kemudian dianalisis, dan dari hasil analisis tersebut harus diambil keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi sumber dana mana yang akan dipilih. Dengan demikian manajer keuangan juga harus mengambil keputusan pendanaan (financing decision).

c. Modal Kerja (working capital)

Mengelola modal kerja perusahaan adalah aktivitas sehari-hari yang akan menentukan tersedianya sumber daya yang mencukupi bagi perusahaan untuk meneruskan operasinya dan terhindar dari gangguan yang dapat menimbulkan biaya yang besar bagi perusahaan. hal ini melibatkan sejumlah aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan.


(36)

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam satu periode. Oleh karena itu, sebelum menganalisis laporan keuangan, maka terlebih dahulu kita harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan laporan keuangan.

Seperti yang diketahui bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.

Menurut Kasmir (2012:7) secara umum dikatakan bahwa laporan keuangan adalah: Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatau periode tertentu.

Menurut Syahyunan (2013:25) laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggung jawabkan (stewardship) penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya.

Menurut Sutrisno (2013:5)Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat mengenai laporan keuangan.

Ditinjau dari segi intern perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Data laporan keuangan terutama akan memberikan informasi bagi


(37)

manajemen sebagai bahan analisa dan bahan interprestasi untuk mengadakan evaluasi terhadap aktivitas perusahaan.

Bagi suatu perusahaan, penyajian laporan keuangan secara khusus merupakan salah satu tanggung jawab manajer keuangan.

Hal ini sesuai dengan fungsi manajer keuangan, yaitu:

a. Merencanakan;

b. Mencari;

c. Memanfaatkan dana-dana perusahaan; dan

d. Memaksimalkan nilai perusahaan.

Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini.

2. Jenis-jenis laporan keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan menurut Harahap (2013:107) adalah sebagai berikut: a. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aset, kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Aset disajikan dalam kriteria lancar dan tidak lancar. Kewajiban disajikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan. Dalam perseroan terbatas, ekuitas dapat


(38)

diklasifikasikan sebagai setoran modal oleh pemegang saham, penyisihan/pencadangan laba dan saldo laba yang tidak dicadangkan serta selisih penilaian.

Bentuk penyajian neraca:

1. Bentuk neraca staffel (Report form) 2. Bentuk neraca skontro (Account Form)

3. Bentuk yang menyajikan posisi keuangan (Finansial Position Form) b. Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban (biaya) serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Perusahaan dapat mengklasifikasikan pendapatan dan beban atas dasar sifat atau fungsi dalam perusahaan.

Berdasarkan sifat, berarti pendapatan dan beban dinamai dengan peruntukannya, misalnya pengeluaran untuk bahan baku dinamakan beban bahan baku, untuk gaji dan upah dinamakan beban pegawai dan seterusnya. Sedangkan fungsi pokok perusahaan biasanya terdiri dari fungsi produksi, penelitian dan pengembangan, pemasaran dan administrasi, maka beban tersebut dinamakan beban produksi, beban penelitian dan pengembangan, beban pemasaran serta beban administrasi dan umum. Menurut Syahrial (2013:11) Dalam pembuatan laporan laba rugi harus pula diperhatikan prinsip akuntansi yang berlaku, yaitu prinsip akrual dalam mencatat pendapatan dan beban.

Menurut prinsip akrual, pendapatan dan beban akan dicatat pada saat terjadinya transaksi bukan pada saat diterimanya pendapatan atau dibayarkannya


(39)

biaya dalam bentuk uang kas. Oleh karena itu, pada saat uang diterima atau dibayar guna menindaklanjuti transaksi yang sudah terjadi maka hal itu tidak akan mempengaruhi pendapatan dan beban sebab penerimaan dan pembayaran uang kas tersebut akan dicacat pada rekening kas di neraca.

Akibat digunakannya prinsip ini maka laba bersih atau rugi bersih yang ada dilaporan laba rugi tidak akan pernah sama jumlahnya dengan selisih kas masuk dengan seluruh kas keluar yang ada pada laporan arus kas suatu perusahaan.

Bentuk penyajian laporan laba rugi: a. Current Operating Income b. All Inclusive Income

c. Laporan Arus Kas

laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam menghasilkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Idealnya perusahaan memiliki kas bersih yang positif dari kegiatan operasi sehingga perusahaan tidak harus terlalu tergantung pada kegiatan investasi dan atau kegiatan pendanaan.

Secara umum, pola arus kas dalam laporan arus kas dapat dikenali dengan beberapa pola, antara lain:

• Arus kas operasi secara normatif adalah positif. Perusahaan yang tidak mengalami masalah operasional, yaitu laba dan modal kerja, arus kas operasionalnya positif.


(40)

• Arus kas investasi secara normatif adalah negatif. Pengertian negatif adalah perusahaan secara normal melakukan belanja modal dengan membeli aktiva tetap.

• Arus kas pendanaan tidak berpola.

3. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan berarti melakukan kegiatan menganalisis atau menelaah hubungan antara satu atau lebih pos-pos dalam neraca.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Munawir (2010:10) adalah:

a. Screening yaitu untuk mengetahui situasi dan kondisi entitas melalui laporan keuangan tanpa harus melihat langsung entitas tersebut.

b. Understanding, memahami kondisi suatu entitas atau daerah melalui kondisi keuangannya dan apa yang akan dihasilkannya.

c. Forecasting, untuk meramal atau memprediksi kondisi keuangan entitas atau daerah dimasa akan datang.

d. Diaognosis, untuk mempelajari kemungkinan masalah yang terjadi baik dalam manajemen keuangan maupun masalah lain dalam suatu entitas atau daerah.

e. Evaluation, untuk menilai atau mengevaluasi kinerja pihak eksekutif dalam mengelola suatu entitas atau daerah.

Sedangkan analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu sebagai berikut:


(41)

a. Analisis perubahan, dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan yang sama untuk periode sebelumnya.

b. Analisis kecenderungan (trend), dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan yang sama untuk 2 atau lebih periode dengan menetapkan satu periode sebagai tahun pembanding atau tahun dasar.

C. Rasio-rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan.

Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lannya. Cara ini ternyata lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang ada di laporan keuangan dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja.

Manajer keuangan harus menyadari bahwa rasio keuangan pada dasarnya tidak memiliki nilai uang yang sebenarnya tetapi merupakan perbandingan dua angka yang memiliki nilai. Oleh karena itu, rasio keuangan hanya merupakan suatu petunjuk atau suatu indikasi mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan, namun tidak merupakan gambaran lengkap mengenai kondisi keuangan perusahaan yang


(42)

bersangkutan. Mengingat hal itu, maka manajer keuangan harus berhati-hati dalam melakukan penafsiran terhadap rasio keuangan tersebut.

Selain manajer keuangan atau pimpinan perusahaan, sebenarnya ada banyak pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan dan analisisnya. Para kreditur berkepentingan dengan kemampuan perusahaan untuk mengembalikan utang-utangnya.

Oleh karena itu, analisis keuangan dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan. Hanya saja kita perlu memahami bahwa laporan keuangan yang dipergunakan sebagai dasar analisis keuangan hanyalah merupakan rekaman apa yang telah terjadi selama periode tertentu.

Kadang-kadang analisis dalam rentang waktu periode tersebut tidak cukup untuk mencerminkan hasil keputusan-keputusan keuangan. Situasi ini yang disebut short termis, yang berarti hanya memusatkan perhatian pada periode satu tahun, padahal dampak keputusan keuangan tersebut meliputi jangka panjang.

2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Keunggulan analisis rasio menurut Abdullah (2013:41) dibanding teknik analisis lainnya, keunggulan tersebut adalah:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;


(43)

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisis model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

e. Menstandarisir size perusahaan;

f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”;

g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah :

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat, yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai;

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai biasa atau subjektif;

2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;

3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio; 4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa


(44)

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio;

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron;

e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standarakuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya, jika dilakukan perbandingan akan menimbulkan kesalahan.

4. Jenis-jenis Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut:

1. Current Ratio

Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang pasti, namun standar umum yang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.


(45)

2. Quick Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Rasio. Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.

3. Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera diuangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1,00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash ratio nya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Besarnya ukuran umumyang dipakai adalah 200% atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200%.


(46)

Yang termasuk rasio solvabilitas antara lain:

1. Total Debt to Total Equity Ratio

Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik (ekuitas). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.

2. Total Debt to Total Asset Ratio

Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, dapat diketahui beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi. Rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada total aktiva.

c. Rasio Aktivitas

Sering disebut dengan rasio efisiensi yang merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva secara efisien,


(47)

yaitu dengan melihat kecepatan perputaran berarti semakin efektif penggunaan aktiva dan semakin tinggi pula penghasilan yang akan diperoleh perusahaan. Artinya semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan. Beberapa rasio utama yang tercakup dalam rasio efisiensi ini sehubungan dengan jenis perusahaan yang diteliti antara lain:

1. Working Capital Turn Over

Modal kerja adalah aktiva perusahaan yang mempunyai umur lebih singkat dari satu periode buku biasanya satu tahun. Untuk menilai efektivitas modal kerja dapat dihitung dengan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal sendiri.

Turn over modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja, yang mungkin disebabkan rendahnya tingkat perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang telah besar. Untuk Working Capital Turn Over ukuran standar yang ditetapkan sebesar 6 kali. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerjanya, berarti semakin efektif pula penggunaan modal kerja perusahaan.

2. Fixed Assets Turn Over

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap, yang menunjukkan rasio berapa kali dana yang ditanam dalam aktiva tetap telah berputar dalam satu periode. Untuk Fixed Assets Turn Over ukuran standar yang ditetapkan sebesar 1,1 kali, jadi semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik.


(48)

3. Total Assets Turn Over

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Untuk Total Assets Turn Over ukuran standar yang ditetapkan sebesar 1,1 kali, jadi semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

d. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:

1. Net Profit Margin

Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak. Ukuran standar umum yang ditetapkan sebesar 0,25 atau 25% menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih yang nilainya 25% dari total penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.


(49)

2. Gross Profit Margin

Analisis rasio ini memberikan informasi seberapa jauh efektivitas pengelolaan biaya dalam rangka untuk memproduksi barang dagangannya. Dalamhal ini pengaruh biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan tidak disertakan dalam perhitungan rasio.

Dengan demikian hanya rasio perbandingan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan bersih. Nilai standar umum yang ditetapkan sebesar 0,50 atau 50% menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan laba kotor yang nilainya 50% dari total penjualan. Bertambah tinggi hasil rasio berarti bertambah baik bagi perusahaan dalam menekan biaya produksi dan memperbesar jumlah penjualan.

3. Return On Invesment

Rasio ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan perusahaan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Untuk Return On Investmen ukuran standar yang ditetapkan sebesar 5,08%, bertambah tinggi hasil rasio berarti bertambah baik bagi perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:


(50)

D. Laporan Keuangan PT. Perusahaan Gas Negara(Persero) Tbk, Medan

Laporan Neraca PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan per 31 Desember 2012 sampai dengan 2013. Berikut tabel laporan neraca PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan per 31 Desember 2012 sampai dengan 2013.


(51)

Tabel 3.1

Laporan Neraca PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan Per 31 Desember 2012 dan 2013

(Dalam Jutaan Rupiah)

Sumber: PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, 2015

Keterangan Tahun

2012 2013

Aktiva

Aktiva Lancar

Kas dan Setara Kas 878 3.386

Piutang Usaha 152.138 224.388

Persediaan 10.408 3.963

Piutang anak/induk perusahaan 23.236 -

Uang muka 4.432 -

Biaya dibayar dimuka - 303

Total Aktiva Lancar 191.092 232.040

Aktiva Tetap

Aset tetap 174.491 203.334

Aset dalam pelaksanaan 62.190 112.801

Aset belum terpasang 72.294 16.930

Aktiva tak berwujud 661 4.821

Aktiva lain- lain 34.691 15.976

Beban Tangguhan Hak atas Tanah - -

Promissory Notes - -

Total Aktiva Tetap 344.327 353.862

TOTAL AKTIVA 535.419 585.902

Kewajiban dan Modal Kewajiban Lancar

Utang Pajak 9.427 5.096

Kewajiban jangka pendek lainnya 20.539 30.757 Kewajiban yang harus masih dibayar 27.658 34.810

Utang anak/ induk perusahaan 1.078 10.340

Kewajiban lancar lain-lain 1.820 3.025

Total Kewajiban Lancar 60.522 84.028

Kewajiban Tidak Lancar 3.458 4.676

Kewajiban lain-lain (240.870) (6.308)

Total Kewajiban (176.890) 82.396

Modal 712.309 503.506


(52)

Tabel 3.2

Laporan Laba Rugi PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk Medan Per 31 Desember 2012 dan 2013

(dalam juta rupiah)

Uraian Tahun

2012 2013

Penjualan / Pendapatan Usaha 176.819 223.331 Harga Pokok Penjualan (106.885) (123.366)

Laba Kotor 69.934 99.965

Beban Usaha (61.455) (63.254)

Laba Usaha 8.479 36.711

Pendapatan (Beban) lain-lain 3.715 3.136

Laba Bersih 12.194 39.847

Pajak - -

Laba Bersih setelah Pajak 12.194 39.847

E. Analisis Laporan Keuangan menggunakan Rasio Keuangan

Dalam analisis laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, rasio keuangan yang digunakan adalah rasio keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas. Berikut ini penjelasan analisis rasio keuangan untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan

1. Rasio Likuiditas


(53)

Berdasarkan perhitungan Current Ratio pada tahun 2012, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 315,73% aktiva lancar. Sedangkan, pada tahun 2013 perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 276,15% aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang lancar dengan jaminan aktiva lancar menurun pada tahun 2013, namun masih dalam keadaan likuid karena diatas 200%. Dan perbandingan penurunannya sebesar 39,58% artinya penurunan yang terjadi tidak terlalu rendah sehingga perusahaan masih mampu menjamin setiap utang lancarnya dari aktiva lancar.

Berdasarkan perhitungan Quick Ratio pada tahun 2012, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 298,54% aktiva lancar. Sedangkan, pada tahun 2013 perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 271,43% aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusahaan dalam mengangsur setiap rupiah hutang dengan jaminan aktiva lancar tanpa persediaan menurun pada tahun 2013, namun masih dalam keadaan likuid karena diatas 100%. Dan perbandingan penurunannya sebesar 27,11% artinya penurunan yang terjadi tidak terlalu rendah


(54)

sehingga perusahaan masih mampu menjamin setiap utang lancarnya dengan aktiva lancar tanpa persediaan.

= 1,45%

4,03%

Berdasarkan perhitungan Cash Ratio, pada tahun 2012 sebesar 1,45%, sedangkan tahun 2013 sebesar 4,03%. Dalam analisis ini terjadi peningkatan rasio sebesar 2.58%. Setiap utang lancar Rp.1,00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash ratio nya, dan tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.

Perbandingan rasio likuiditas tahun 2012-2013 sebagai berikut: Tabel 3.3

Rasio Likuiditas Akhir tahun 2012 dan 2013

No. Rasio-rasio likuiditas 2012 2013 Perbandingan

1. Current Ratio 315,73% 276,15% 39,58%

2. Quick Ratio 298,54% 271,43% 27,11%

3. Cash Ratio 1,45% 4,03% 2,58%

Dari komponen Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar termasuk kas. Namun


(55)

pada Cash Ratio mencerminkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas. Namun hanya saja terdapat penurunan pada Current Ratio dan Quick Ratio dari tahun 2012 ke-tahun 2013, sedangkan pada Cash Ratio terjadi peningkatan dari tahun 2012 ke-tahun 2013.

2. Rasio Solvabilitas

24,83%

16,36%

Berdasarkan perhitungan rasio utang terhadap ekuitas (Total Debt to Total Equity Ratio), pada tahun 2012 sebesar 24,83% dan pada tahun 16,36%. Setiap utang jangka panjang dijamin dengan RP.1,- modal sendiri. Dan pada tahun 2012 dan tahun 2013 rasio hutang terhadap ekuitas mengalami penurunan sebesar 8,47% artinya penurunan yang terjadi cukup baik terhadap perusahaan , dengan adanya penurunan rasio ini maka perusahaan cukup mampu membayar utang jangka panjangnya dengan modal sendiri. Jadi komposisi utang terhadap modal sendiri (ekuitas) aman karena mengalami penurunan rasio. Dan apabila rasio semakin besar bahkan lebih dari 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.


(56)

33,04%

Berdasarkan perhitungan rasio utang (Total Debt to Total Asset Ratio) pada tahun 2012 sebesar 33,04% ,sedangkan pada tahun 2013 sebesar 14,06% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (utang). Terjadi penurunan rasio dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 18,98% artinya penurunan yang terjadi cukup baik terhadap perusahaan, sehingga dengan penurunan rasio ini maka perusahaan cukup mampu membayar utang jangka panjangnya dengan aset. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi utang baik terhadap total aset (aktiva) relatif aman karena masih dibawah 100%.

Perbandingan rasio solvabilitas tahun 2012-2013 sebagai berikut: Tabel 3.4

Rasio Solvabilitas Akhir tahun 2012 dan 2013

No. Rasio-Rasio Solvabilitas 2012 2013 Perbandingan 1. Total Debt to Total Equity

Ratio 24,83% 16,36% 8,47%

2. Total Debt to Total Asset

Ratio 33,04% 14,06% 18,98%

Dilihat dari persentase Rasio Solvabilitas baik itu Total Debt to Total Equity Ratio dan Total Debt to Total Asset Ratio bahwa komposisi utang jangka panjangnya


(57)

baik dijamin dengan modal sendiri (ekuitas) dan total aktiva (aset) relatif aman karena menunjukkan kondisi yang menurun dari tahun 2012 ke-tahun 2013.

3. Rasio Aktivitas

kali

Berdasarkan perhitungan modal kerja (Working Capital Turn Over Ratio), pada tahun 2012 perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,25 kali dari modal kerja, sedangkan pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,44 kali dari modal kerja. Terdapat peningkatan penjualan dari tahun 2012 ke-tahun 2013 sebesar 0,19 kali artinya peningkatan yang terjadi masih sangat rendah bagi perusahaan industri seperti PT. PGN dalam menghasilkan penjualan dari modal kerja, karena standar umum dari Working Capital Turn Over Ratio sebesar 6 kali. Akan tetapi, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan sudah cukup efektif, karena semakin tinggi tingkat perputaran modal kerjanya, berarti semakin efektif pula penggunaan modal kerja perusahaan.


(58)

0,51 kali

Berdasarkan perhitungan Fixed Assets Turn Over, pada tahun 2012 perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,51 kali dari aktiva tetap, sedangkan pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,63 kali dari aktiva tetap. Terdapat peningkatan penjualan dari tahun 2012 ke-tahun 2013 sebesar 0,12 kali artinya peningkatan yang terjadi masih sangat rendah bagi perusahaan industri seperti PT. PGN dalam menghasilkan penjualan dari aktiva tetap, karena standar umum dari Fixed Assets Turn Over sebesar 1,1 kali. Akan tetapi, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan cukup efektif dalam penggunaan dana yang ditanam dalam aktiva tetap perusahaan.


(59)

Berdasarkan perhitungan Total Assets Turn Over, pada tahun 2012 perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,33 kali dari total aktiva, sedangkan pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,38 kali dari total aktiva. Terdapat peningkatan penjualan dari tahun 2012 ke-tahun 2013 sebesar 0,05 kali peningkatan yang terjadi masih sangat rendah bagi perusahaan industri seperti PT. PGN dalam menghasilkan penjualan dari total aktiva, karena standar umum dari Total Assets Turn Over sebesar 1,1 kali. Akan tetapi, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan cukup efektif dalam penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.

Perbandingan rasio aktivitas tahun 2012-2013 sebagai berikut: Tabel 3.5

Rasio Aktivitas Akhir tahun 2012 dan 2013

No. Rasio-Rasio Aktivitas 2012 2013 Perbandingan

1. Working Capital Turn Over 0,25 kali 0,44 kali 0,19 kali

2. Fixed Assets Turn Over 0,51 kali 0,63 kali 0,12 kali

3. Total Assets Turn Over 0,33 kali 0,38 kali 0,05 kali

Dari dua (2) komponen Rasio aktivitas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengembalikan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan meskipun peningkatannya belum memenuhi standar yang telah ditetapkan.


(60)

6,90%

Berdasarkan perhitungan Net Profit Margin, pada tahun 2012 sebesar 6,90% dan pada tahun 2013 sebesar 17,84%. Dalam hal ini setiap Rp.100,- penjualan bersih dalam perusahaan menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp.6,90,- dan Rp.17,84,-. Terjadi peningkatan pendapatan laba bersih perusahaan (Net Profit Margin) dari tahun 2012 ke-tahun 2013 sebesar 10,94% artinya peningkatan yang terjadi pada Net Profit Margin masih cukup rendah bagi perusahaan industri seperti PT. PGN, karena masih jauh dari ukuran standar yang ditetapkan sebesar 25%. Tetapi hal ini menguntungkan bagi PT. Perusahaan Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, karena laba bersih perusahaan ikut meningkat.


(61)

Berdasarkan perhitungan Gross Profit Margin, pada tahun 2012 sebesar 39,5% dan pada tahun 2013 sebesar 44,76%. Hal tersebut berarti dalam setiap Rp.100,- penjualan bersih dalam perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar Rp.39,5,- dan Rp.44,76,-. Terjadi peningkatan pendapatan laba (Gross Profit Margin) dari tahun 2012 ke-tahun 2013 sebesar 5,26% dan peningkatan ini masih rendah terhadap perusahaan industri seperti PT. PGN, karena jauh dari standar umum yang ditetapkan yaitu sebesar 50%, akan tetapi hal ini menguntungkan bagi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, karena kinerja penjualan bersih dalam menghasilkan laba kotor meningkat.

2,28%

Berdasarkan perhitungan Return On Investmen tahun 2012 sebesar 2,28% dan tahun 2013 sebesar 6,80%. Hal tersebut berarti setiap Rp.100,- dari seluruh dana yang tertanam dalam aktiva perusahaan mampu mengembalikan investasi sebesar Rp.2,28,- dan Rp.6,80,-. Nilai Return On Investmen mengalami peningkatan dari tahun 2012


(62)

ke-tahun 2013 sebesar 4,52% artinya peningkatan yang terjadi cukup bagus untuk perusahaan karena hampir mendekati standar umum sebesar 5,08%. Hal ini menguntungkan bagi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, karena mampu menghasilkan laba bersih dengan baik.

Perbandingan rasio profitabilitas 2012-2013 sebagai berikut: Tabel 3.6

Rasio Profitabilitas Akhir tahun 2012 dan 2013

No. Rasio-Rasio Profitabilitas 2012 2013 Perbandingan

1. Net Profit Margin 6,90% 17,84% 10,94%

2. Gross Profit Margin 39,5% 44,76% 5,26%

3. Return On Investmen 2,28% 6,80% 4,52%

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat dan itu menguntungkan bagi perusahaan karena laba perusahaan juga akan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio dari tahun 2012 ke-tahun 2013.

F. Pengaruh Tinggi Rendahnya Rasio Terhadap Komponen Laporan Keuangan

a. Rasio Likuiditas 1. Current Ratio

Dalam analisis laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan memiliki nilai Current Ratio pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 315,73% dan


(63)

276,15%, dimana nilainya sudah berada diatas standar Current Ratio yang telah ditetapkan sebesar 200%. Jadi PT. PGN sudah mampu menutupi kewajibannya dengan menggunakan aktiva lancar walaupun ada sedikit penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013.

Namun apabila nilai Current Ratio berada dibawah 200% misalnya 100% maka hal itu akan merugikan perusahaan karena antara utang lancar dan aktiva lancar tidak sebanding (2:1) artinya disini bahwa utang lancar lebih besar dari aktiva lancarnya sehingga tidak mampu menutupi kewajiban jangka pedeknya dan begitu sebaliknya semakin tinggi rasio ini misalnya sampai 300% akan semakin bagus bagi perusahaan karena semakin mampu menjamin utang jangka pendeknya. Jadi hal tersebut berpengaruh terhadap aktiva lancar didalam laporan keuangan perusahaan dibagian neraca.

Apabila rasio jauh menurun dari standar yang ditetapkan maka dapat dilakukan upaya untuk menaikkan rasio yaitu sebagai berikut:

a. Melalui utang lancar tertentu diusahakan untuk menambah aktiva lancar b. Melalui aktiva lancar tertentu diusahakan untuk mengurangi utang lancar c. Mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dengan mengurangi aktiva

lancar

d. Melalui penambahan utang jangka panjang dan menurunkan utang jangka pendek

2. Quick Ratio

Dalam analisis laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan memiliki nilai Quick Ratio pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 298,54% dan


(64)

271,43%, dimana nilainya sudah berada diatas standar Current Ratio yang telah ditetapkan sebesar 100%. Jadi dapat diartikan bahwa PT. PGN sudah mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.

Namun apabila nilai Current Ratio berada dibawah 100% misalnya 50% maka hal itu akan merugikan perusahaan karena antara utang lancar dan aktiva lancar tanpa persediaan tidak sebanding (1:1) artinya disini bahwa utang lancar lebih besar dari aktiva lancar tanpa persediaan sehingga tidak mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya dan begitu sebaliknya semakin tinggi rasio ini misalnya 200% akan semakin bagus bagi perusahaan karena semakin bisa menjamin utang jangka pendeknya. Jadi hal tersebut berpengaruh terhadap aktiva lancar didalam laporan keuangan perusahaan dibagian neraca.

Namun apabila rasio jauh menurun dari standar yang ditetapkan maka dapat dilakukan upaya untuk menaikkan rasio yaitu sebagai berikut:

a. Melalui utang lancar tertentu diusahakan untuk menambah aktiva lancar tanpa persediaan

b. Melalui aktiva lancar tertentu diusahakan untuk mengurangi utang lancar c. Melalui pengurangan jumlah utang lancar bersama-sama dengan

mengurangi aktiva lancar tanpa persediaan.

d. Melalui penambahan utang jangka panjang dan menurunkan utang jangka pendek

3. Cash Ratio

Dalam analisis laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan memiliki nilai Cash Ratio pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 1,45% dan


(65)

4,03%, dimana tidak terdapat standar khusus pada Cash ratio sehingga penilainnya tergantung kebijakan perusahaan.

Namun apabila nilai Cash Ratio mengalami penurunan dari tahun ke tahun maka hal itu akan merugikan perusahaan karena antara utang lancar dan kas tidak sebanding artinya disini bahwa utang lancar lebih besar dari kas sehingga tidak mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya dan begitu sebaliknya semakin tinggi rasio ini maka akan semakin bagus bagi perusahaan karena akan mampu menutupi utang jangka pendeknya dengan menggunakan kas. Jadi hal tersebut berpengaruh terhadap kas didalam laporan keuangan perusahaan dibagian neraca disisi aktiva lancar.

Apabila rasio jauh menurun dari standar yang ditetapkan maka dapat dilakukan upaya untuk menaikkan rasio yaitu sebagai berikut:

a. menambah jumlah kas, baik itu dari modal sendiri atau dengan menjual aktiva tetap

b. Berusaha untuk mengurangi utang lancar

c. Cara melihat dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas

b. Rasio Solvabilitas

1. Total Debt to Total Equity Ratio

Dalam analisis laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan memiliki nilai Total Debt to Total Equity Ratio pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 24,83%% dan 16,36%, dimana nilainya sudah berada dibawah standar Total


(66)

Debt to Total Equity Ratio yang telah ditetapkan sebesar 100%. Artinya dengan adanya penurunan ini maka perusahaan akan mampu membayar utang jangka panjang dengan menggunakan modal sendiri.

Namun apabila nilai Total Debt to Total Equity Ratio berada diatas 100% misalnya 200% maka hal itu akan merugikan perusahaan karena jaminan modal pemilik terhadap utang jangka panjang akan semakin kecil atau jumlah utang jangka panjang lebih besar dari pada modal pemilik dan begitu sebaliknya jika rasio ini semakin kecil misalnya 20% maka akan menguntungkan perusahaan karena jaminan utang jangka panjang terhadap modal akan semakin bagus. Jadi hal tersebut berpengaruh terhadap modal didalam neraca laporan keuangan perusahaan dibagian aktiva tetap atau yang bersifat jangka panjang.

Namun apabila rasio semakin meningkat bahkan jauh dari standar umum maka dapat dilakukan upaya untuk menurunkan rasio yaitu sebagai berikut:

a. Penambahan aktiva tetap dan bersifat jangka panjang relatif lebih besar dari pada tambahan utang jangka panjang

b. Mengurangi jumlah utang jangka panjang relatif lebih besar dari pada berkurangnya aktiva

2. Total Debt to Total Assets Ratio

Dalam analisis laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Medan memiliki nilai Total Debt to Total Assets Ratio pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 33,04% dan 14,06%, dimana nilainya sudah berada dibawah standar Total Debt to Total Assets Ratio yang telah ditetapkan sebesar 100%. Artinya dengan


(1)

terhadap laba kotor dan laba bersih didalam laporan laba rugi perusahaan dan hal tersebut juga berpengaruh kepada neraca (kas dan modal).

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dapat dilakukan upaya untuk menaikkan rasio yaitu sebagai berikut:

a. Mengurangi biaya dan menekan pengeluaran

b. Menggunakan aset-aset perusahaan secara leih baik, dengan melakukan lebih banyak pekerjaan dengan sedikit biaya

c. Lebih memperhatikan bentuk investasi apa saja yang dilakukan dalam proses penjualan guna meraih keuntungan

d. Lebih memperhatikan berapa jumlah penjualan bersih yang bisa menjadi laba kotor dan laba bersih.


(2)

68

Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Medan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Dilihat dari rasio likuiditas, dari segi Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar termasuk kas yang dimiliki perusahaan. Hanya saja terdapat sedikit penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini dicerminkan Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio masing-masing sebesar 315,73%, 298,54%, dan 1,45% dan pada tahun 2013 masing-masing sebesar 276,15%, 271,43%, dan 4,03%. Dimana perbandingan dari masing-masing rasio sebagai berikut: Current Ratio,Quick Ratio, dan Cash Ratio dari tahun 2012 ke-tahun 2013 masing-masing sebesar 39,58%, 27,11%, dan 2,58% artinya penurunan yang terjadi di masing-masing rasio tidak terlalu rendah sehingga perusahaan masih mampu menjamin setiap utang lancarnya dari aktiva lancar, aktiva lancar tanpa persediaan, dan kas dan tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.


(3)

2. Dilihat dari rasio solvabilitas, Total Debt to Total Equity Ratio dan Total Debt to Total Assets Ratio, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang atau dengan kata lain komposisi utang baik terhadap modal sendiri (ekuitas) maupun terhadap aktiva relatif aman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rasio yang semakin menurun pada tahun 2013 yang masing-masing rasio sebesar 16,36% dan 14,06%, dibandingkan pada tahun 2012 yang masing-masing rasio sebesar 24,83% dan 33,04%. Dengan perbandingan masing-masing rasio sebagai berikut: Total Debt to Total Equity Ratio dan Total Debt to Total Asset Ratio masing-masing sebesar 8,47% dan 18,98% artinya penurunan yang terjadi cukup baik terhadap perusahaan , dengan adanya penurunan rasio ini maka perusahaan cukup mampu membayar utang jangka panjangnya dengan modal sendiri dan aset. dengan standar ukur rasio solvabilitas ini dibawah 100%.

3. Dilihat dari rasio aktivitas, dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Hal ini terlihat peningkatan rasio aktivitas pada tahun 2013 dengan Working Capital Turn Over, Fixed Assets Turn Over, dan Total Assets Turn Over masing-masing sebesar 0,44 kali, 0,63 kali, dan 0,38 kali, dibandingkan pada tahun 2012 yang masing-masing rasio sebesar 0,25 kali, 0,51 kali dan 0,33 kali. Dengan perbandingan masing-masing rasio sebagai berikut: Working Capital Turn Over Ratio, Fixed Assets Turn Over, Total Assets Turn Over masing-masing sebesar 0,19 kali, 0,12 kali, dan 0,05 kali artinya peningkatan yang terjadi masih sangat rendah di masing-masing


(4)

rasio bagi perusahaan industri seperti PT. PGN dalam menghasilkan penjualan dari modal kerja, aktiva tetap dan total aktiva, karena standar umum dari masing-masing rasio sebesar 6 kali, 1,1 kali, 1,1 kali.

4. Dilihat dari rasio profitabilitas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat, dan hal ini menguntungkan perusahaan karena laba perusahaan juga akan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rasio dari tahun 2012 dengan NPM, GPM, dan ROI yang masing-masing rasio sebesar 6,90%, 39,5%, dan 2,28% ke-tahun 2013 yang masing-masing rasio sebesar 17,84%, 44,76%, dan 6,80%. Dengan perbandingan masing-masing rasio sebagai berikut: NPM, GPM, dan ROI masing-masing sebesar 10,94%, 5,26%, dan 4,52% artinya peningkatan yang terjadi pada NPM dan GPM masih cukup rendah bagi perusahaan industri seperti PT. PGN, karena masih jauh dari ukuran standar yang ditetapkan sebesar 25% DAN 50%, akan tetapi ROI mendekati ukuran standar yaitu sebesar 5,08% .

B. SARAN

1. Untuk meningkatkan likuiditas perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan perbaikan pada bagian aktiva lancar, misalnya pada piutang. Bagi pelanggan baik perusahaan maupun perorangan (rumah tangga) diberi sanksi pemutusan aliran gas apabila tidak membayar sampai dengan jangka waktu yang lebih singkat dari yang sudah ada sebelumnya.

2. Kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka panjang cukup bagus, hal ini dapat dilihat pada rasio solvabilitas yang menurun, Perusahaan harus


(5)

mampu menjaga keadaan tersebut agar pada tahun-tahun berikutnya tidak terjadi kenaikan rasio. Dan hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan modal untuk membayar utang jangka panjang.

3. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan dana di perusahaan, sebaiknya harus lebih memperhatikan penggunaan sumber daya dalam melakukan kegiatan operasional agar lebih efisien, sehingga tidak terjadi pemborosan dengan cara melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya-biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi perusahaan.

4. Untuk meningkatkan Profitabilitas, perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan, serta mengadakan perluasan jaringan gas dengan menambah pelanggan terutama pelanggan bisnis.


(6)

72

Adullah, M Faisal, 2013. Dasar-DasarManajemenKeuangan, Cetakan Keenam, Penerbit UMM Press, Malang.

Harahap, SofyanSyafri, 2013, AnalisisKritisAtasLaporanKeuangan, CetakanKesebelas, PenerbitRajawaliPers, Jakarta.

Kasmir. 2012. AnalisisLaporanKeuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Munawir. 2010. AnalisisLaporanKeuangan. Jakarta: Liberty

Syahyunan. 2013. ManajemenKeuangan (Perencanaan, Analisis, dan PengendalianKeuangan). Medan: USU Press.

Syahrial, Dermawan. 2013. AnalisisLaporanKeuangan. EdisiKedua. Jakarta: MitraWacana Media.