2. Quick Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga
Acid Test Rasio. Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100
atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.
3. Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam
perusahaan yang dapat segera diuangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1,00 di jaminkan oleh kas dan efek
sebesar hasil yang diperoleh dari cash ratio nya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Besarnya ukuran umumyang dipakai adalah
200 atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200.
Yang termasuk rasio solvabilitas antara lain:
1. Total Debt to Total Equity Ratio
Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang
digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang
semakin kecil. Rasio diatas 100 sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.
2. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, dapat diketahui beberapa bagian aktiva yang
digunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan
semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi. Rasio diatas 100 sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada
total aktiva.
c. Rasio Aktivitas
Sering disebut dengan rasio efisiensi yang merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva secara efisien,
yaitu dengan melihat kecepatan perputaran berarti semakin efektif penggunaan aktiva dan semakin tinggi pula penghasilan yang akan diperoleh perusahaan. Artinya
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan. Beberapa rasio utama yang tercakup dalam rasio efisiensi ini sehubungan dengan jenis perusahaan
yang diteliti antara lain:
1. Working Capital Turn Over
Modal kerja adalah aktiva perusahaan yang mempunyai umur lebih singkat dari satu periode buku biasanya satu tahun. Untuk menilai efektivitas modal kerja
dapat dihitung dengan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal sendiri. Turn over
modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja, yang mungkin disebabkan rendahnya tingkat perputaran persediaan, piutang
atau adanya saldo kas yang telah besar. Untuk Working Capital Turn Over ukuran standar yang ditetapkan sebesar 6 kali. Semakin tinggi tingkat perputaran modal
kerjanya, berarti semakin efektif pula penggunaan modal kerja perusahaan.
2. Fixed Assets Turn Over
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap, yang menunjukkan rasio berapa kali dana yang ditanam dalam aktiva tetap
telah berputar dalam satu periode. Untuk Fixed Assets Turn Over ukuran standar yang ditetapkan sebesar 1,1 kali, jadi semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik.
Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
3. Total Assets Turn Over
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualan. Untuk Total Assets Turn Over ukuran standar yang ditetapkan sebesar 1,1 kali, jadi semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.
rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa
jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
1. Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah
bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak. Ukuran standar umum
yang ditetapkan sebesar 0,25 atau 25 menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih yang nilainya 25 dari total penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin
menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.
2. Gross Profit Margin