Penatalaksanaan Kanker Payudara Kanker Payudara

mammografi dikombinasikan dengan ultrasonografi USG akan meningkat ketepatan diagnosis dari 70 menjadi 90 Dalimartha, 2004. 2. USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membuat gambar dari jaringan payudara. USG dapat membedakan antara massa padat yang mungkin kanker, dan kista berisi cairan yang biasanya bukan kanker cancer.net 3. MRI menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras pewarna khusus dapat disuntikkan ke dalam vena pasien untuk menciptakan gambar yang lebih jelas. Menurut American Cancer Society, perempuan berisiko tinggi untuk kanker payudara misalnya, wanita dengan kanker payudara mutasi gen BRCA2 atau riwayat keluar kanker payudara harus menerima MRI screening bersama dengan mammogram. MRI sering lebih baik dalam melihat sebuah massa kecil di dalam payudara seorang wanita dari mammogram atau USG, terutama bagi perempuan dengan jaringan payudara yang sangat padat, namum memiliki tingkat lebih tinggi hasil tes positif palsu hasil tes yang menunjukkan kanker padahal mungkin tidak hadir kanker cancer.net. 4. Pemeriksaan petanda tum0r untuk kanker payudara, seperti MCA mucin-like carcinoma antigen Dalimartha, 2004.

2.2.8. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi antibodi. Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual. a. Pembedahan Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor lumpectomy, mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara mastectomy. Untuk meningkatkan harapan hidup, Universitas Sumatera Utara pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi. b. Terapi radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. c. Terapi hormon Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. d. Kemoterapi Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit tidak dapat lagi dilakukan pembedahan. Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja. e. Terapi Imunologik Sekitar 15-25 tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 unutk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. f. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50 pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Focus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif mengurangi rasa sakit. Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2-positif, ttastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2. Universitas Sumatera Utara 2.2.9. Komplikasi Kanker Payudara a. Gonore: Yang tidak diobati dapat menyebabkan kemandulan pada wanita atau penyakit radang panggul, dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Pria dan wanita dapat mengalami infeksi diseminata disertai arthritis, endokarditis, atau konjungtivitis yang dapat menyebabkan kebutaan. Apabila ditularkan ke bayi baru lahir sewaktu persalinan, dapat terjadi kebutaan. b. Siflis: Yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal jantung dan kelainan saraf. Apabila ditularkan ke janin selama kehamilan, kematian janin atau infeksi neonatus dapat terjadi. c. Infeksi klamidia: Dapat menyebabkan kemandulan pada pria dan wanita, dan epididimitis pada pria. Pada wanita yang terinfeksi dapat timbul penyakit radang panggul dan kehamilan ektopik. Apabila ditularkan pada bayi baru lahir, konjungtivitis dapat terjadi. 2.2.10. Prognosa Kanker Payudara Prognosa tergantung pada kasus kelenjar getah bening KGB, ukuran tumor, dan derajat histologist yang secara keseluruhan angka ketahanan 10 tahun sebesar 80 Glance,2007. Kanker payudara dini memiliki angka harapan hidup 5 tahun untuk penderita stadium I adalah 95 dan untuk stadium II adalah 80, dengan angka kekambuhan lokal sekitar 6. Penderita dengan resiko tinggi mempunyai tumor dengan diferensiasi sitologis buruk, menembus limfatik dan pembuluh darah, sirkumskripsi buruk. Indeks labeling timidin yang tinggi peninggian jumlah sel yang berkembang, dan negatifitas RE sekitar 50 Schwartz, 2000. Prognosa untuk penyakit stadium III telah meningkat dari 20 menjadi 40 pada 5 tahun dengan adanya pengobatan adjuvant. Kebanyakan penderita ini dapat menerima kemoterapi pra-operasi. Penyakit stadium IV masih mempunyai harapan hidup 5 tahun kurang dari 10 tahun Schwartz, 2000. Karsinoma peradangan IIIb, sebelumnya diperkirakan sebagai kanker mematikan dari semua karsinoma, sekarang memiliki harapan 5 tahunan hampir mencapai 30 pada penggunaan pengobatan multimodal sekuensial Schwartz, 2000. Penderita yang mempunyai kanker payudara selama masa kehamilan dan menyusui cenderung didiagnosa pada penyakit stadium lanjut daripada kelompok kontrol umur, mungkin Universitas Sumatera Utara karena kesukaran dalam menilai ketebalan kelenjar payudara mereka. Mereka harus diobati sesuai dengan yang diindikasikan stadiumnya Schwartz, 2000.

2.2.11. Pencegahan kanker Payudara