Karakteristik Penderita Karsinoma Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel.H, Amasha.R, 2013. Breast Self-examination and risk factor of breast cancer: awareness of Jordanian nurses

American Cancer Society, types of breast cancer . Available from : http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-breast-cancer-types

American Cancer Society, Breast cancer. Available at : http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-pdf.pdf

American Cancer Society, Breast cancer overview. Available at : http://www.cancer.org/asianlanguagematerials/breast-cancer-overview-pdf

Bertrand.K.A, Tamimi.R.M, Scott.C.G, Jensen.M.R, Norman.A, Couch.F, Shepherd.J, Chen.Y.Y. et al., 2013. Breast Cancer Research, Mammographic density and risk of breast cancer by age and tumor characteristic

Boehringer Ingelheim, The pathogenesis of breast cancer. Available at : http://www.inoncologyus.com/pathogenesis-of-cancer/breast-cancer-hormones-and-receptors/index.jsp

Breast Cancer Organisation, sign and symptom of invasive lobular carcinoma. Available at : http://www.breastcancer.org/symptoms/types/ilc/symptoms

Breast Cancer Organisation, ILC-Invasive lobular carcinoma. Available at : http://www.breastcancer.org/symptoms/types/ilc

Breast Cancer Organisation, sign and symptom of invasive lobular carcinoma. Available at : http://www.breastcancer.org/symptoms/types/ilc/symptoms


(2)

Cancer Research UK, Breast cancer risk factor. Available at :

http://www.cancerresearchuk.org/cancer-info/cancerstats/types/breast/riskfactors/breast-cancer-risk-factors

Cancer Organisation, Overview of cytology types. Available at : http://www.cancer.org/treatment/understandingyourdiagnosis/examsandtestdescriptio

ns/testingbiopsyandcytologyspecimensforcancer/testing-biopsy-and-cytology-specimens-for-cancer-cytology-types

Cancer Organisation, Breast Cancer type. Available at :

http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-breast-cancer-types

Charles.E.A, Douglas.C.A, Jon.C.A,James.M.C, Christoper.P.C , et.al. 2004. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease 7th Edition : Laster.S.C. The Breast p. 1181-1219

Desantis C.E, Lin C.C, Mariotto A.B, et al. 2014. Cancer Treatment and survivorship statistic 2014.

Fiorica.J.V, 2004, 2004.Breast Disease. In: Clinical Gynecology Oncology, p 411-445

Frank.H.N, 2011, Netter Atlas Of Human Anatomy 5th Edition, 176-178

Globocan 2012, Age Specific Table, Available from : http://globocan.iarc.fr/old/age-specific_table_r.asp?selection=90360&selection=118458&title=Indonesia%2C+Mala ysia&sex=2&type=0&stat=0&window=1&sort=0&submit=%C2%A0Execute%C2% A0

Globoca, Fact Sheet About Cancer. Available at : http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx


(3)

Globocan, Fact Sheet by Population : http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx

Globocan, insidensi/mortality age specific table. Available at : http://globocan.iarc.fr/Pages/age-specific_table_sel.aspx

Harrison.P.A, Srinivasan.K, Binu.V.S, Vidyasagar.M.S, Nair.S, 2010. Risk Factor for breast cancer among women attending tertiary care hospital in Southern India

Kouame J.N, Troh E, Kouakou E.K, et al, 2012. Epidemiology and histology aspect of breast cancer of woman in Ivory Coast.

Lakshmi R, Athira R, Joy T.M, et al. 2012. Breast cancer risk factor preventable and non-preventable.

Lewis.N.L, Weiner.L.M. The Cancer Handout Book. p 42-43

Maher A.S, Al-Khwaja M.M, Massarweh S, et al. 2006. Prevalance of hormone receptor and HER2/neu in breast cancer cases in Jordan.

Martin.A.M, Weber.B.L, 2000. Genetic and Hormonal Risk Factors in Breast Cancer

Meshram.I.I, Hiwarkar.P.A, Kulkarni.P.N, 2009. Reproductive Risk Factor For Breast Cancer

Medscape Referance, Breast cancer histology. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1954658-overview#showall

Mortimer P.S, Bates D.O, Brassington H.D, Stanson A.W.B, Stracchan D.P, et al. 2011. The prevalence of arm oedema following treatment for breast cancer.

Paul D. T, Thomas E.R, Franceschi.S, Weiderpass.E, 2002. Cigarette smoking and the risk of endometrial cancer , In: The Lancet Oncology

Standford Medicine, What is breast cancer. Available from : http://cancer.stanford.edu/breastcancer/facts/


(4)

Taylor, Clive.R, Chandrasoma.P, 2006. Lange Pathology Sistemic Pathology : The female Reproduction System Chapter 56 : The Breast

Wax.A, 2012. Ductal carcinoma in situ. In: WebMD Available at : http://www.webmd.com/breast-cancer/ductal-carcinoma-invasive-in-situ

Wax.A, 2012. Ductal carcinoma invasive and in situ. In: WebMD. Available at : http://www.webmd.com/breast-cancer/ductal-carcinoma-invasive-in-situ?page=3

Webster L.R, Bllous A.M, Wills L, Byth K, Burgemeister F.C, et al. 2005. Histopathologic indicator of breast cancer biology : insights from population mammographic screening.

Woman Shealth, Breast Cancer risk factor and prevention. Available at : http://www.womenshealth.gov/breast-cancer/risk-factors-prevention/

WHO, Breast Cancer : Prevention and Control. Available at : http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index2.html


(5)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

Gambar 3.1 Kerangka konsep usia, faktor risiko, gambaran patologi anatomi dan penatalaksanaan pada pasien karsinoma payudara.

Variable Independent Variable Dependant

Usia

Faktor Risiko

Karsinoma payudara

Gambaran Patologi Anatomi Penatalaksanaan


(6)

3.2 Definisi Operasional

Karsinoma payudara adalah keadaan kanker dimana diagnosis pasien ditegakkan melalui klinis dan pemeriksaan patologi anatomi.

3.2.1 Golongan Usia

Definisi Operasional: Usia adalah angka yang menunjukkan lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun.

Cara Ukur:Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis (data sekunder).

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil ukur:Klasifikasi golongan usia berdasarkan IARC, 2014 :

1. 0-14 tahun

2. 15-39 tahun

3. 40-44 tahun

4. 45-50 tahun

5. 50-54 tahun

6. 55-60 tahun

7. 60-64 tahun

8. 65-70 tahun

9. 70-74 tahun

10. 75 tahun dan ke atas

3.2.2 Faktor Resiko 3.2.2.1 Faktor Hormon


(7)

Definisi Operasional:gangguan hormonal dari tingkat usia menearche dan menopause berserta pengunaan Obat KB

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder).

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur:

1. Menarche

Definisi Operasional : Usia pasien pertama kali mendapat haid. Hasil Ukur : Usia

2. Menopause

Definisi Operasional : Usia pasien pertama kali berhenti haid. Hasil ukur : <50 tahun, >50 tahun, sudah tidak jelas, belum. 3. Pengunaan KB hormonal

Definisi Operasional : Pasien yang mempunyai riwayat mengunakan KB jenis pil, susuk dan suntik

Hasil Ukur : Mengunakan & Tidak mengunakan

3.2.2.2 Faktor Gaya Hidup

Definisi Operasional: Gaya hidup adalah cara kehidupan dan perkara yang sering dilakukan oleh seseorang.

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder).

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur:


(8)

Definisi Operasional : Pasien yang mempunyai riwayat meghisap rokok dan minum alkohol

Hasil Ukur : Alkohol , merokok , tidak mengunakan

2. Obesitas

Definisi Operasional : Mengunakan BMI untuk menentukan apakah pasien BMI >30.

Hasil Ukur : Underweight <18.5 , normal 18.6-24.9 , overweight 25-29.9 , obesity >30.

3.2.2.3 Faktor Genetik

Definisi Operasional: Faktor genetik adalah riwayat keturunan dari keluarga ibu yang menderita kanker.

Cara Ukur:Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder).

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur: Ada , tidak ada

3.2.2.4 Faktor Parietas

Definisi Operasional:jumlah riwayat kelahiranan anak yang masih hidup

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur: Jumlah anak

3.2.2.5 Faktor Menyusui anak


(9)

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur: menyusu, tidak menyusu

3.2.3 Gambaran Patologi Anatomi 3.2.3.1 Jenis-jenis Karsinoma Payudara

Definisi Operasional: Jenis-jenis karsinoma payudara adalah perbedaan tempat pencetusan karsinoma pada payudara yang ditentukan dari pemeriksaan patologi anatomi.

Cara Ukur:Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur:

1. IDC 2. ILC

3. Subtipe Invasive (metaplastik karsinoma, mucinous karsinoma, papillari karsinoma, tubular karsinoma)

3.2.3.2 Hasil Grading

Definisi Operasional: Hasil grading adalah hasil yang bisa menandakan tingkat keparahan karsinoma payudara yang ditantukan dari pemeriksaan patologi anatomi.

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)


(10)

Hasil Ukur:Grade I, II, III

3.2.4 Pemeriksaan Reseptor Hormon

Definisi Operasional: Pemeriksaan Reseptor hormon adalah pemeriksaan untuk menilai apakah terdapat reseptor hormon estrogen dan progestron yang ditentukan dari pemeriksaan IHC.

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur:

1. Pemeriksaan Imunohistokimia ER

Definisi Operasional : Pemeriksaan yang memeriksa apa adanya reseptor estrogen

Hasil Ukur : positif(+) , negative (-) 2. Pemeriksaan Imunohistokimia PR

Definisi Operasional : Pemeriksaan yang memeriksan apa adanya reseptor progestron

Hasil Ukur : positif(+) , negative (-)

3.2.5 Pemeriksaan Her2

Definisi Operasional:Penilaian Her2 adalah untuk menilai tingkat ekspresi HER2 yang ditentukan dari pemeriksaan IHC.

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis


(11)

3.2.6 Penatalaksanaan

3.2.6.1 Penatalaksanaan Umum

Definisi Operasional: Penatalaksanaan adalah pengobatan atau penaganan yang akan dilakukan pada pasien untuk memulihkan kondisi patologi pada pasien.

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur:

1. Kemoterapi

2. Targeted Therapy : Herceptin® (Trastuzumab) 3. Terapi Radiasi

3.2.7 Pembedahan

Definisi Operasional: Pembedahan adalah untuk mengeluarkan jaringan yang patologis dari payudara agar tidak menyebar kebahagian organ yang lain.

Cara Ukur: Dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis(data sekunder)

Alat Ukur:Data-data yang tercantum dalam rekam medis

Hasil Ukur:

1Lumpectomy/ Quadrantomy


(12)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti mengunakan design penelitian deskriptif yang akan melihat gambaran usia, faktor resiko, gambaran patologi anatomi berserta penatalaksanaan yang diberikan pada pasien karsinoma payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik(RSUP HAM) Medan pada tahun 2013 dengan dilakukan pengambilan rekam medis.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan. Penelitian ini dijangkau akan dilakukan pada bulan Agustus sehingga September 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua sampel pasien yang pernah didiagnosis di Depertement Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik pada 1 Januari hingga 31Desember tahun 2013 yang telah didiagnosa mengalami karsinoma payudara. Jumlah populasi tersebut diambil dari rekam medis yang terdapat pada Department Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik.

Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi adalah sempel karena perlu didapatkan jumlah atau nomor sebenar penderita karsinoma payudara secara keseluruhan untuk mengetahui gambaran usia dan faktor resiko bersetra gambaran patologi anatomi dan penatalaksanaan yang telah dilakukan pada penderita.


(13)

1. Penderita mengalami karsinoma payudara.

2. Penderita karsinoma payudara telah dirawat hingga ke penatalaksanaan. 3. Penderita karsinoma payudara telah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

Kriteria Ekslusi

1. Penderita yang memiliki tumor kewanitaan yang lain

4.4 Metode Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah penderita karsinoma payudara yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan. Rekam medis diambil bagi semua pasien yang telah didiagnosa menderita karsinoma payudara dan dilihat golongan usia, faktor resiko, gambaran patologi anatomi dan penatalaksanaan yang telah dilakukan.

4.5 Metode Analisa Data

Data yang diperolah melalui penelitian ini ada dideskripsikan. Proses pemasukan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisa dilakukan dengan menggunakan SPSS.


(14)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Pasien

Sebanyak 331 orang responden telah diambil datanya dengan membuka rekam medis mereka ianya merupakan penderita karsinoma payudara yang mendapatkan rawatan di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2013.

5.1.1.1 Penderita Karsinoma Payudara

Sebanyak 331 penderita karsinoma payudara itu dilihat beberapa aspek, Antaranya golongan usia, menarche,menopause, pemakaian KB hormonal, merokok,

minum alkohol, obesitas, riwayat keluarga,riwayat kehamilan, jenis karsinoma, grade

biopsy, pemeriksaan hormon imunohistokimia ER, PR dan HER2, penatalaksanaan dan pembedahan. Semua aspek itu dirangkumkan dalam tabel-tabel dibawah ini. Tabel 5.1 Klasifikasi golongan usia pasien karsinoma payudara

Klasifikasi Golongan Usia Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not Available 3 0.9

0-14 tahun 1 0.3

15-39 tahun 47 14.2

40-44 tahun 56 16.9

45-49 tahun 65 19.6

50-54 tahun 58 17.5

55-59 tahun 59 17.8

60-64 tahun 25 7.6


(15)

70-74 tahun 6 1.8

>75 tahun 2 0.6

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahwa sebanyak 3 orang (0.9%) tidak dikatahui usia, 1 orang (0.3%) adalah berusia 0-14 tahun, 47 orang (14.2%) adalah berusia 15-39 tahun, 56 orang (16.9%) adalah berusia 40-44 tahun, 65 orang (19.6%) adalah berusia 45-49 tahun, 58 orang (17.5%) adalah berusia 50-54 tahun, 59 orang (17.8%) adalah berusia 55-59 tahun, 25 orang (7.6%) adalah berusia 60-64 tahun, 9 orang (2.7%) adalah berusia 65-69 tahun, 6 orang (1.8%) adalah berusia 70-74 tahun dan 2 orang (0.6%) adalah berusia lebih dari 75 tahun.

Tabel 5.2 Usia menarche pasien karsinoma payudara

Usia Menarche Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not Available 206 62.2

10 tahun 2 0.6

11 tahun 4 1.2

12 tahun 27 8.2

13 tahun 26 7.9

14 tahun 24 7.3

15 tahun 21 6.3

16 tahun 10 3.0

17 tahun 5 1.5

18 tahun 4 1.2

19 tahun 2 0.6


(16)

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 205 orang (52.2%) menarchenya tidak diketahui, 2 orang (0.6%) menarchenya pada usia 10 tahun, 4 orang (1.2%) menarchenya pada usia 11 tahun, 27 orang (8.2%) menarchenya pada usia 12 tahun, 26 orang (7.9%) menarchenya pada usia 13 tahun, 24 orang (7.3%) menarchenya pada usia 14 tahun, 21 orang (6.3%) menarchenya pada usia 15 tahun, 10 orang (3%) menarchenya pada usia 16 tahun, 5 orang (1.5%) menarchenya pada usia 17 tahun, 4 orang (1.2%) menarchenya pada usia 18 tahun dan 2 orang (0.6%) menarchenya pada usia 19 tahun.

Tabel 5.3 Usia menopause pasien karsinoma payudara

Usia Menopause Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Presentase (%)

Not available 152 45.9

<50 14 4.2

>50 16 4.8

Sudah, Tidak jelas 24 7.3

Belum 125 37.8

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 152 orang (45.9%) tidak ditemui data usia menopause pada rekam medis. 14 orang (4.2%) menopause pada usia dibawah 50 tahun, 16 orang (4.8%) menopause pada usia setelah 5o tahun, 24 orang (7.3%) dinyatakan sudah menopause tetapi tidak dicatat usia menopausenya dan 125 orang (37.8%) pasien yang belum menopause.


(17)

Tabel 5.4 Pemakaian KB hormonal oleh pasien kasinoma payudara

Pemakaian Obat hormonal Oleh Pasien Karsinoma

Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not available 224 67.7

Mengunakan 65 19.6

Tidak Mengunakan 42 12.7

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 224 orang (67.7%) tidak ditemui data pemakaian obat hormonal seperti KB pada rekam medis pasien, 65 orang (19.6%) memakai obat hormonal dan 42 orang (12.7%) tidak memakai KB hormonal.

Tabel 5.5 Riwayat merokok dan minum alkohol pada pasien karsinoma payudara

RiwayatPasien Merokok Dan Minum Alkohol Pada

Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not available 304 91.8

Alkohol 1 0.3

Merokok 2 0.6

Tidak Mengunakan 24 7.3

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 304 orang (91.8%) tidak ditemui data pasien merokok atau minum alkohol, 1 pasien (0.3%) pasien meminum alkohol, 2 orang


(18)

(0.6%) pasien merokok, dan 24 orang (7.3%) pasien yang tidak merokok atau meminum alkohol.

Tabel 5.6 BMI pasien karsinoma payudara

BMI Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not Availabel 158 47.7

Underweight <18.5 2 0.6

Normal 18.6-24.9 95 28.7

0verweight 25-29.9 60 18.1

Obesity >30 16 4.8

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 158 orang (47.7%) tidak ditemui data untuk

perhitungan BMI, 2 orang (0.6%) adalah underweight, 95orang (28.7%) adalah

normal, 60 orang (18.1%) adalah overweight dan 16 orang (4.8%) adalah obesitas.

Tabel 5.7 Riwayat keluarga pasien karsinoma payudara yang menderita kanker

Riwayat Keluarga Pasien Yang Menderita Kanker

Frekuensi (N)

Persentase (%)

Not available 277 83.7

Ada 5 1.5

Tidak Ada 49 14.8

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 277 orang (83.7%) tiada data mengenai


(19)

riwayat keluarga pasien, 5 orang (1.5%) ada riwayat keluarga menderita kanker dan 49 orang (18.8%) tidak ada riwayat keluarga menderita kanker.

Tabel 5.8 Jumlah anak pasien karsinoma payudara

Jumlah Anak Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not Available 197 59.5

1 21 6.3

2 28 8.5

3 33 10.0

4 22 6.6

5 18 5.4

6 4 1.2

7 5 1.5

8 3 0.9

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 197 orang (59.5%) tidak terdapat data menyatakan jumlah anak pasien, 21 orang (6.3%) terdapat 1 anak, 28 orang (8.5%) terdapat 2 anak, 33 orang (10%) terdapat 3 anak, 22 orang (6.6%) terdapat 4 anak, 18 orang (5.4 %) terdapat 5 anak, 4 orang (1.2%) terdapat 6 anak, 5 orang (1.5%) terdapat 7 anak dan 3 orang (0.9%) terdapat 8 anak.


(20)

Tabel 5.9 Riwayat pasien karsinoma payudara menyusukan anak

Riwayat Pasien Menyusukan Anak

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not available 317 95.8

Menyusu 10 3.0

Tidak Menyusu 4 1.2

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 317 orang (95.8%) tidak mempunyai rekod data mengenai penyusuan anak, 10 orang (3%) pasien yang menyusukan anak dan 4 orang (1.2 %) pasien yang tidak menyusukan anak.

Tabel 5.10 Jenis karsinoma pada pasien karsinoma payudara Jenis Karsinoma Pada

Pasien Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not available 149 45.0

IDC 163 49.2

ILC 13 3.9

Subtipe 4 1.2

In situ 2 0.6

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 149 orang (45%) yang tidak mempunyai data mengenai jenis karsinoma, 163 orang (49.2%) pasien mengidap IDC, 13 orang (3.9%) pasien mengidap ILC, 4 orang (1.2%) menderita Subtipe dan 2 orang (0.6%) menderita karsinoma in situ.


(21)

Tabel 5.11 Biopsy grade pada pasien karsinoma payudara Biopsi Grade Pada Pasien

Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not available 198 59.8

1 48 14.5

2 55 16.6

3 30 9.1

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 198 orang (59.8%) tidak mempunyai data

mengenai biopsy grade, 48 orang (14.5%) adalah grade 1, 55 orang (16.6%) adalah

grade 2 dan 30 orang (9.1%) adalah grade 3.

Tabal 5.12 Pemeriksaan reseptor estrogen pada pasien karsinoma payudara Pemeriksaan Reseptor

Estrogen

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not available 289 87.3

+ Positif 20 6.0

- Negatif 22 6.6

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 289 orang (87.3%) data tidak terdapat di rekam medis, 20 orang (6%) positif reseptor estrogen dan 22 orang (6.6%) negatif reseptor estrogen.


(22)

Tabel 5.13 Pemeriksaan reseptor progestron pada pasien karsinoma payudara Pemeriksaan Reseptor

Progestron

Frequency (n)

Percent (%)

Not available 289 87.3

+ Positif 14 4.2

- Negatif 28 8.5

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 289 orang (87.3%) data tidak terdapat di rekam medis, 14 orang (4.2%) positif reseptor progestron dan 28 orang (8.5%) negatif reseptor progestron.

Tabel 5.14 Pemeriksaan Imunohistokimia reseptor HER-2 pada pasien karsinoma payudara

Pemeriksaan HER-2 Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Not available 289 87.3

1 18 5.4

2 2 0.6

3 11 3.3

- Negatif 11 3.3

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 289 orang (87.3%) data tidak terdapat di rekam medis, 18 orang (5.4%) positif-1 reseptor HER2, 2 orang (0.6%) positif-2 reseptor HER2, 11 orang (3.3%) positif-3 reseptor HER2 dan 11 orang (3.3%) negetif reseptor HER2.


(23)

Tabel 5.15 Penatalaksanaan pasien karsinoma payudara Penatalaksanaan Pasien

Karsinoma Payudara

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Not Available 87 26.3

Kemoterapi 212 64.0

Terapi Radiasi 21 6.3

Targeted Therapy 11 3.3

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 87 orang (26.3%) tidak terdapat data di rekam medis, 212 orang (64%) dilakukan kemoterapi, 21 orang (6.3%) dilakukan terapi radiasi dan 11 orang (3.3%) dilakukan pembedahan.

Tabel 5.16 Jenis pembedahan yang dilakukan oleh pasien karsinoma payudara

Jenis Pembedahan Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Not Available 235 71.0

Lumpectomy/Quadrantomy 7 2.1

Mastectomy 89 26.9

Total 331 100.0

Dari penelitian ini, keseluruhan pasien penyakit karsinoma payudara yang jumlahnya 331 orang, diketahui bahawa sebanyak 235 orang (71%) tiada data pada rekam medis, 7 orang (2.1%) melakukan lumpectomi, dan 89 orang (26.9% ) melakukan mastectomi.


(24)

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian, sebanyak 331 orang responden merupakan penderita karsinoma payudara pada tahun 2013. Dan dari angka tertebut diketahui bahwa usia 45-49 tahun merupakan penderita yang paling terbanyak dengan persentase 19.6% seperti dalam [table 5.1]. Menurut penelitian Harisson PA persentase tertinggi untuk usia 45-54 tahun sebanyak 46% (Harisson PA, et al, 2010). Menurut penelitian, penderita karsinoma adalah rata-rata berusia sekitar 45 tahun sekian,

Penelitian dari segi hormonal juga bisa dilihat pada usia menarche pasien karsinoma payudara. usia menarche yang tertinggi 8.2% yaitu adalah 12 tahun manakala 62.2% data pasien tidak diketahui karena tidak tertulis di rekam medis, Pada panelitian ini menunjukkan bahawa anamnesa yang dilakukan tidak lengkap [table 5.2]. Melihat pada usia menopause pasien karsinoma payudara yang dimana usia menopause dengan persentase tertinggi adalah yang belum menopause sebanyak 37.8% dan 45.9% adalah data tidak tersedia didalam rekam medis [Tabel 5.3]. Menurut Meshram II usia menarche persentase tertinggi adalah 13-15 sebanyak 73.3% dan usia menopause tertinggi adalah 45-49 sebanyak 45.6% (Meshram II, 2009). Pada penelitian ini, pasien menarche biasanya berusia 12-13 tahun dan usia menopause pada penelitian ini adalah benar karena pasien yang belum menopause terpapar pada hormon estrogen adalah lebih banyak tetapi oleh karena data tidak mencukupi maka hasil yang didapati kurang memuaskan. Pada pemakaian KB hormonal oleh pasien karsinoma payudara, nilai tertinggi adalah pasien mengunakan KB hormonal sebanyak 19.6% dan yang tidak dijumpai di rekam medis adalah 67.7% [Tabel 5.4]. Manakala menurut penelitian Meshram II adalah tidak mengunakan sebanyak 95.8% (Meshram II, 2009). Penurut penelitian peneliti pemakaian KB bisa menjadi faktor resiko adalah merkemungkinan karekan KB hormonal bisa mengakibatkan gangguan hormonal dan menyebabkan peningkatan hormone estrogen.


(25)

Seterusnya, pembahasan dari gaya hidup pasien yang bisa mengakibatkan

karsinoma payudara adalah pasien yang overweight dilihat melalui BMI pasien

karsinoma payudara. Dapat dilihat nilai tertinggi adalah pasien yang BMI normal sebanyak 28.7% dan nilai obesitas hanyalah 4.8% [tabel5.5] dan menurut Meshram II juga nilai BMI normal adalah persentase tertinggi yaitu sebanyak 78.1% (Meshram II, 2009). Pada kedua penelian menunjukkan bahawa berat badan tidak memainkan peranan sebagai faktor resiko ada pasien karsinoma payudara. Riwayat merokok dan minum alkohol turut diteliti dalam penelitian ini dan mendapat sebanyak 14.8% pasien yang tercatat bahawa ia tidak menkonsumsi alkohol maupun merokok dan 83.7% datanya tidak tersedia didalam rekam medis. Pasien mungkin tidak merokok tetapi berkemungkinan pasien adalah perokok sekunder dimana resikonya adalah lebih tinggi. [Tabel 5.6]. Menurut Lakshmi R,persentase pasien yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 10% dan pasien premenopause yang tidak merokok tetapi menjadi perokok sekunder mempunyai persentase sebanyak 70% menderita kanker payudara (Lakhsmi R, et al, 2013). Kedua-dua penelitian ini menunjukkan bahawa pasien wanita kebanyakkan tidak mempunyai riwayat merokok atau menkonsumsi alkohol tetapi ada kemungkinan wanita sebagai perokok pasif menjadi faktor resiko wanita terkena karsinoma payudara.

Selanjutnya faktor genetik yang diteliti dalam penelitian ini melalui riwayat keluarga yang menderita kanker di rekam medis menunjukkan hasil 14.8% menyatakan bahawa pasien tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita kanker [Tabel 5.7]. Menurut Kouame JN, nilai yang didapat pasien karsinoma payudara yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker adalah sebanyak 8.78% (Kouame JN, 2012). Menurut penelitian peneliti pasien berkemungkinan terdapat riwayat keluarga yang menderita kanker tetapi data tidak tersedia karena bisa diturunkn gen abnormal dari orang tua ke anaknya.

Penelitian ini turut meneliti riwayat pasien karsinoma menyusukan anak dimana didapati terdapat 3% yaitu 10 orang pasien yang menyusui anak [Tabel 5.8] dan menurut Kouame JN bahawa persentase pasien yang menyusui anaknya adalah


(26)

sebanyak 10.47% (Kouame JN.et.al, 2012). Seterusnya jumlah anak pasien karsinoma payudara data tertinggi adalah 10% sebanyak 33 orang pasien setiap satu mempunyai 3 anak dan 59.5% datanya tidak tersedia di rekam medis [Tabel 5.9]. Menurut Lakshmi R, peningkatan setiap anak memperi penurunan resiko terkena kanker payudara adalah sebanyak 7% (Lakshmi R, et al, 2013). Wanita yang jumlah anaknya kurang dan wanita yang tidak menyusui anaknya mempunyai resiko yang lebih rendah karena lebih banyak terpapar pada hormon estrogen.

Dari penelitian ini jenis karsinoma pada pasien karsinoma payudara mencatat

nilai tertinggi adalah pasien yang menderita Invasive Ductal Carcinoma (IDC)

sebanyak 49.2% dan nilai kedua tertinggi sebanyak 45% adalah data tidak tersedia di rekam medis [Tabel 5.10]. Menurut penelitian Maher AS, dari 267 kasusnya terdapat sebanyak 89.9% adalah menderita IDC (Maher AS,2006). Jenis karsinoma payudara

seringnya diikuti dengan biopsy grade, pada penelitian ini hasil dari biopsy grade

yang tertinggi adalah 16.6% yaitu biopsy grade : II namun 59.8% datanya tidak

tercatat di dalam rekam medis [Tabel 5.11]. Menurut penelitian Webster LR ,

penelitiannya mendapati grade 1 adalah persentase tertinggi sebanyak 39.9 manakala

grade II adalah 39% (Webster LR.et al, 2005). Menurut kedua-dua penelitian ini, menunjukkan bahawa jenis karsinoma IDC yang rering dirawat adalah menunjukkan karsinoma yang muncul dari bahagian duktal adalah lebih tinggi dari lobular dan bagian lain dari payudara. Manakala pada grading di penelitian peneliti adalah grade II dimana kebanyakkan pasien datang dengan kondisi sel-sel didiferensiasi secara sedang.

Pada penelitian ini turut diteliti pemeriksaan reseptor hormon estrogen (ER), progestron (PR) dan HER-2. Pemeriksaan reseptor estrogen tertinggi adalah negatif sebanyak 6.6% [Tabel 5.12], persentase tertinggi progeston adalah negatif sebanyak 8.5% [Table 5.13] dan persentase HER-2 tertinggi adalah positif 1 sebanyak 5.4% [Tabel 5.14]. Gambaran ini menunjukkan bahawa pemeriksaan reseptor hormon dilakukan ketiga-tiganya bersamaan dan juga pemeriksaan ini masih kurang digunakan karena mahal. Menurut penelitian Maher AS, penelitiannya memberi nilai


(27)

ER positif sebanyak 50.8%, PR positif sebanyak 57.5% dan HER-2 sebanyak 17.5% (Maher AS, 2006). Pada penelitian ini menunjukkan bahawa hasil pemerikasaan immunohistokimia masih rendah dilakukan sehingga menganggu prevasensi hasil IHC pada pasien karsinoma payudara.

Penelitian bagi penatalaksanaan pasien karsinoma payudara menunjukkan 64% pasien menggunakan kemoterapi sebagai penatalaksanaan, dan 26% dari penelitian penatalaksanaan ini adalah data tidak tersedia di rekam medis [ Tabel

5.15]. Menurut Desantis CE, Pasien yang grade I dan II melakukan kemoterapi

adalah sebanyak 37% dan terapi radiasi adalah sebanyak 65%, dan pasien grade III

dan IV yang melakukan kemoterapi adalah sebanyak 74% dan yang melakukan terapi radiasi adalah sebanyak 65% (Desantis CE, et al, 2014). Pada kedua-dua penelitian ini menunjukkan bahawa pasien karsinoma payudara kebanyakkan melakukan kemoterapi sebagai penatalaksanaan karena ia adalah untuk membunuh sel-sel yang membelah.

Penelitian ini turut meneliti pasien yang melakukan pembedahan yg dimana 26.9% adalah pasien yang melakukan pembedahan mastektomi dan 71% adalah pasien yang datanya tidak tertulis di rekam medis dimana kemungkinan pasien tidak melakukan pembedahan [Tabel 5.16]. Menurut penelitian Mortimer PS, pembedahan yang dilakukan pada pasien 29% adalah mastektomi, 19% adalah lumpektomi dan 52% tidak dilakukan pembedahan (Mortimer PS, 2011).Menurut Desantis CE, pasien

dengan grade I dan II yang melakukan lumpektomi adalah sebanyak 59% dan yang

melakukan mastektomi adalah sebanyak 39%. Manakala pasien yang grade III dan

IV yang melakukan lumpektomi adalah 13% dan yang melakukan mastektomi adalah sebanyak 59% (Desantis CE, et al, 2014). Pada ketiga-tiga penelitian ini menunjukkan bahawa kebanyakkan pasien melakukan mastektomi dibandingkan dengan lumpektomi atau quadrantomi, ini adalah karena risiko muncul kembali adalah lebih rendah.


(28)

Pada penelitian saya ini menunjukkan kekurangan dimana data-data untuk variable saya tidak ditemukan di dalam rekam medis. Hampir pada semua variable persentase melebihi 47% yang tiada data tersedia. Data yang tidak lengkap ini membuatkan hasil penelitian terganggu dan hasil menjadi tidak tepat sesuai teori.


(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahawa, karakteristik pasien karsinoma payudara di Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik adalah tidak lengkap pada rekam medis. Ini adalah berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh seperti berikut, Klasifikasi golongan usia yang pasing sering menderita karsinoma payudara adalah 45-49 tahun yaitu sebanyak 19.6%Usia menarche pasien yang persentase tertinggi adalah yang berusia 12 tahun 8.2% namun 62.2% dimana tiada data tersedia di rekam medis.Usia menopause pasien yang persentase tertinggi adalah yang masih belum menopause sebanyak 37.8% namun 45.9% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Pemakaian KB hormonal oleh pasien yang persentase tertinggi adalah pemakai obat sebanyak 19.6% namun 67.7% dimana tiada data tersedia di rekam medis. BMI pasien yang persentase tertinggi pasien mengalami obesitas hanyalah 4.8% dan yang tertinggi ada lah normal senayak 28% namun 47.7% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Riwayat pasien merokok atau mengkonsumsi alkohol persentase tertinggi adalah tidak mengunakan adalah 7.3% namun 91.8% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Riwayat keluarga pasien yang menderita kanker persentase tertinggi adalah 14.8% namun 83.7% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Riwayat pasien menyusukan anak persentase tertinggi adalah sebanyak 3% namun 95.8% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Jumlah anak pasien karsinoma payudara persentase tertinggi adalah 3 anak sebanyak 10% namun 59.5% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Jenis karsinoma payudara persentase tertinggi adalah 49.2% adalah pasien yang menderita invasive ductal carcinoma (IDC) numun 45% dimana tiada data tersedia di rekam

medis. Biopsy grade pasien karsinoma payudara persentase tertinggi adalah grade 2


(30)

Pemeriksaan reseptor estrogen persentase tertinggi adalah negatif sebanyak 6.6% namun 87.3% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Pemeriksaan reseptor progestron persentase tertinggi adalah negatif sebanyak 8.5% namun 87.3% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Pemeriksaan HER-2 persentase tertinggi adalah nilai 1 sebanyak 5.4% namun 87.3% dimana tiada data tersedia di rekam medis. Penatalaksanaan pasien karsinoma persentase tertinggi adalah 64% pasien melakukan kemoterapi namun 26.3% dimana tiada data tidak tersedia di rekam medis. Jenis pembedahan yang dilakukan pasien persentase tertinggi adalah mastektomi sebanyak 26.9% namun 71% dimana tiada data tersedia di rekam medis pasien atau pasien tidak melakukan pembedahan. Terdapat lebih 47% data pada setiap variable tidak tersedia di dalam rekam medis.

6.2 Saran

1. Kepada petugas kesihatan di Rumah Umum Sakit Haji Adam Malik supaya melakukan anamnesis dan pencatatan data dapat dibuat selangkap-lengkapnya agar penelitian pada masa hadapan dapat di laksanakan dengan sempurna datanya.

2. Selain itu, untuk masyarakat diharapkan untuk menjaga kesihatan dan mengelak dari melakukan faktor resiko untuk menjaga kesihatan agar sihat dari penyakit kronik. 3. Kepada mahasiswa kedokteran agar meningkatkan mengetahuan agar dapat melakukan anamnesis dan pencatatan data secara lengkap di masa hadapan.

4. Pada peneliti seterusnya, seboleh-bolehnya melakukan penelitian dengan wawancara secara langsung untuk data faktor resiko dan mengunakan penelitian rekam medis untuk meneliti gambaran patologi anatomi, penatalaksanaan dan pembedahan.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Payudara

Lokasi payudara untuk orang dewasa adalah di antara interkosta 2-6 di garis vertikal dan diantara pinggiran sternum dan pertengahan linea axilaris pada garis horizontal. Payudara biasanya berukuran sekitar 10-12 cm diameter dan ketebalan 5-7cm. Payudara terdiri dari 3 struktur yaitu kulit, jaringan subkutaneous dan jaringan payudara. Jaringan payudara mengandungi parenkima dan stroma. Parenkima terdiri dari 15-20 bagian yang convergepuing pada susunan radial. Collecting duct setiap segmen 2mm diameter, subareolar lactiferous 5-6mm diameter, 5-10 major collecting duct terbuka pada putting dan 5-10 duktus tertutup. Setiap ductus mempunyai 20-40 lobule dan setiap lobulus mengandungi 10-100 alveoli atau tubulasaccular secretary unit pada stroma dan jaringan subkutaneous mengandungi lemak, jaringan ikat, pembunuh darah, nervus, dan lymphatic. (Fiorica.J.V, 2004).

Padakulit payudara yang tipis mempunyai folikel rambut, kelenjar sebaseous dan kelenjar eccrine. Lokasi puting payudara terletak pada interkosta 4 dan mengandungi nervus sensorik pada hujung. Areola adalah sirkular, berpigmentasi dan berukuran 15-60mm diameter. Dibawah pada pectoral fascia terdapat muskulus mayor dan muskulus anterior serratus, yang menyambung kedua lapisan fascia adalah fibrous adalah jaringan fibrous yang berguna untuk support payudara (Fiorica.J.V, 2004).

2.2 Definisi Karsinoma Payudara

Karsinoma payudara merupakan sebuah kanker atau malignant yang biasa tejadi pada wanita dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan bisa


(32)

menyebar ke seluruh tubuh dengan berbagai cara. Karsinoma payudara adalah tipe kanker payudara yang tercetus mulai dari jaringan payudara biasanya dari inner lining duktus susu atau lobulus yang menyalurkan susu pada duktus. Kanker yang bermula dari duktus dikenali sebagai karsinoma duktus dan jika bermula dari lobulus maka dikenali sebagai karsinoma lobulus (National Cancer Institute, 2013). Karsinoma payudara sendiri mempunyai 2 tipe, invasive dan invasive. Pada Carsinoma non-invasive terdapat duktal karsinoma in situ (DCIS) dan lobular karsinoma in situ (LCIS) (Stanford Medicine Cancer Institute, 2014). DCIS adalah pertumbuhan sel

abnormal pada duktal payudara, dan “in situ” bermakna “tempat original” dan tipe

ini masih belum menyebar keluar dari duktus. DCIS dikenali sebagai kanker fase 0, tetapi pakar mempercayai bahawa 25-50 % DCIS bisa menjadi invasive. LCIS pula adalah pertumbuhan sel abnormal pada lobules payudara dan masih belum meyebar keluar dari lobulus. Seterusnya adalah Invasive kanker payudara, ia terbahagi menjadi beberapa, antaranya adalah Invasive duktal Carcinoma(IDC)dimana sama seperti DCIS iaitu pertumbuhan sel abnormal bermula di duktus tetapi invasive duktus karsinoma ini menyebar keluar dari dinding duktus dan menyebar ke jaringan sekitar dan ia bisa bermetastasis dan menyebar ke organ tubuh yang lain ( Arnold Wax, 2012). Invasive lobular Carcinoma (ILC) adalah kedua sering terjadi setelah IDC, invasive bererti invasi invaded atau menyebar ke sekitar jaringan payudara, lobular bererti kanker tersebut bermula pada lobular susu dihasilkan dan karsinoma merujuk pada kanker yang bermula pada kulit atau jaringan lain yang menutupi organ dalaman seperti jaringan payudara. ILC bererti kanker yang sudah melewati dinding lobular dan mula menyebar ke jaringan payudara dan bisa menyebar ke lymph nodes atau ke organ lain (Breast Cancer Organisation, 2013).


(33)

Gambar 2.1. Perubahan sel normal menjadi sel metastatic (Genestie.C , 2011)

2.3 Faktor Risiko Karsinoma Payudara 2.3.1 Faktor Usia

Faktor usia memainkan peranan yang cukup tinggi dalam faktor risiko karsinoma payudara. Terdapat penelitan yang menunjukkan risiko terkena karsinoma payudara kian meningkat seiring usia meningkat yang dimana bisa dilihat mengunakan statistic dibawah. (Rick Alteri. et al, 2012)

Gambar 2.2 Insidensi pada tingkat-tingkat usia (Globocan, 2013)


(34)

Menopause tidak menyebabkan timbulnya karsinoma, tetapi meningkatkan risiko wanita yang umurnya meningkat. Menopause adalah sewaktu ovarium wanita berhenti mengeluarkan ovum dan melalui menopause normal, tubuh badan wanita akan mengeluarkan kadar hormon estrogen dan progesteron yang rendah dan mengakibakan menstruasi irregular dan akhirnya berhenti. Biasanya usia menopause bagi wanita adalah diantara 40-50 tahun. Namun bisa terjadi menopause awal jika dilakukan chemotherapy atau terapi hormonal. Wanita yang menopausenya setelah usia 55 tahun mempunyai risiko yang tinggi terkena kanker ovarium, payudara dan uteri. Bagi wanita yang menarchenya sebelum usia 12 mempunyai risiko yang lebih tinggi karena terpapar pada estrogen pada waktu yang lebih dari normal (American Society of Clinical Oncology, 2014).Kelebihan estrogen endogen , atau lebih tepatnya , ketidakseimbangan hormon , jelas memiliki peran penting . peningkatan paparan puncak estrogen selama siklus menstruasi. Berfungsi tumor ovarium yang rumit estrogen yang dikaitkan dengan kanker payudara pada wanita pascamenopause . Estrogen merangsang produksi faktor pertumbuhan dengan sel epitel payudara normal dan oleh sel-sel kanker . Ini adalah hipotesis bahwa reseptor estrogen dan progesteron biasanya hadir dalam epitel payudara , dan sering hadir dalam sel-sel kanker payudara , dapat berinteraksi dengan promotor pertumbuhan , seperti

transforming growth factor α , faktor pertumbuhan platelet diturunkan , dan faktor

pertumbuhan fibroblast diuraikan oleh payudara manusia sel-sel kanker , untuk menciptakan mekanisme autokrin perkembangan tumor (Lester.S.C, 2005) .

2.3.3 Faktor Riwayat Hamil

Wanita yang pernah hamil dan pernah melahirkan anak mempunyai efek pada risiko terkena karsinoma payudara. Wanita yang pernah melahirkan dan menyusukan anak dapat mengurangi risiko terkena karsinoma payudara. Ketika hamil, tubuh wanita akan berlaku pertukaran hormon. Sewaktu hamil, sirkulasi menstrual akan berhenti dan akan mengimbangi hormon progesteron dibandingkan dengan estrogen. Wanita yang hamil mengalami risiko yamg lebih rendah karena kurang terpapar terhadap hormonestrogen(American Cancer Society, 2014).Wanita yang pernah hamil dan pernah melahirkan anak mempunyai efek pada risiko terkena karsinoma payudara. ketidakseimbangan hormone pada pasien yang tidak pernah melahirkan dan tidak pernah menyusukan anak adalah karena hormone estrogen. Seperti yang


(35)

telah dijelaskan estrogen merangsang produksi faktor pertumbuhan dengan sel epitel payudara normal dan oleh sel-sel kanker(Lester.S.C, 2005).

2.3.4 Faktor Genetik

Karsinoma payudara bisa diturunkan cara herediter daripada orang tua kepada anaknya melalui gen abnormal. Gen ada di dalam sel yang terisi kromosome dan dibuat olah DNA (deoxyribonucleic acid). Protein menjaga struktur dan fungsi sel-sel di dalam tubuh. Suatu sel perlu mengalami gangguan genetic kode sebelum berubah menjadi sel kanker. Suatu sel mengalami gangguan dan salah copy genatik kode sebelum berdivisi menjadi 2 sel. Sel mutasi ini berlaku sewaktu usia muda. Kebanyakkan sel abnormal mati atau dibunuh oleh sistem immun dan biasanya ia mengambil masa bertahun-tahun untuk mengumpul sel-sel abnormal sebelum berlakunya gangguan patologis. Seseorang itu bisa mendapat kanker secara herediter, tetapi tidak bermakna pasti mengalami mengalami kanker, Cuma risiko terkena karsinoma itu lebih tinggi. Sel kanker yang paling sering ditemui adalah BRCA1, BRca2, TP53 dan PTEN gene. Sel kanker ini hanya bisa didapati jika terdapat riwayat keluarga yang ramai terkena kanker. Terdapat juga tipe sel-sel kanker yang jarang ditemui seperti CASP8, FGFR2, TNRCP, MAP3K1, rs4973768 dan LSP1(Cancer Research UK, 2013). Sekitar 5 % sampai 10 % dari kanker payudara terkait dengan mutasi keturunan tertentu . Wanita lebih mungkin untuk membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka terkena kanker payudara sebelum menopause , kanker bilateral , memiliki kanker yang berhubungan lainnya ( misalnya , kanker ovarium ) , memiliki riwayat keluarga yang signifikan ( yaitu , beberapa kerabat yang terkena sebelum menopause ) , atau milik kelompok etnis tertentu . Sekitar setengah dari wanita dengan kanker payudara herediter memiliki mutasi gen BRCA1, dan tambahan sepertiga memiliki mutasi pada BRCA2. Ini adalah gen kompleks yang tidak menunjukkan homologi pada satu sama lain , atau gen lain yang dikenal . Meskipun peran yang tepat dalam karsinogenesis dan spesifisitas relatif mereka untuk kanker payudara masih sedang, kedua gen ini diperkirakan berfungsi dalam perbaikan


(36)

DNA. Mereka bertindak sebagai gen supresor tumor , karena kanker muncul ketika kedua alel tidak aktif atau rusak - satu disebabkan oleh mutasi germ - line dan yang kedua oleh mutasi somatik berikutnya . Pengujian genetik tersedia , tetapi rumit oleh ratusan alel mutan yang berbeda , hanya beberapa yang memberi kerentanan kanker . Tingkat penetrasi , usia saat onset kanker , dan asosiasi dengan kerentanan terhadap jenis kanker lainnya dapat bervariasi dengan jenis mutasi . Namun, sebagian besar operator akan mengembangkan kanker payudara pada usia 70 tahun , dibandingkan dengan hanya 7 % dari wanita yang tidak membawa mutasi . Peran gen pada kanker payudara sporadis nonhereditary adalah kurang jelas , karena mutasi BRCA1 dan BRCA2 yang mempengaruhi jarang terjadi pada tumor tersebut . Ada kemungkinan bahwa mekanisme lain , seperti metilasi daerah peraturan , bertindak untuk menonaktifkan gen kanker sporadis(Lester.S.C, 2005).

2.3.5Faktor Gaya Hidup

Konsumsi alkohol merupakan salah satu gaya hidup yang bisa meningkatkan risiko menderita karsinoma payudara. Terdapat penelitian yang mengatakan meningkatnya risiko adalah berkaitan dengan jumlah konsumsi alkohol karena dengan mengkonsumsi alkohol bisa meningkatkan tingkat serum estradiol dan meningkatkan paparan terhadap estrogen. Selain itu, diet yang tidak seimbang, obesitas,kurang berolahraga turut bisa menaikkan faktor risiko menderita karsinoma payudara. konsumsi lemak yang berlebihan bisa menjadi faktor tidak langsung untuk menaikkan kadar estrogen dalam tubuh (Martin.A.M, Weber.B.L, 2000). Faktor merokok juga bisa mengakibatkan meningkatnya risiko karsinoma payudara. Pada karsinogen yang ditemui dalam asap tobacco bila melewati alveolar membrane dan melewati saluran darah dan bisa sampai ke payudara via lipoprotein. Karsinogen tersebut bisa di simpan di jaringan adipose dan di metabolisme dan seterusnya di aktivasi oleh sel epithelial yang di ketahui sebagai tempat metastasis karsinoma(Paul D. T, Thomas E.R, 2002).


(37)

Her2 adalah Human Epidermal growth factor reseptor 2dan merupakan keluarga ErbB protein. Sel membrane HER2 melekat bersama reseptor tyrosine kinase dan biasanya termasuk dalam signal transduction pathway yang mengontrol pengembangan sel dan diferensiasi sel. Kanker payudara biasanya terjadi karena overekspresi kandungan protein(Boehringer Ingelheim, 2014).

Patogenesis kanker payudara bisa terjadi karena aktivasi hormon steroid, seperti estrogen dan progesterone yang melekat pada reseptor di sel epithelial payudara untuk cell growth, differensiasi dan survival. Signal transduksi dari reseptor tyrosine kinase (RTKs), yang berlokasi di permukaan sel epithelial memainkan peranan penting untuk perkembangan kanker payudara. Keluarga ErbB dimana termasuk EGFR(ErbB1), HER2(ErbB2), ErbB3, dan ErbB4 termasuk dalam pathogenesis kanker payudara. Keluarga ErbB berespon pada stimulasi Grow Factor melaluai hetero- dan homodimerisasi dan selanjutnya aktivasi dari downstream signaling pathway(Boehringer Ingelheim, 2014).

Seperti jalur onkologi yang lain, penderita yang tergolong dalam keluarga ErbB adalah berassosiasi dengan sejumlah nomor jenis-jenis tumor, termasuk kanker paru-paru dan kanker payudara. Keluarga ErbB mengandungi 4 transmembran RTKs : EGFR(ErbB1), HER2(ErbB2), ErbB3, dan ErbB4. Pada respon di stimulasi grow factor, reseptor ini akan bergabung menjadi 1 daripada 4 homodimer atau 6 homodimer. Keluarga ErbB termasuk dalam pengembangan permbesaran payudara yang normal. Dalam banyak kasus kanker dimana keluarga ErbB diekspresikan secara berlebihan dan memberi signal onkologik. Terdapat bukti-bukti dimana EGFR(ErbB1), HER2(ErbB2), ErbB3, dan ErbB4 bisa mengakibatkan kanker payudara(Boehringer Ingelheim, 2014).

EGFR biasanya diekspresikan secara berlebihan pada tumor payudara primer dan mengakibatkan aktivasi yang tidak pantas berlaku dan disregulasi pada downstream signaling pathway. EGFR diekspresi berlebihan biasanya mengakibatkan pertumbuhan kanker payudara dan sering mengakibatkan penyakit pada masa


(38)

hadapan. EGFR-HER2 heterodimer telah menunjukkan peningkatan pada potensi metastatic pada garis kanker payudara. Sebagai penambahan kontribusi pada disregulasi signal transduksi. EGFR diekspresikan berlebihan berhubungan dengan penurunan kadar survival pada pasien kanker payudara(Boehringer Ingelheim, 2014).

HER2 diekspresikan berlebihan diekstimasi 25% pada kanker payudara. HER2 adalah reseptor unik dikalangan ErbB dimana ia tidak bergabung dengan mana-mana reseptor ligand, walaupun ia mempunyai intrinsic tyrosine kinase activeity. Aktivasi HER2 adalah melalui homodimerisasi ataupun heterodimerisasi bersama keluarga ErbB. Pada HER2 homo- dan Heterodimers inisiasi suatu signal onkologik yang tinggi dan mengakibatkan peningkatan angiogenesis, poliferasi, metastasis dan invasi berserta menurunkan apoptosis. Tambahan, HER2-ErbB3 dimers memberikan signal mitogenik yang kuat pada sel proliferasi. Peningkatan ekspresi HER2 berassosiasi dengan penyakit ganas dan memberi prognosis buruk(Boehringer Ingelheim, 2014).

ErbB3 turut merupakan unik diantara keluarga ErbB kerena kekurangan intrintsic tyrosine kinase activity. Walau bagaimanapun, ia bisa mengeluarkan signal transduksi apabila heterodimerisasi bersama keluarga BrbB yang lain. Pada ErbB3 ini biasanya ia heterodimerisasi bersama HER2. Her2-ErbB3 heterodimer memberikan signal mitogenik yang kuat pada sel proliferasi dan bisa mengaktivasi beberapa downstream target, termasuk PI3 kinase/AKT pathway, dan membentuk suatu signaling cascade critical for tumorigenesis. ErbB3 diekspresikan secara berlebihan di tumor payudara(Boehringer Ingelheim, 2014).

ErbB4 diaktivasi dan kemudian downstream signaling pathway, dan berjaya apabila ligands seperti neuregulin dan heregulin berikatan dengan ErbB4. ErbB4 juga diaktivasi daripada dimerisasi dari mana-mana ahli keluarga ErbB reseptor. Pada kanker payudara, ErbB4 biasanya diekspressikan berlebihan dan memberikan efek antipoliferasi. Pada sumber yang lebih banyak dikatakan ErbB4 memberi efek yang parah pada kanker payudara (Boehringer Ingelheim, 2014).


(39)

2.5 Gejala dan Tanda

Terdapat beberapa gejala dan tanda-tanda karsinoma payudara yang kita ketahui. Secara umum, kanker payudara pada deteksi awal tidak mempunyai sintom maupun rasa nyeri. Dan apabila kanker sudah mulai ada pada duktus, sintom yang ada pada duktus karsinoma in situ adalah nyeri padudara, nyeri puting payudara dan keluar darah pada puting susu manakala invasive duktus karsinoma dikatakan bahawa tidak mempunyai simpton atau apa-apa tanda. Pada lobular pula, lobular karsinoma in situ dikatakan tidak mempunyai sebarang sintom. Manakala invasive lobular karsinoma dapat terasa sepeti gumpalan atau teraba keras, penebalan atau puting susu mereng menghadap ketiak, jika tumornya besar akan terdapat lekukan pada kulit payudara (Wax.A, 2012). Menurut Breast Cancer Society berdasarkan America Cancer Society, sintom yang biasanya dijumpai adalah benjolan ataupun massa. Massa yang dimana tidak meyebabkan rasa nyeri, keras dan tidak rata dikatakan adalah kanker, tetapi juga bisa massa tersebut berupa lunak dan bulat dan nyeri. Selain itu pembengkakan menyeluruh atau sebagian payudara, iritasi kulit atau lekukan , nyeri payudara, nyeri puting susu, kemerahan, bersisik, penebalan puting susu atau payudara, keluar cairan pada puting susu dan terdapat gumpalan pada bawah axilaris dikatakan sebagai tanda pertama kanker payudara. Jika kanker payudara telah merebak ke lymph node dibawah lengan atau pada collar bone dan meyebabkan benjolan atau pembengkakan, tumor tersebut akan menjadi cukup besar untuk bisa diraba(Lester.S.C, 2005).

2.6 Pemeriksaan

2.6.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan saat pasien dalam posisi duduk. Pada posisi ini dilakukan pemerhatian asimetri yang jelas, pembengkakan pada payudara, ulser pada puting susu, tangan pasien diangkat dan lihat kulit pada bawah lengan apakah terdapat kelainan. Kemudian diraba supraklavikular dan di leher apakah


(40)

terdapat kelainan pada kelenjar lymph. Aksilaris diperiksa dengan posisi tangan kanan pasien menyentuh bahu kontra lateral kemudian dipalpasi aksilaris kiri dengan tangan kanan dan aksilaris kanan dipalpasi dengan tangan kiri. Jika kelenjar lymph node teraba maka pemeriksa harus mencatat ukuran, jumlah, mobilitas, konsistensi. Kemudian diperiksa pasien dalam posisi supinasi, diganjal dengan bantal pada bahu ipsilateral untuk menaikkan payudara dan tangan pada sisi ipsilateral di letangkan pada atas kepala. Pemeriksa harus bisa mempalpasi keseluruh payudaradimana sternum hingga ke mid-aksilari line dan superior daripada klavikular ke ribcage lower dan diraba pada seluruh quadrant (Fiorica.J.V, 2004).

Selain itu, bisa juga dilakukan breast self examination disertai 5 langkah, pertama adalah melihat payudara di cermin sambil tangan di pinggang dan bahu di luruskan dan perhatikan apakah saiz, bentuk, warna, posisi dan apakah terdapat lekukan, kerutan atau pembengkakan. Kedua, dinaikan lengan dan perhatikan apakah terdapat keluhan yang sama. Ketiga, perhatikan apakah terdapat cairan yang keluar dari puting susu. Keempat, palpasi secara sirkular pada payudara saat baring dengan menggunakan tangan kanan untuk palpasi payudara kiri, tangan kiri untuk payudara kanan, dan yang terakhir dilakukan palpasi saat duduk atau berdiri (Breast Cancer Organisation, 2013).

2.6.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang biasanya digunakan adalah mammogram, MRI, ductogram dan ultrasound. Mammogram adalah x-ray pada payudara untuk mencari kelainan pada payudara untuk wanita yang tidak mempunyai sebarang sintom atau tanda-tanda. Mammogram diambil dari 2 sisi pada setiap payudara. Manakala mammogram diagnostik digunakan untuk wanita yang mempunyai gejala dan tanda atau mempunyai hasil mammogram yang abnormal. Mammogram diagnostik digunakan untuk melihat bagian dari payudara dengan lebih spesifik yang dikenali sebagai cone atau spot view with magnification dimana digunakan untuk mudah melihat dan mengevaluasi jaringan abnormal (American Cancer Society,


(41)

2013).Mammogram adalah x-ray pada payudara untuk mencari kelainan pada payudara untuk wanita yang tidak mempunyai sebarang sintom atau tanda-tanda. Mammogram adalah pengambilan jarinagn lunak radiografi untuk identifikasi kewujudan karsinoma payudara sebelum mencapai ke stase yang biasa di palpasi kelainannya. Mammografi sangat berguna untuk prosedur screening untuk memonitor pasien yang resiko tingi karsinoma payudara (Chandrasoma.P, 2006).

Magnnetic resonance imaging (MRI) pada payudara digunakan bersamaan mammogram pada pasien yang mempunyai resiko yang tinggi terhadap terkena kanker payudara, atau ia bisa digunakan untuk memeriksa bagian yang dicurigai mempunyai kelainan atau abnormal pada mammogram. MRI turut digunakan pada pasien yang sudah terkena kanker payudara untuk mengetahui ukuran kanker pada payudara yang sebarang kelainan pada payudara.Pada pasien yang sudah pernah mengalami kanker payudara, MRI turut digunakan untuk memeriksa payudara kontralateral apakah terdapat pertumbuhan tumor (American Cancer Society, 2013).Magnnetic resonance imaging (MRI) adalah lebih sensitive dibandingkan mammogram. Biasanya MRI digunakan saat pasien telah didiagnosa dengan karsinoma payudara oleh mammogram atau dengan screening yang lain.MRI digunakan untuk mentukan ukuran dan dijadikan petunjuk untuk dilakukan biopsi (Chandrasoma.P, 2006).

Seterusnya adalah pemeriksaan Ductogram, atau dikenali sebagai galactogram digunakan untuk menilai punca keluar cairan dari putting susu dengan menggunakan tube plastic yang tipis diletakkan pada pembukaan duktus pada puting tempat cairan keluar dan disuntik medium kontras. Ia akan ada garisan luar bentuk pada duktus payudara pada gambaran x-ray dan memperlihatkan jika terdapat massa didalam duktus tersebut(American Cancer Society, 2013).Penggunaan yang paling umum dari galactography adalah untuk mengevaluasi punca munculnya darah atau lesi dari puting payudara. Satu-satunya persyaratan adalah bahwa puting tidak diperas sebelum ujian , karena kadang-kadang hanya ada sejumlah kecil cairan dan perlu untuk melihat di mana cairan yang berasal dari melakukan ujian . Dalam galactography , sejumlah kecil bahan kontras disuntikkan ke dalam saluran susu , dan mammogram dilakukan sehingga dalam saluran susu dapat dilihat . Jika ada cairan mengisi (area hitam ) dalam saluran susu , sering menunjukkan massa kecil .


(42)

Sebagian besar adalah papiloma , yang massa non - kanker dari saluran susu . Mereka mungkin pra- kanker , dan kadang-kadang akan dihapus . Kurang dari 10 persen cairan mengisi adalah kanker .Galactogram tidak hanya akan menemukan massa kecil , tetapi juga akan menunjukkan di mana ia berada (Chandrasoma.P, 2006).

Selanjutnya Ultrasound atau dikenali sebagai sonografi, mengunakan gelombang bunyi untuk outline bagian dari tubuh. Pada pemeriksaan ultrasound ini digunakan sebuah peralatan kecil yang meyerupai mikrofon yang dipanggil sebagai transduser, transducer ini akan diposisikan di kulit dimana telah dioles jelly lubrikan ultrasound dan ia akan mengeluarkan gelombang bunyi dan akan memungut lantunan gelombang dari jaringan. Lantunan tersebut akan diinterpretasi oleh komputer sebagai gambaran hitam putih dan pemeriksaan ini tidak menyakitkan atau menggunakan radiasi. Ultrasound ini biasanya digunakan bersama mammogram kerana ia mudah didapati dan lebih murah dibanding MRI. Ultrasound tidak dicadangkan untuk mengganti mammogram, ultrasound dicadangkan digunakan setelah dilakukan mammogram untuk melihat jaringan abnormal dengan lebih teliti. Ultrasound berguna untuk membedakan kista dan massa yang padat dan juga bisa membedakan benign atau kanker . Ultrasound turut berguna untuk wanita yang mempunyai payudara yang tebal atau besar (American Cancer Society, 2013).

2.6.3 Pemeriksaan Patologi Anatomi 2.6.3.1 Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi ataupun dipanggil sitopatologi adalah cara mendiagnosa dengan melihat pada 1 sel atau segumpal sel. Berbanding dengan biopsi, specimen sitologi lebih mudah untuk didapati, mengurangi rasa tidak enak pada pasien, resiko lebih kurang dan lebih murah. Kekurangan sitologi adalah jika hasil jaringan biopsi lebih tepat, walaupun terdapat banyak kasus yang menyatakan bahawa ia mempunyai akurasi yang sama. Uji sitologi terdapat 2 cara untuk diagnosis mahupun screening. Pertamanya adalah fine needle aspiration(FNA), FNA adalah uji diagnostik apabila sebuah jarum ditusuk kedalam tubuh untuk disedot untuk diuji. Seterusnya adalah cairan tubuh dimana diambil urin, sputum, cairan spinal, cairan plural, cairal


(43)

prerikardial, cairan ascitik. Untuk karsinoma payudara, pemeriksaan sitologi yang akan digunakan hanyalah FNA (American Cancer Society, 2013). Uji sitologi terdapat 2 cara untuk diagnosis mahupun screening . (FNA) Fine Needle Aspiration sitologi atau biopsi inti lesi teraba mungkin memerlukan gambar – dipandu lokalisasi. Penggunaan bimbingan image baik untuk FNA sitologi atau biopsi inti meningkatkan kemungkinan mendapatkan sampel yang representatif dari penggunaan lesi. Bimbingan gambar mungkin dipengaruhi oleh kemampuan klinis untuk menentukan lesi dari jaringan payudara yang berdekatan, ukuran lesi, kedekatan lesi pada dinding dada, kedekatan lesi untuk prostesis payudara (Grace.J, 2004).

2.6.3.2 Biopsi / Pemerikasaan Histopatologi

Biopsi lakukan setelah mammogram, imaging atau pemeriksaan fisik mendapati terdapat perubahan abnormal pada payudara yang berkemungkinan kanker. Biopsiadalah cara untuk benar-benar pasti wujudnya kanker. Sewaktu dilakukan biopsi, sampel dikeluarkan dan diambil pada bagian yang dicuriga untuk dilihat dibawah mikroskop. Terdapat beberapa jenis biopsi, setiap jenis biopsi ada kebaikan dan ada kekurangan, dan pemilihan jenis biopsi ada lah bergantung pada kondisi situasi (American Cancer Society, 2013). Jenis-jenis biopsi adalah FNA, core needle biopsy, vacuum-assisted biopsies, surgical open biopsy, lymph node biopsy.Fine needle aspiration(FNA) turut tergolong pada biopsy selain di sitologi. Core needle biopsy adalah dimana jarumnya lebih besar dari FNA supaya boleh mengeluarkan jaringan yang lebih banyak. Core needle biopsy adalah hampir sama seperti FNA tetapi disebabkan jaringan yang dikeluarkan itu lebih banyak, maka hasilnya adalah lebih tepat dan jelas. Vacuum-assisted biopsies bisa dilakukan mengunakan system mammotome atau ATEC (Automated Tissue Excision and Collection)dibawah mammogram atau MRI. Vacuum-assisted biopsiesdimulai dari kulit diberi angka dan insisi kecil dilakukan untuk melewatkan sebuah probe berongga kedalam payudara. Sepotong jaringan payudara dikeluarkan dan biasanya sampel yang


(44)

dikeluarkan lebih banyak dari core needle biopsy. Surgical open biopsy adalah yang paling sering dilakukan, tetapi surgical open biopsy ini dilakukan untuk mengeluarkan keselurah gumpalan untuk diperiksa dan dilihat dibawah mikroskop. Lymph node biopsy dilakukan jika lymph node di bawah lengan membengkak dan ingin memeriksa apakah ia adalah kanker (American Cancer Society, 2013).Biopsi adalah pemeriksaan mikroskopik dari jaringan lunak dan bisa mengevaluasi massa jaringan lunak. Biopsy bisa dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya adalah Fine needle aspiration, ini adalah untuk pemeriksaan sitologi karena cara ini adalah cara pling efektif dan tepat untuk mengenal pasti karsinoma payudara. Keduanya adalah Core Needle Biopsy. Ini adalah untuk dilakukan pemeriksaan histologi. Cara ini juga memerlukan untuk mengambil secebis jaringan lunak dari payudara yang didiagnosa karsinoma payudara. Ketiga adalah Insisional atau Eksisional Open Biopsy. Ini adalah untuk mengambil jaringan secukupnya untuk pemeriksaan sitologi dan pemeriksaan histologi. Cara ini lebih digunakan untuk pemeriksaan histopatologi karena bisa digunakan untuk mendiagnosa lebih tepat (Chandrasoma.P, 2006).

Pada karsinoma payudara terdapat DCIS, LCIS, IDC dan ILC seperti yang telah dijelaskan pada definisi.Padainvasive breast cancer terdapat beberapa subtipe. Antaranya adalah medullary carcinoma dimana adalah subtipe yang kurang terjadi dan nama tipe ini ada lah dari tumor yang lembut pada bagian totak yang dipanggil medulla. Metaplastic Carcinoma ada lah tipe jarang terjadi dimana sebagian dari sel pada tumor telah berubah menjadi alternate breast cancer. Mucious carcinoma pula adalah tipe yang jarang terjadi dimana tumor membentuk mucin yang banyak dimana adalah salah satu komponen pada saliva. Papillary carcinoma adalah tipe yang jarang terjadi dan pada kanker ini biasanya terjadi benjolan yang berbeda yang berupa seperti jari-jemari menghala ke luar. Selain itu, terdapat juga tubular carcinoma yang turut merupakan tipe yang jarang terjadi dan inibiasanya terbentuk oleh koleksi sel-sel kecil yang berupa tube kira-kira kurang dari 1.0cm pada diameter ( Standford Medicine, 2014).


(45)

Tabel 2.1. Holland nuclear grade 1994 (Genestie.C , 2011)

Tabel 2.2. Silverstein grading 1995 (Genestie.C , 2011)

2.6.4 Pemeriksaan Laboratori

Jaringan yang dikeluarkan saat biopsi dibawa ke laboratory untuk dilihat apakah ia benign ataupun kanker terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratory seperti breast cancer grade, hormone receptor status, HER2/neu status, test of gene pattern. Breast cancer grade adalah dimana jika jaringan yang dibiopsi itu benar-benar kanker, maka diberikan grade berdasarkan berapa lajunya sel kanker tersebut membelah. Grade ini bisa digunakan untuk memprediksi prognosis pasien. Secara umum, semakin rendah grade maka ia menunjukan pertumbuhan kanker adalah pelahan dan risiko kanker tersebut akan merebak adalah rendah, dan jika semakin tinggi grade maka ia menunjukkan pertumbuhan kanker adalah cepat dan resiko kanker tersebut merebak adalah tinggi. Grade 1 adalah diferensiasi yng baik, kelihatan sel-sel normal dan tidak kelihatan pertumbuhan yang cepat dan tersusun didalam tubulus. Grade 2 adalah diferensiasi moderate iaitu gambaran pertengahan


(46)

dari grade 1 dan grade 2. Grade 3 adalah diferensiasi yang buruk dimana pertumbuhan kanker tersebut cepat dan lebih mengganas(American Cancer Society, 2013).

Seterusnya pemeriksaan lab termasuk status reseptor hormone yaitu pada estrogen reseptor(ER) dan progesteron reseptor(PR). Reseptor merupakan protein dan bisa berikatan bersama hormon dan bersirkulasi ke darah. Sel payudara yang normal dan sel kanker payudara mempunyai reseptor yang bisa berikatan bersama estrogen dan progesteron, kedua-dua hormon ini bisa meningkatkan kadar pertumbuhan sel kanker. Setelah dibiopsi, penting untuk diperiksa apakah terdapat reseptor estrogen atau progesteron karena ia bisa mempunyai salah satu atau keduanya sekali. Kanker payudara yang mempunyai reseptor estrogen dipanggil ER-positive (ER+) cancer, manakala yang mempunyai reseptor progesteron diganggil PR-positive (PR+) cancer dan jika kanker payudara tersebut mempunyai kedua-dua reserptor ia dipanggil hormone receptor-positive. Hormone reseptor-positive kanker payudara akan menumbuh dengan perlahan dan berespon pada terapi hormonal. Pada kesemua kanker payudara jika diuji hormone receptor status , 2-3 dari kankerpayudara tersebut akan mempunyai minimal 1 reseptor dan prevalensi wanita tua adalah lebih tinggi dari wanita muda(American Cancer Society, 2013).

Selanjutnya pemeriksaan HER2/neu status dimana 1 daripada 5 kanker payudara mempunyai pertumbuhan protein yang melampau dipanggil HER2/neu. Gen HER2/neu bertugas untuk memproduksi hormon tersebut dan tumor yang mempunyai peningkatan kadar HER2/neu dipanggil HER-2 positive. Wanita yang mempunyai HER2-positif kanker payudara mempunyai gen HER2/neu yang banyak menyebabkan wanita tersebut mempunyai angka HER2/neu protein yang banyak. Kanker payudara ini bertindak untuk menumbuh dan membiak dengan agresif dari jenis-jenis kanker payudara yang lain. Sampel biopsi atau pembedahan digunakan untuk pemeriksaan HER2/neu protein diuji dengan 2 cara. Pertama adalah Immunohistochemistry (IHC), tes ini mengunakan antibody yang special intuk medeteksi HER2/neu protein dan akan menyebabkan sel berubah warna dan warna tersebut bila dilihat dibawah mikroskop dan dilaporkan hasil 0, 1+, 2+, atau 3+. Keduanya adalah Florescent in situ hybridization (FISH), pemeriksaan ini mengunakan DNA untuk meniru HER2/neu gen pada sel dan bisa dikira dibawah


(47)

mikroskop. Kebanyakan ahli mengatakan bahawa FISH adalah lebih akurat dari IHC tetapi ia adalah lebih mahal dan menggunakan waktu yang panjang. Test gene pattern adalah pemeriksaan dimana melihat pola gen-gen pada masa yang sama bisa memprediksi apakah atau tidak kanker payudara bisa kambuh setelah diberi pengobatan (American Cancer Society, 2013).

DCIS memiliki berbagai penampilan histologist, sering dicampur dan termasuk padat , komedo , berkisi , papiler , micropapillary , dan menempel jenis . Nekrosis mungkin ada dalam salah satu jenis . Penampilan nuklir cenderung seragam dalam kasus tertentu , dan berkisar dari ( nuklir kelas rendah ) hambar dan monoton untuk pleomorfik ( nuklir kelas tinggi ) . Komedo subtipe khas dan ditandai oleh sel-sel dengan inti bermutu tinggi distending ruang dengan nekrosis sentral yang luas. Nama ini berasal dari jaringan nekrotik pasta gigi seperti yang dapat dikeluarkan dari saluran ditranseksi dengan tekanan lembut . Kalsifikasi sering dikaitkan dengan DCIS , sebagai akibat dari baik debris nekrotik kalsifikasi atau bahan sekretorik. LCIS , seperti rendah - nuklir kelas DCIS dan tidak seperti tinggi - nuklir - kelas DCIS , memiliki penampilan seragam . Sel-sel yang monomorfik dengan hambar , inti bulat dan terjadi dalam kelompok longgar kohesif dalam saluran dan lobulus. Vakuola musin intraseluler ( sel cincin meterai ) yang umum . LCIS hampir selalu temuan insidental dan tidak seperti DCIS yang tidak membentuk massa dan jarang berhubungan dengan kalsifikasi . Oleh karena itu , kejadian LCIS hampir tidak berubah di mammographically. Sekitar sepertiga dari wanita dengan LCIS akhirnya akan mengembangkan karsinoma invasif (Lester.S.C, 2005).

Karsinoma duktal invasif adalah istilah yang digunakan untuk semua karsinoma yang tidak dapat dikelompokkan menjadi salah satu jenis khusus yang dijelaskan di bahwa tumor ini secara khusus muncul dari sistem duktus . Kanker jenis ini biasanya dikaitkan dengan DCIS , tapi jarang LCIS hadir . Kebanyakan karsinoma duktal menghasilkan respon desmoplastic , yang menggantikan lemak payudara normal ( yang mengakibatkan kepadatan mammografi ) dan membentuk massa teraba keras.Karsinoma lobular invasif terdiri dari sel morfologis identik dengan sel-sel LCIS . Dua - pertiga dari kasus yang berhubungan dengan LCIS yang berdekatan . Sel-sel menyerang individu ke dalam stroma dan sering selaras dalam untaian atau rantai. Sebagian besar hadir sebagai massa teraba atau kepadatan mamografi , subkelompok yang signifikan mungkin memiliki pola difus invasif tanpa respon desmoplastic dan mungkin okultisme secara klinis . Karsinoma lobular lebih sering multicentric dan bilateral ( 10 % sampai 20 % ) . Hampir semua karsinoma ini mengekspresikan reseptor hormon , tapi HER2 / NEU berlebih sangat jarang atau tidak ada (Lester.S.C, 2005). Subtipe invasif karsinoma termasuk kecenderungan untuk menjadi patuh terhadap otot dada atau fasia dalam dinding dada , dengan


(48)

fiksasi akibat lesi , serta kepatuhan terhadap kulit di atasnya , dengan pencabutan atau dimpling kulit atau puting . Keterlibatan jalur limfatik dapat menyebabkan lymphedema lokal . Dalam kasus ini kulit menjadi menebal di sekitar folikel rambut yang berlebihan , perubahan yang dikenal sebagai peau d' orange ( kulit jeruk ) (Lester.S.C, 2005).

2.7 Penatalaksanaan

Terdapat beberapa penatalaksanaan yang seringdilakukan, diantaranya adalah pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi hormon, targeted therapy, bone-directed therapy.Terapi adjuvan adalah dimana pasien kelihatan seperti tidak mempunyai kanker setelah dilakukan pembedahan dan diberi terapi tambahan. Doctor ketahui bahawa sel kanker bisa terlepas dari tumor dan mula menyebar pada saluran darah pada fasa awal penyakit. Sukar untuk mengenal pasti dan meramal saat mulanya tetapi jika ia berlaku maka tumor akan menumbuh pada organ lain ataupun di tulang. Tujuan terapi adjuvant adalah untuk membunuh sel kanker yang tersembunyi. Kedua terapi sistemik seperti kemoterapi, terapi hormon, targeted therapy dan radiasi bisa digunakan sebagai terapi adjuvan. Beberapa pasien yang diberikan terapi radiasi atau terapi sistemik untuk mengecilkan tumor, ia dipanggil terapi neoadjuvan(American Cancer Society, 2013). Sel kanker bisa terlepas dari tumor dan mula menyebar pada saluran darah pada fasa awal penyakit. Tujuan terapi adjuvant adalah untuk membunuh sel kanker yang tersembunyi diantaranya adalah kemoterapi adjuvant dan terapi radiasi adjuvant. Terapi radiasi juga biasanya dilakukan setelah dilakukan (BCS) breast conserving surgery. Kedua terapi sistemik seperti kemoterapi, terapi hormon, targeted therapy dan radiasi bisa digunakan sebagai terapi adjuvant (Chandrasoma.P, 2006).

Seterusnya pembedahan adalah penatalaksanaan yang sering untuk tumor payudara. Tujuan pembedahan adalah untuk membuang sel kanker sebanyak


(49)

mungkin dan untuk membentuk payudara setelah dilakukan mastectomi dan untuk mengelakkan dari pada penyebaran kanker (Taylor, Clive.R, 2006). Pembedahan yang sering dilakukan adalah Breast-conserving surgery(BCS). BCS adalah pembedahan yang membuang hanya sebagian dari payudara dan jumlah yang dibuang adalah bergantung pada berapa ukuran tumor.BCS juga dikenali sebagai partial or segment mastectomy selain itu sering juga dipanggil lumpectomy atau quandrantectomy(American Cancer Society, 2013). pembedahan yang sering dilakukan adalah mastektomi dimana adalah membunag seluruh payudara bersama muskukus pektoralis dan kandungan di aksila. Seterusnya terdapat jenis yang baru dimana pasien karsinoma payudara tidak perlu membuang keseluruh payudara. Pembedahan yang di panggil modified radical mastectomy atau (BCS) Breast conserving surgery dan juga bisa dipanggil lumpectomy ini adalah dimana membunag bagian yang patologis dan kelenjar getah bening tetapi tidak membuang muskulus pektoralis dan diikuti dengan terapi radiasi atau ketoterapi adjuvant (Chandrasoma.P, 2006).

Apabila kanker sudah merebak hingga ke tulang, ia melemahkan tulang sehingga tulang bisa menjadi rapuh dan patah serta mengakibatkan nyeri pada tulang. Obatan seperti biphosphonates dan denosumab bisa mencegah dari berlakunya masalah tersebut. Bisphosphonates digunakan apabila kanker sudah merebak ke tulang dan ubat ini bisa menguatkan semula tulang yang melemah akibat sel kanker dan mengurangkan risiko nyeri, fraktur dan patah. Obat bisphosphonates in turut mencegah dari berlakunya osteoporosis, tetapi ubat ini terdapat efek samping seperti pilek dan kerosakan ginjal dan kelemahan tulang rahang . Obat ini tidak bisa digunakan oleh pasien yang mempunyai masalah ginjal. Ubat denosumab adalah ubat jenis baru untuk terapi tulang, ia adalah disuntik subkutan 1 kali per bulan. Denosumab turut bisa mencegah osteroporosis dan efek sampingnya sama seperti bisphosphonate bisa melemahkan tulang rahang tetapi tidak mengakibatkan kerusakkan ginjal (American Cancer Society, 2013).


(50)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karsinoma adalah kanker atau malignansi yang bermula dari jaringan epithelial. Karsinoma bisa mengenai payudara, paru-paru, prostat, kolon dan lain-lain yang biasanya terjadi pada orang dewasa. Karsinoma adalah sebuah penyakit parah yang sering melanda dan prevalensi meningkat tahun demi tahun. Berdasarkan WHO, terdapat 14.090 kasus karsinoma dan 8.201 kematian akibat karsinoma. Karsinoma payudara merupakan karsinoma yang paling sering berlaku pada kaum wanita dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma tertinggi di dunia di kalangan wanita (Global Health Estimates, WHO 2013). Menurut WHO, terdapat kira-kira 1,38 juta kasus baru dan 458.000 kematian akibat karsinoma payudara (IARC Globocan, 2008). Estimasi bahwa 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 karena karsinoma payudara di seluruh dunia (Global Health Estimates, WHO 2013). Karsinoma payudara dikatakan hampir 50% dinegara maju dan hampir 58% di negara berkembang (GLOBOCAN 2008). Walau bagaimanapun prevalensi karsinoma payudara di Asia adalah lebih rendah dari negara barat. Di Indonesia, pada tahun 2012 terdapat 244.769 kasus karsinoma, 299 kasus baru dan 194 angka kematian pada tahun tersebut (GLOBOCAN, 2012). Berdasarkan data WHO untuk Indonesia, karsinoma yang tertinggi menurut angka incident 5 year prevelance masih adalah karsinoma payudara. Karsinoma payudara tercatat sebagai karsinoma tertinggi diikuti oleh karsinoma serviks pada wanita-wanita di Indonesia. Prevalensi selama 5 tahun di Indonesia, angka kejadian adalah 48.998 dan kematian sebanyak 19.750 (Global Health Estimates, WHO 2012).

Banyak faktor resiko yang telah diteliti menjadi pencetus karsinoma payudara. Faktor utama adalah dimana wanita tercatat sebagai prevalensi tertinggi terkena karsinoma payudara dibandingkan laki-laki (WHO). Wanita


(51)

dengan obesitas mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berat badan normal (Harrison AP, 2010). Wanita yang menarche-nya lambat bisa meningkatkan resiko sebanyak 22%, sementara wanita yang melahirkan pada usia muda resiko terkena karsinoma payudara adalah rendah, begitu juga untuk yang menyusukan anak. Wanita yang telah menopause ataupun terlambat menopause mempunyai resiko menderita karsinoma payudara sebanyak 30% (Cancer Research Program, 2011). Faktor hormon turut memainkan peranan, wanita post-menopausal dengan kadar estrogen dan testosteron yang tinggi mempunyai resiko 2-3 kali lipat atau 56% lebih tinggi terkena karsinoma payudara, Wanita di negara maju lebih tinggi faktor resiko terkena karsinoma payudara dibanding di negara sedang berkembang kerana faktor reproduksi. Wanita di negara maju mempunyai anak yang sedikit dan terdapat limitasi masa untuk menyusukan anak. Suatu penelitian di UK pada tahun 2011 mengestimitasikan bahwa 3% dari penderita karsinoma payudara adalah wanita yang menyusukan anak kurang dari 6 bulan (Cancer Research Program, 2013). Wanita yang usianya makin meningkat menpunyai resiko yang meningkat untuk menderita karsinoma payudara. Faktor herediter juga dikenali bisa menyebabkan karsinoma payudara (Cancer Research Program, 2011). Riwayat pernah mengidap karsinoma payudara bisa mengakibatkan munculnya semula karsinoma payudara dan resikonya meningkat jika terdapat riwayat keluarga yang pernah mengidap karsinoma payudara (Cancer Research Program, 2013). Terdapat suatu kajian yang dilakukan di Ingeris Desember 2011, bahwa kira-kira 27% karsinoma payudara pada wanita adalah karena gaya hidup dan faktor lingkungan dan faktor resiko terkuat adalah faktor usia (Cancer Research Program, 2011). Selain itu faktor gaya hidup seperti konsumsi alkohol memberi resiko sebanyak 7-12%, diet yang buruk memberi resiko sebanyak 13%, obesitas ataupun pre-menopausal memberi resiko sebanyak 13%, radiasi pengobatan seperti x-ray masih tidak dapat diketahui dengan tepat dan merokok pula bisa mengakibatkan 10-20% terkena karsinoma payudara. Riwayat pernah mengidap karsinoma payudara bisa mengakibatkan munculnya kembali karsinoma payudara dan resikonya meningkat


(1)

Kata Penghantar

Segala puji dan syukur saya pajatkan kepadai Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpah rahmat dan kurnianya keatas penulis sehingga penulis dapat meyusun

karya tulis ini dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul “Karakteristik

pasien karsinoma payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013”. Penulis menyadari bahawa apa yang tersedia didalam karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada dr Jessy Chrestella, Sp PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak masa dengan keikhlasan untuk memberi bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD.KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

2. Seluruh dosen dan pegawai di FK USU.

3. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) 4. Teristimewa pada ayahanda Nor Hisham Bin Noordin dan ibunda Norazizah

Binti Rabu yang telah memberikan semangat dan doa-doa.

5. Teman-teman seperjuangan ( Ahli rumah MMG, Mohd Ariff Hasreen dan Kesavan) terima kasih kasih atas bantuan dan dukungan selama ini.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK ………. ii

ABSTRACT……….... iii

KATA PENGHANTAR ...……… iv

DAFTAR ISI ...…….………... v

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……… vii

DAFTAR SINGKATAN ……….. ix

BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang ...……….. 1

1.2Rumusan Masalah ..……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ...………...………... 4

1.4 Manfaat Penelitian …....…….……….. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………...……… 6

2.1 Anatomi Payudara ……… 6

2.2 Definisi Karsinoma Payudara ……….. 6

2.3 Faktor Risiko………... 8

2.3.1 Faktor Usia ………….……….……… …. 8

2.3.2 Faktor Menopause dan Menarche …………..……... 9

2.3.3 Faktor Riwayat Hamil ………….………. 9

2.3.4 Faktor Genetik ………... 10

2.3.5 Faktor Gaya Hidup ……….. 11


(3)

2.6.4 Pemeriksaan Laboratori ……….……... 21

2.7 Penatalaksanaan ………...……….. 24 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …. 26

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……….………... 26

3.2 Definisi Operasional ………..………... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 34

4.1 Jenis Penelitian ………...….………. 34

4.2 Lokasi dan Waktu penelitian ……...………….……… 34

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 34

4.4 Metode dan Pengumpulan Data ……… 35

4.5 Metode Analisa Data ……… 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 36

5.1 Hasil Penelitian……….. 36

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Pasien ………. 36

5.2 Pembahasan……….. 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARANAN………... 51

6.1 Kesimpulan……… 51

6.2 Saranan……….. 52

DAFTAR PUSTAKA ………..…………. 53 LAMPIRAN


(4)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Perubahan Sel Normal Menjadi Sel Metastatic 8 Gambar 2.2 Insidensi Pada Tingkat-tingkat Usia 8

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Holland nuclear Grade 1994 20 Tabel 2.2 Silverstein Grading 1995 21 Tabel 5.1 Klasifikasi Golongan Usia Pasien Karsinoma Payudara 36 Tabel 5.2 Usia Menarche Pasien Karsinoma Payudara 37 Tabel 5.3 Usia Menopause Pasien Karsinoma Payudara 38 Tabel 5.4 Pemakaian Obat Hormonal Oleh Pasien Karsinoma Payudara 39 Tabel 5.5 Riwayat Merokok dan Minum Alkohol Pada Pasien Karsinoma

Payudara 39

Tabel 5.6 BMI Pasien Karsinoma Payudara 40 Tabel 5.7 Riwayat Keluarga Pasien Karsinoma Payudara Yang Menderita

Kanker 40

Tabel 5.8 Jumlah Anak Pasien Karsinoma Payudara 41 Tabel 5.9 Riwayat Pasien Karsinoma Payudara Menyusukan Anak 42


(5)

Tabel 5.13 Pemeriksaan Imunohistokimia Reseptor Progestron Pada Pasien

Karsinoma Payudara 44

Tabel5.14 Pemeriksaan Imunohistokimia Reseptor HER-2 Pada Pasien

Karsinoma Payudara 44

Tabel 5.15 Penatalaksanaan Pasien Karsinoma Payudara 45 Tabel 5.16 Jenis Pembedahan Yang Dilakukan Oleh Pasien Karsinoma


(6)

DAFTAR SINGKATAN

ATEC : Automated Tissue Excition BCS : Breast-conserving Surgery DCIS : Ductal Carcinoma In Situ DNA : Deoxyribonucleic Acid ER : Estrogen Resptor

EGFR : Epidermal Grow Factor Reseptor

ErbB : Erythroblastic Leukemia Viral Oncogene Homolouge FISH : Florecent In Situ Hybridization

FNA : Fine Needle Aspiration

HER2 : Human Epidermal Grow Factor Reseptor 2 IDC : Invasive Ductal Carcinoma

IHC : Immunohistochemistry ILC : Invasive Lobular Carcinoma LCIS : Lobular Carcinoma In Situ