Gejala Klinis Kanker Payudara Diagnosa Kanker Payudara

8. Wanita yang menopause lebih dari 55 tahun memiliki risiko 2,5-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang menopause diusia normal Tjindarbumi, 2002. 9. Adanya kanker pada payudara yang kontralateral akan meningkat risikonya menjadi 3-9 kali lebih besar dengan yang tidak Tjindarbumi, 2002. 10. Pernah mengalami radiasi dinding dada memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi Tjindarbumi, 2002.

2.2.6. Gejala Klinis Kanker Payudara

Kanker payudara pada tahap awal biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium ini adalah teraba benjolan kecil di payudara. Beberapa keluhan yang muncul pada penderita kanker payudara adalah Dalimartha, 2004: 1. Teraba benjolan pada payudara. 2. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya. 3. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati. 4. Gangguan lapisan kulit luar, berupa peradangan eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati. 5. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari putting atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau pun tidak sedang menyusui. 6. Putting payudara tertarik kedalam. 7. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk peau d’orange.

2.2.7. Diagnosa Kanker Payudara

Diagnosa pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis, yaitu pemeriksaan jaringan payudara yang dicurigai kanker dibawah mikroskop. Bila hasilnya ganas maka operasi definitif segera dilakukan. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara yaitu Tjindarbumi, 2002: • Biopsy aspirasi fine needle biopsy • Needle core biopsy dengan jarum Silverman • Excisional biopsy dan pemeriksaan Frozensection potong beku waktu operasi Universitas Sumatera Utara Beberapa hal yang umumnya dilakukan dokter dalam menegakkan diagnosa kanker payudara adalah: 1. Anamnesa Yaitu dokter bertanya pada penderita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kanker payudara. Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita. Pada umumnya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya mungkin terasa sakit. Pertumbuhan tumor yang cepat merupakan indikasi kemungkinan tumor ganas. Pada kasus yang meragukan, anamnesa lebih banyak diarahkan pada indikasi golongan risiko Tambunan, 1991. 2. Pemeriksaan Fisik Meliputi 2 hal, yaitu inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dokter akan melihat payudara kiri dan kanan apakah simetris, adakah kelainan papilla, letak dan bentuk, retraksi putting payudara, adakah kulit, tanda radang, peau d’orange, dimpling, dan ulserasi. Inspeksi ini dilakukan dalam keadaan penderita duduk, tangan pada panggul, dan kemudian dengan memakai 3-4 telapak jari. Palpasi lembut akan dilakukan dari bagian tepi sampai areola dan putting payudara. Seluruh payudara diperiksa ulang dengan posisi berbaring dengan tangan pada belakang kepala. Selain payudara, aksilla juga diperiksa dalam posisi duduk. Pemeriksaan dilakukan pada aksilla kanan dengan tangan kanan penderita diletakkan lemas ditangan kanan pemeriksa dan aksilla diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Begitu sebaliknya untuk aksilla kiri. Yang diraba adalah kelompok kelenjar getah bening yang biasanya mempunyai hubungan yang erat dengan adanya kanker payudara. Gambaran penting pada benjolan atau limfonodus adalah ukurannya bentuk, mobilitas, atau fiksasi Tjindarbumi, 2002. 3. Pemeriksaan Lanjutan Yaitu apabila adanya kelainan pada payudara atau teraba benjolan. Pemeriksaan dapat berupa yaitu mammografi, pemeriksaan petanda tumor, pemeriksaan USG dan MRI, serta bila diperlukan dari histopatologi. 1. Mammografi adalah pemeriksaan radiologis khusus menggunakan sinar X dosis rendah untuk mendeteksi kanker payudara sedini mungkin, bahkan sebelum tampak perubahan pada payudara atau adanya benjolan. Bila pemeriksaan Universitas Sumatera Utara mammografi dikombinasikan dengan ultrasonografi USG akan meningkat ketepatan diagnosis dari 70 menjadi 90 Dalimartha, 2004. 2. USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membuat gambar dari jaringan payudara. USG dapat membedakan antara massa padat yang mungkin kanker, dan kista berisi cairan yang biasanya bukan kanker cancer.net 3. MRI menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras pewarna khusus dapat disuntikkan ke dalam vena pasien untuk menciptakan gambar yang lebih jelas. Menurut American Cancer Society, perempuan berisiko tinggi untuk kanker payudara misalnya, wanita dengan kanker payudara mutasi gen BRCA2 atau riwayat keluar kanker payudara harus menerima MRI screening bersama dengan mammogram. MRI sering lebih baik dalam melihat sebuah massa kecil di dalam payudara seorang wanita dari mammogram atau USG, terutama bagi perempuan dengan jaringan payudara yang sangat padat, namum memiliki tingkat lebih tinggi hasil tes positif palsu hasil tes yang menunjukkan kanker padahal mungkin tidak hadir kanker cancer.net. 4. Pemeriksaan petanda tum0r untuk kanker payudara, seperti MCA mucin-like carcinoma antigen Dalimartha, 2004.

2.2.8. Penatalaksanaan Kanker Payudara