Nilai kosmopolitan sebagai Fenomena Globalisasi dan Dampaknya pada

Lili Halimah, 2014 HARMONISASI NILAI KOSMOPOLITAN DAN ETNISITAS MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENGARUHNYA TERHADAP NASIONALISME SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menyebarkan paham imperialismenya, terutama bagi negara-negara miskin atau negara berkembang. Pernyataan Ohmae di atas dikritisi oleh Giddens 2004 bahwa globalisasi tidak pernah sungguh-sunggih mengikis suatu identitas atau kedaulatan politik negara, tetapi lebih pada isu-isu pergerakan manusia, barang dan jasa yang lebih mudah lintas-batas. Negara pasti ada dan batas-batas itu tetap ada serta dapat dipertahankan. Tiga perspektif tentang pengaruh globalisasi, yakni: 1 homogenisasi, yakni proses atau beberapa proses yang digunakan untuk membuat campuran menjadi seragam, 2 divergensi, yakni proses penyebaran dan pemecahan menjadi beberapa keragaman, dan 3 hibridisasi, yakni proses peleburan atau gabungan sehingga menjadi bentuk yang baru. Salah satu fenomena globalisasi yang mengemuka adalah nilai kosmopolitan yang memiliki dampak tertentu terhadap nasionalisme siswa, penulis akan menguraikannnya pada bagian berikut.

3. Nilai kosmopolitan sebagai Fenomena Globalisasi dan Dampaknya pada

Nasionalisme Siswa Bangsa Indonesia pada era globalisasi ini dihadapkan pada kekuatan utama yang dapat menghimpit semangat nasionalisme, yakni nilai kosmopolitan yang beriringan dengan globalisasi. Held 1999 dan Giddens 2004 memiliki kesamaan pemikiran mengenai globalisasi, khususnya untuk Held, dikaitkan dengan ikhwal kosmopolitansime, yakni mereka mengajukan gagasan atas “globalisasi” yang memiliki kecenderungan “negatif”, seperti mendorong konsumerisme, homogenisasi tertentu yang membawa efek negatif pada identitas lokal, menguatkan neo-liberalisme dsb. Hal tersebut disebabkan globalisasi akan dapat mengancam budaya bangsa sehingga budaya kosmopolitan yang dihasilkan oleh globalisasi akan muncul dan dapat mematikan budaya nasional atas suatu bangsa Tilaar, 2002, hlm. 4 dan dapat mempersempit ruang gerak Kalidjernih, 2009, hlm. 29. Sementara itu, Lili Halimah, 2014 HARMONISASI NILAI KOSMOPOLITAN DAN ETNISITAS MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENGARUHNYA TERHADAP NASIONALISME SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu “globalisasi positif” yang diasosiasikan dengan cita-cita nilai kosmopolitan, seperti kesadaran dan upaya-kerja sama dalam skala global dalam mengatasi pelbagai masalah lokal dan nasional, dibangun pelbagai badan dunia untuk kemaslahatan umat manusia yang tidak mungkin diatasi oleh sebuah negara secara individu, tetapi perlu merangkul negara- negara lain. Contoh lain yang berkenaan dengan nilai kosmopolitan adalah degradasi ekologi, seperti ikhwal karbon sebagai akibat pembabatan hutan dan kebakaran lahan. Uni Eropa menyokong dana, pakar dan pengetahuan dalam mengatasi masalah ini. Sementara itu, beberapa negara lain, seperti Indonesia, terlibat meminimalkan degradasi tersebut. Sejalan dengan dunia yang semakin menglobal globalizing world dalam tradisi ilmu sosial nilai kosmopolitan dianggap sebagai oposisi dari nasionalisme Kalidjernih, 2009, hlm. 1. Atau dengan kata lain, nasionalisme secara ideologinya adalah anti kosmopolitanisme Jaafar, 2009, hlm. 18 dan 20. Selain itu, kosmopolitanisme sebagai suatu etika politik ideal muncul sebagai suatu proyek kenegaraan dalam bentuk baru yang terbentuk dengan melampaui batas-batas sebuah negara dan pemerintahan transnasional seperti halnya kemunculan dari satu hukum masyarakat global yang kokoh Nowicka dan Rovisco, 2009, hlm. 1-5. Sehingga nasionalisme dan kosmopolitan dapat dipahami sebagai dua sisi yang saling berkaitan. Apabila nasionalisme menyangkut paham kebangsaan berupa kesetiaan warga negara terhadap negaranya, maka kosmopolitan sebaliknya merujuk kepada kondisi bahwa seseorang merasa adalah bagian keseluruhan secara global sehingga seringkali hilang identitasnya sebagai warga negara suatu bangsa Mardawani, 2011, hlm. 56. Dengan demikian, kosmopolitanisme sering dilabelkan pada individu yang bergerak secara fisik dan berada di luar asal mereka serta menghadirkan suatu jenis budaya spesifik, atau orang-orang yang sudah belajar dan merasa nyaman dalam seting budaya yang beragam Mau, S, Lili Halimah, 2014 HARMONISASI NILAI KOSMOPOLITAN DAN ETNISITAS MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENGARUHNYA TERHADAP NASIONALISME SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mewes, J and Zimmermann, 2008, hlm. 4. Dalam pengertian lain, nilai kosmopolitan merujuk kepada suatu paham atau gagasan bahwa semua manusia, tanpa memandang latar belakangnya adalah anggota dari sebuah komunitas Kalidjernih, 2009, hlm. 4. Maksudnya, nilai kosmopolitan mengarahkan kepada suatu kehidupan yang “tanpa-batas” borderless yang erat kaitannya dengan globalisasi sehingga nilai kosmopolitan dapat juga dianggap sebagai ideologi yang menganggap semua kelompok etnis manusia milik sebuah komunitas tunggal berdasarkan pada moralitas bersama. Pada tingkatan umum, nilai kosmopolitan dapat diuraikan sebagai suatu orientasi dan suatu kesediaan untuk terlibat dan berinteraksi dengan pihak lain Mau, S, Mewes, J and Zimmermann, 2008, hlm. 3. Hal tersebut memerlukan suatu keterbukaan yang estetis dan intelektual ke arah pengalaman budaya yang berbeda, suatu pencarian keragaman budaya bukannya keseragaman Held, 1996, hlm. 103. Bagaimanapun juga, pemahaman konsep tersebut dapat diterapkan dengan maksud sangat berbeda dan pada gejala berbeda berkisar antara perspektif filosofis, etis dan ideologis ke sikap individu, seperti halnya ke agama, kota dan lingkungan pergaulan budaya mereka Roudometof, 2005, hlm. 116. Nilai kosmopolitan tidak sendiri dalam mempengaruhi nasionalisme. Nilai lain yang juga mengemuka dan menguat adalah nilai etnisitas. Berikut diuraikan mengenai penguatan etnisitas dalam konteks nilai-nilai nasionalisme.

4. Penguatan Etnisitas dalam Konteks Nasionalisme

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Di Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta Tahun 2014

5 39 164

Hubungan faktor individu dan karakteristik sanitasi air dengan kejadian diare pada BALITA umur 10 – 59 Bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013

0 49 163

Hubungan Antara Individual Arena dan Work Arena dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip di PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

0 4 183

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 16 128

KONTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME PADA FILM Kontruksi Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Film (Analisis Isi “Film Soekarno” Untuk Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan).

0 3 12

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 2 23

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 1 12

PEMETAAN LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA CIMAHI MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

0 3 41

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN DEMOKRASI DALAM MENUMBUHKAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Studi Naturalistik Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 3 Cimahi.

0 1 47

(B. Pendidikan) Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Berbasis Nasionalisme di Sekolah Menengah Atas dan Implikasinya terhadap Pembentukan Masyarakat Madani Kota Surakarta.

0 0 2