Statistik Deskriptif Deskripsi Data

commit to user 39

2. Statistik Deskriptif

Stastistik deskriptif dalam penelitian ini dilakukan guna mencari nilai rata-rata mean, maximum, minimum, dan standar deviasi dari data yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif dalam penelitian ini menggambarkan environmental disclosure yang diukur dengan menggunakan disclosure index, content analysis dan disclosure scoring pada perusahaan sampel, profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan ownership concentration yang digunakan dalam penelitian ini. Statistik desktiptif perusahaan yang menjadi sampel disajikan pada tabel IV.4 di bawah ini. Tabel IV.4 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ED_Index 59 0,96 15,07 4,28 2,58 ED_Content 59 1 49 10 9,53 ED_Scoring 59 2,90 34,39 8,57 5,91 ROA 59 -2,49 28,40 4,36 5,42 Leverage 59 5 1496,52 292,67 374,57 OC 59 25 94 54,48 14,93 Size dalam Jutaan Rupiah 59 134596 358438678 29513638 69185678 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rerata environmental disclosure yang diungkapkan oleh perusahaan di Indonesia jika diproksikan dengan index IER sebesar 4,28 dengan nilai pengungkapan environmental disclosure terendah yaitu sebesar 0,96 dilakukan oleh PT Sentul City dengan item dari Sumber: Hasil Pengolahan Data commit to user 40 IER yang diungkapkan hanya 2 yaitu renewable initiatives dan recyling water. Kutipan annual report dari PT Sentul City seperti berikut ini: Perseroan menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan usahanya, melekat pula tanggung jawab sosial terhadap lingkungan masyarakat serta lingkungan alam. Dengan pemahaman tersebut, Perseroan berupaya menciptakan harmoni antara pencapaian tujuan usaha dengan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Terjaganya kelestarian lingkungan alam mendapat perhatian penting dari Perseroan. Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL Perseroan dilaksanakan untuk seluruh tahapan kegiatan Perseroan. Berkaitan dengan hal tersebut, Perseroan mengatur pelaksanaan pembuangan limbah antara lain untuk limbah dengan tersedianya fasilitas Sewage Treatment Plant STP dan tempat pembuangan sementara TPS sampah. Perseroan juga telah membangun system drainase yang terpisah dengan pembuangan air limbah dimana limbah diolah terpusat dan tidak diresapkan ke dalam tanah melainkan didaur ulang untuk keperluan lain, seperti irigasi lapangan golf. Sedangkan nilai tertinggi atas environmental disclosure yang dilakukan perusahaan didapat oleh PT Elnusa Tbk yaitu sebesar 15,07 yang mengungkapkan sebanyak 9 item IER yaitu incident and fines, programs for protection, waste by type, impacts of activities, materials by type, environmental expense, energy consumption, impacts of products, Greenhouse Gas Emissions GGEs. Hal ini dapat dilihat dari kutipan annual report perusahaan tersebut antara lain sebagai berikut: Pembuangan sisa minyak dan gas serta limbah hasil aktivitas usaha lainnya dapat mengakibatkan pencemaran udara, tanah, dan air yang dapat menimbulkan kerugian terhadap negara, dan pihak ketiga, dimana Perseroan harus mengganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan. Untuk mengurangi risiko ini, perseroan menerapkan strategi pengurangan risiko reduce risk, dengan mengimplementasikan sistem manajemen mutu dan K3L. Dalam mengimplementasikan budaya peduli lingkungan, pada tahun 2008 Perseroan mengambil langkah strategis dalam memilih bahan-bahan material perkantoran yang ramah lingkungan. Perlengkapan stationery seperti kertas, amplop dan alat kerja, mengutamakan bahan yang bebas racun acid free, serta bersertifikat commit to user 41 ramah lingkungan environmental certification. Demikian pula dalam upaya mereduksi sampah dan hemat energi, dibudayakan gaya hidup hemat bahan seperti penggunaan kertas bekas secara optimal dan penggunaan daya listrik efisien. Di kawasan pusat kegiatan perkantoran, dilakukan kegiatan pemilahan sampah organik dan anorganik serta penghijauan ruang kerja. Pada tahun 2008, Perseroan menggerakkan seluruh karyawan dari mulai tingkat Direksi hingga support untuk peduli lingkungan melalui kegiatan pemeriksaan emisi gratis untuk kendaraan dan pembuatan biopori AR PT Elnusa, 2008. Rerata perusahaan dalam mengungkapkan item environmental disclosure masih rendah. Dari 59 perusahaan yang dijadikan sampel, hanya 17 perusahaan yang mengungkapkan item environmental disclosure di atas rerata. Sementara itu, jika menggunakan measurement content analysis yang diproksikan dengan jumlah kalimat, perusahaan di Indonesia mempunyai rerata environmental disclosure yang diungkapkan perusahaan sebanyak 10 kalimat dengan nilai terendah sebanyak 1 kalimat saja seperti yang dilakukan oleh Bank Kesawan, PT Ciputra Property, PT Nusantara Infrastructure dan PT Tira Austenite, sedangkan nilai tertinggi dilakukan oleh PT Bakrieland Development yang mengungkapkan environmental disclosure sebanyak 49 kalimat. Sedikit kutipan dari annual report PT Bakrieland Development berbunyi seperti ini: Konsep CSR yang dikembangkan Bakrieland dalam bentuk program “Bakrieland Goes Green” adalah suatu konsep CSR yang terintegrasi, yang menunjukkan komitmen Perusahaan untuk mengintegrasikan kepentingan ekonomi profit, kepedulian sosial people, dan partisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet dalam operasi bisnis untuk mewujudkan terciptanya pengembangan pemangku kepentingan yang berkelanjutan dan lingkungan yang lestari. Bagi Bakrieland, program CSR Terintegrasi bersifat lebih dari sekedar perwujudan kedermawanan philanthropy perusahaan. Program CSR Terintegrasi mempunyai visi untuk mendukung terciptanya properti yang peduli terhadap kualitas, lingkungan, sosial, ekonomi yang berkelanjutan melalui implementasi program commit to user 42 green architecture, green operation, dan green attitude. Visi ini berusaha dicapai melalui misinya mengimplementasikan komitmen untuk menciptakan lingkungan yang lestari melalui program-program green architecture dan green operation, serta menciptakan peningkatan kualitas sosial ekonomi yang berkelanjutan melalui program-program green attitude. Melalui program-program CSR Pada tanggal 4 Februari 2008, Bakrieland secara resmi meluncurkan program CSR Terintegrasi “Bakrieland Goes Green.” Pelaksanaan program ini dilandasi oleh UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 yang isinya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan yang terkait dengan sumber daya alam yang menghasilkan limbah. Secara internal, program ini dimaksudkan untuk mendorong budaya kerja yang lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat yang diinginkan. Secara eksternal, diharapkan dapat membentuk dan menciptakan sustainable development dengan menciptakan dan melibatkan sinergi dari semua pihak secara terus menerus dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan yang lebih sejahtera dan mandiri. Program BGG selain memiliki dimensi lingkungan, juga memiliki dimensi sosial-budaya dan ekonomi. Perwujudannya dilakukan melalui program-program yang menerapkan prinsip green architecture, green operation and green attitude, mulai dari sisi perencanaan hingga pengembangan pada seluruh proyek Bakrieland, baik dalam pengembangan City Property, Landed Residential, serta Hotel dan Resort maupun Infrastruktur. AR PT Bakrieland Development, 2008. Ditinjau dari content analysis, rerata perusahaan di Indonesia sudah banyak yang melakukan environmental disclosure. Dari 59 perusahaan yang dijadikan sampel, 25 perusahaan di antaranya sudah mengungkapkan environmental disclosure di atas rerata. Dari Tabel IV.4 dapat dilihat pula rerata environmental disclosure yang dilakukan perusahaan di Indonesia berdasarkan jumlah item yang diungkapkan yaitu sebesar 8,57 atau sekitar 3 item saja. Hal ini menggambarkan bahwa cakupan item yang diungkapkan oleh perusahan di Indonesia masih kurang dan tidak merata. Hal ini dibuktikan dengan nilai tertinggi item yang diungkapkan commit to user 43 sebesar 34,3 atau sekitar 12 item yang dilakukan oleh PT Bakrieland Development, sedangkan nilai terendah sebesar 2,90 atau cuma 1 item saja. Ada 13 perusahaan yang hanya mengungkapkan 1 item saja. Rerata profitabilitas perusahaan di Indonesia berdasarkan sampel dalam penelitian ini sebesar 4,4 dengan nilai tertinggi sebesar 28,40 yang dicapai oleh PT Adira Dinamika Multi Finance, sedangkan nilai terendah yaitu sebesar - 2,49 yang dicapai oleh PT Truba Manunggal. Masih ada perbedaan signifikan antara perusahaan yang mempunyai profit tinggi dan profit rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah 59 perusahaan yang dijadikan sampel, hanya 17 perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas di atas rerata, 42 sisanya masih di bawah rerata. Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas perusahaan di Indonesia belum merata, masih ada perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi sekali dan masih ada perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah sekali. Untuk tingkat leverage perusahaan di Indonesia mempunyai rerata sebesar 292,67 dengan nilai tertinggi sebesar 1496,52 dicapai oleh Bank Kesawan dan nilai terendah sebesar 5 didapat oleh PT Mas Murni Indonesia.. Dari 59 perusahaan yang dijadikan sampel, 44 perusahaan diantaranya masih jauh di bawah rerata sedangkan 15 perusahaan sisanya di atas rerata. commit to user 44 Tingkat ownership concentration di Indonesia mempunyai rerata sebesar 54,48 yang menggambarkan bahwa rerata kepemilikan perusahaan di Indonesia sudah terpusat yang berarti kebanyakan perusahaan telah dikuasai atau dikendalikan oleh pemegang saham mayoritas. Nilai tertinggi kepemilikan saham didapat oleh Aqua Golden Missisipi yaitu sebesar 93,60 dan nilai kepemilikan terendah dipegang oleh PT Tempo Inti Media yaitu hanya 24,83 saja. Berdasarkan Tabel IV.4 dapat diketahui pula rerata ukuran perusahaan di Indonesia yang diukur dengan Total Aset masing-masing perusahaan yaitu sebesar Rp. 29.513.638.000.000,- dengan ukuran perusahaan terbesar dipegang oleh Bank Mandiri yaitu sebesar Rp. 358.438.678.000.000,-, sedangkan ukuran perusahaan terkecil didapat oleh PT Tempo Inti Media yaitu hanya sebesar Rp. 134.596.000.000,-. Ada selisih yang cukup banyak antar ukuran perusahaan terbesar dan terkecil yaitu sekitar 2600 kali. Hal ini membuktikan bahwa range ukuran perusahaan di Indonesia lebar dan tidak merata. Dapat dilihat pula, dari 59 perusahaan yang dijadikan sampel, 48 diantaranya masih di bawah rerata dan 11 perusahaan sisanya jauh melampaui jumlah rerata.

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil