d. Tidak memperlihatkan pembukuan, dokkumen, dan catatan lain kepada pejabat pajak. e. tidak memberikan kesempatan kepada pejabat pajak untuk melakukan pemeriksaan
setempat f. tidak menyampaikan surat pemberitahuan.
g. tidaak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan NPWP NPPKP tanpa hak dan
h. tidak menyetorkan pajak yang telah dipunggut.
B. Realisasi Undang-Undang Perpajakan Diakaitkan dengan Undang-Undang Korupsi
Melihat begitu besarnya peranan penerimaan pajak bagi negara maka undang –
undang tentang perpajakan beberapa kali mengalami perubahan untuk menyesuaikan perkembangan dalam bidang perpajakan sehingga tindak pidana di bidang perpajakan bisa di
dikurangi antisipasi . Aturan – aturan secara umum mengacu pula pada aturan – aturan yang
lebih umum baik pada Undang – Undang Hukum Pidana maupun Undang – Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
92
Dalam penjelasan pasal 38 UU No. 6 tahun 1983 Jo.UU No.9 tahun 1997 Jo. UU No.16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan disebutkan : Pelanggaran
terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak, sepanjang menyangkut administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak
pidana di bidang perpajakan dikenakan sanksi pidana. Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini bukan merupakan pelanggaran administrasi tetapi merupakan
tindak pidana “. Penjelasan pasal 38 di atas secara jelas mengatur tentang dasar hukum tindak pidana di bidang perpajakan. Namun dalam praktek baik jaksa maupun hakim lebih
cenderung menerapkan ketentuan undang – undang tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi terhadap kasus-kasus yang berkaitan tindak pidana perpajakan . Hal ini diungkapkan
92
Sarwirini, Kejahatan Dibidang Perpajakan, Jural Yustika Volime II No. 1 Juli 1999, Surabaya
Universitas Sumatera Utara
oleh pakar hukum pidana Unair DR.Sarwarini,SH,MS 1999 : 9 : Keadaan ini terjadi , baik sebelum maupun sesudah diterapkannya undang
– undang perpajakan yang baru. Keadaan tersebut dapat ditolerir jika terjadi sebelum diterapkannya undang undang perpajakan yang
lama, tapi sesungguhnya , sangat memalukan, jika dipakai sesudah penerapan undang –
93
undang perpajakan baru”.dimana menyalahi azas lex specialist derogat generali. Dalam menjerat pelaku tindak pidana perpajakan hakim dan jaksa cuma mengacu
pada pasal 14 UU No. 31 tahun 1999 : setiap orang yang melanggar ketentuan undang –
undang yang secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan undang - undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam undang
– undang ini. Pasal 43 B UU No. 31 tahun 1999 Jo. UU No. 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi masih bersifat umum itu sehingga perlu di terapkan peraturan
– peraturan yang bersifat khusus yaitu UU No. 6 tahun 1983 Jo. UU No. 9 tahun 1997 Jo. UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan .
Dalam proses persidangan tampak bahwa, selain majelis hakim belum pernah menyidangkan kasus perpajakan , hakim maupun jaksa kurang memahami segi teknis
ketentuan formal dan materiil yang berkaitan dengan system perpajakan yang baru, hal ini dapat kita lihat dari kasus penggelapan pajak yang divonis penjara 26 tahun karena
menyelewengkan dana pajak PT Semen Tonasa . Kedua orang itu yakni Iwan Zulkarnain 34 dihikum 16 tahun dengan hukuman denda Rp. 100 juta subsider enam bulan kurungan
dan kewajiban membayar uang pengganti kepada negara Rp. 27 Milyar subsider dua tahun penjara dan Asriadi divonis 10 tahun dengan denda Rp. 100 Juta subsider tiga bulan
kurungan dan membayar uang pengganti kepada negara Rp. 13 milliar subsider satu tahun penjara oleh Majelis Hakim PN Makassar, Selasa 28 Oktober 2003. Vonis tersebut lebih
93
Ibid
Universitas Sumatera Utara
ringan dari tuntutan tim Jaksa Penuntut JPU Muh.Zainal Arif,SH yang menuntut Iwan Zulkarnaen dengan hukuman 20 tahun penjara, sedangkan Asriadi 15 tahun penjara.
94
Dalam amar putusannya, majelis hakim menyebutkan bahwa terhukum Iwan Zulkarnain terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah menurut hukum melakukan tindak pidana
korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 13 Jo. Pasal 18 UU No. 31 tahun 1999 Jo. No. 20 Tahun 2001 Jo. Pasal 55 ayat 1 Jo. Ke 1 jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP . Terhukum melakukan
pertemuan dengan terdakwa Asriadi – berkas perkaranya terpisah- yang juga mantan
pegawai Kantor Pajak Wilayah XV Sulawesi Selatan. Sedangakn Asriadi terbukti melanggar pasal 2 ayat 1 Jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 Jo.UU No. 20 Tahun 2001 Jo. Pasal 55
ayat 1 ke 1 pasal 64 ayat 1 KUHP tentang Tindak Pidana Korupsi.
95
Seharusnya hakim dalam memvonis kasus di atas di samping mengacu pada Kitab Undang
– Undang Hukum Pidana dan Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga menerapakan Undang
– Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan khususnya pasal 39 1
huruf g yang berbunyi : “ setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah di punggut atau di potong,sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan denda paling tinggi 4 empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar.”
96
Dari kasus penggelapan pajak ini saja baik jaksa maupun hakim sama sekali tidak memasukkan pasal-pasal yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang mengatur secara khusus kasus perpajakan specialist .
97
C. Faktor-Faktor terjadinya Tindak Pidana Korupsi di Bidang Perpajakan