Latar Belakang Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 T

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang didunia yang sedang gencar melaksanakan kegiatan pembangunan nasional disegala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu segala kegiatan dan usaha untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa merupakan usaha bersama dari bangsa dari seluruh rakyat yang dilakukan secara bahu membahu dan dijiwai semangat kebersamaan. Uang sebagai modal dalam pemenuhan dana dan biaya pembangunan, diperoleh dari sumber dalam negeri maupun luar negeri. Sumber kemampuan dalam negeri inilah merupakan sumber utama, yang didapatkan melalui sumber daya alam seperti minyak bumi, mineral dan gas. Adapun sumber dana lainnya yang bukan merupakan sumber daya alam, adalah pajak. Dapat diketahui bahwa sumber dana untuk mewujudkan pembangunan nasional itu selain yang bersumber dari sumber daya alam, juga dari penerimaan pajak. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembangunan dengan bekerjasama dengan masyarakat yang salah satu caranya adalah menarik biaya melalui pajak dari masyrakat. Pajak merupakan potensi besar dalam mengumpulkan dana demi pembangunan, akan tetapi potensi ini tidak berjalan sesuai rencana pembangunan. Penarikan pajak cenderung kecil dari potensi untuk mendapatkan peneriman pajak yang cukup. Hal ini terjadi selain karena adanya kebijakan baru, juga karena adanya tindak pidana yang dilakukan dalam ruang lingkup perpajakan seperti penggelapan pajak. Universitas Sumatera Utara Di tengah upaya pembangunan nasional diberbagai bidang, aspirasi masyarakat untuk memberantas tindak pidana yang dilakukan dalam ruang lingkup perpajakan dan kejahatan lainnya semakin meningkat. Dalam kenyataan adanya perbuatan tindak pidana yang dilakukan dalam ruang lingkup perpajakan telah menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat berdampak pada timbulnya krisis diberbagai bidang. Untuk itu, upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana yang dilakukan dalam ruang lingkup perpajakan perlu semakin ditingkatkan dan diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat. Sebelum reformasi Undang-Undang perpajakan yang dimulai tahun 1983, tindak pidana perpajakan diselesaikan dengan peraturan peninggalan penjajahan seperti ordonansi pajak pendapatan 1944, dan Undang-Undang pemberantasan tindak pidana korupsi 1 . Disamping itu penyelesaian tindak pidana perpajakan diselesaikan dengan menggunakan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP, sebagai kitab umum kejahatan pidana yang salah satunya adalah penggelapan. Namun beberpa dekade setelah indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1983, perkembangan perundang-undangan perpajakn dimulai dan tindak pidana perpajakan diatur tersendiri dengan Undang-Undang perpajakan. Pada tahun 1983, telah lahir 3 tiga Undang-Undang perpajakan berikut aturan pelaksanaannya, yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan 3. Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa Pajak Penjualan barang mewah 1 Warta Warga, Perpajakan indonesia , http:wartawarga.gunadarma.ac.id diakses pada tanggal 17 April 2013 pukul 15.43. Universitas Sumatera Utara Namun dalam perkembangannya perundang-undangan tersebut tidak dapat diaplikasikan sesuai perkembangan keadaan sehingga diperbaharui diselesaikan melalui Undang-Undang yang baru, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Kemudian pada tahun 2000, dibuat kembali perubahan keduan terhadap Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tersebut, menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000. Meskipun telah melalui perubahan kedua, pengaturan Perpajakan dirasakan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat, sehingga dilakukan perubahan ketiga menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tindak pidana perpajakan cenderung masi dilakukan, akibatnya yaitu merugikan keuangan negara. Walaupun peraturan perundang-undangan yang mengatur perpajakan beserta tindak pidana perpajakan telah dilakukan beberapa kali penyesuaian, akan tetapi peraturan ini tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana yang dapat menanggulangi tindak pidana perpajakan dan sebagai pengaturan mengenai penghimpunan sumber keuangan. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam ruang lingkup perpajakan, disebabkan berbagai faktor yang antara lain menyangkut mentalitas aparat, dan petugasnya, mentalitas dari wajib pajaknya, dan kelemahan administrasi tata cara termasuk birokrasi pengelolaa pajak yang panjang. Pada saat pasca-reformasi Undang-Undang perpajakan tahun 1983, sistem perpajakan kita menganut self- assessment system, wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terhutang 2 . Dari faktor-faktor tersebut, wajib pajak ataupun petugas pajak itu sendiri memiliki peluang untuk melakukan tindak pidana perpajakan. Tindak pidana perpajakan dalam penerapannya tidak hanya menggunakan peraturan perpajakan saja. Beberapa kejahatan yang dilakukan di bidang perpajakan, dapat 2 Yustinus Prastowo, Panduan Lengkap Pajak,Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009, hlm.81. Universitas Sumatera Utara dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi. Tindak Pidana Perpajakan tersebut memenuhi syarat dari sifat kejahatan dan dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi. Sifat kejahatan kejahatan tersebut memenuhi syarat memperkaya diri sendiri atau orang lain dan merugikan keuangan negara. Sejalan dengan perkembangan dan perluasan arti dari keuangan negara, dan memperkaya diri dalam perundang-undangan korupsi maka makin berkembang pula kemungkinan penerapan perundang-undangan korupsi terhadap tindak pidana perpajakan. Pada tahun 2009, Pegawai Negeri Sipil dari Dirjen Pajak Gayus Halomoan P Tambunan, diputus bebas oleh PN Tanggerang terkait kasus penggelapan dana sebesar Rp. 25.000.000.000 dua puluh lima miliar rupiah Namun, putusan tersebut dibatalkan terkait dengan kasus penyuapan terhadap Jaksa dan Penyidik. Adanya dugaan tindak pidana perpajakan dan tindak pidana korupsi membuat peneliti tertarik untuk membahas penerapan Undang-Undang Perpajakan dalam menyelesaikan tindak pidana perpajakan sekaligus penerapan Undang-Undang Korupsi terhdap tindak pidana perpajakan, yang bertitik tolak dari pandangan pentingnya penyelamatan sumber keuangan sektor pajak, yang selama ini terus terjadi pelanggaran. Berdasarkan hal tersebut diatas Peneliti mencoba membahas dan melaksanakan penelitian, yang diwujudkan dalam bentuk skripsi berjudul : “Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Studi Hukum Kasus Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, NO. 1198 KPid.Sus2011 ” B. Perumusan Masalah Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian diatas timbul beberapa masalah yang perlu dikaji dalam penulisan ini antara lain : 1. Bagaimanakah hubungan antara tindak pidana perpajakan dengan tindak pidana korupsi sehingga Undang-Undang Tipikor dapat diterapkan pada tindak pidana perpajakan ? 2. Bagaimanakah sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana perpajakan yang masuk kedalam perbuatan tindak pidana korupsi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dokumen yang terkait

Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberan

0 79 114

Tinjauan Normatif Terhadap Pembatasan Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan dan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dalam Penyelesaian Kasus Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Uang Merugikan Keuangan Negara.

0 0 36

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.

0 0 114

Efektivitas Sanksi Pidana Bagi Wajib Pajak Yang Melanggar Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

0 1 114

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP ) Undang-undang nomor 28 tahun 2007

0 0 46

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA PAJAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (Studi di Pengadilan Pajak Jakarta)

0 0 9

Bab II - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Und

0 1 18

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49