Pengaruh konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai (Alstonia scholaris R. Br.)

(1)

PENGARUH KONSENTRASI

COLCHICINE

TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TUMBUHAN

PULAI (

Alstonia scholaris

R. Br.)

ARHAMIN KR

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

PENGARUH KONSENTRASI

COLCHICINE

TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TUMBUHAN

PULAI (

Alstonia scholaris

R. Br.)

ARHAMIN KR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(3)

RINGKASAN

ARHAMIN Kr. Pengaruh Konsentrasi Colchicine terhadap Pertumbuhan

Bibit Tumbuhan Pulai (Alstonia scholaris R. Br.). Dibimbing oleh Ir. Edhi

Sandra, MSi dan Ir. Sis woyo, MSi.

Pulai merupakan salah satu tumbuhan berguna yang terdapat di Indonesia. Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat. Pemanfaatan obat tradisional saat ini cenderung semakin meningkat. Untuk mengantisipasi kecenderungan meningkatnya penggunaan obat tradisional serta eksploitasi di alam maka perlu dilakukan upaya peningkatan mutu dan produksi tanaman obat budidaya. Selain itu juga diperlukan peningkatan nilai manfaat tumbuhan pulai agar kelestariannya juga dapat dijaga. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu dan nilai manfaatnya adalah dengan pemberian zat kimia

colchicine yang memiliki kemampuan membentuk tanaman poliploid.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konsentrasi colchicine

terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai pada media pembibitan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010. Penelitian ini disusun menggunakan metode statistika RAL satu faktorial. Terdapat empat perlakuan menggunakan colchicine dengan konsentrasi berbeda dan kontrol. Konsentrasi

colchicine yang digunakan adalah 0,5 mg/l, 1,0 mg/l, 1,5 mg/l, dan 2,0 mg/l. Setiap perlakuan memiliki 10 ulangan sehingga total terdapat 50 unit percobaan. Pemberian colchicine dilakukan selama tiga hari berturut-turut, kemudian diberi jeda selama dua minggu. Perlakuan diulang sebanyak enam kali. Pengamatan dilakukan selama jeda setiap satu minggu, terhadap seluruh unit percobaan meliputi parameter pertambahan tinggi tunas, diameter, dan jumlah daun. Pemeliharaan meliputi pemberian pupuk hyponex hijau, hormon tunas, bakterisida, fungisida, amoxycilin, dan penyiangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan tinggi tunas dan diameter terbesar pada konsentrasi 1,0 mg/l, sedangkan rata-rata pertambahan jumlah daun terbanyak pada tanaman kontrol. Secara keseluruhan berdasarkan uji statistik pada tiga parameter tersebut tidak ada pengaruh yang berbeda nyata, namun tidak dapat dipungkiri kemungkinan terjadinya poliploidi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian konsentrasi colchicine

pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada kecenderungan terjadinya poliploidi pada bibit yang diberikan perlakuan.


(4)

SUMMARY

ARHAMIN Kr. Effect of Colchicine Concentration on The Growth of Pulai Seedling (Alstonia scholaris R. Br.). Supervised by Ir.Edhi Sandra, MSi and

Ir.Siswoyo, MSi.

Pulai is one of useful plant in Indonesia. This plant has efficacy as a herb. Use of traditional herbs currently tends to increase. To anticipate the increasing use of traditional herbs and exploitation, it is necessary to improve the quality and production of medicinal plant cultivation. It also required to increase the benefits of pulai so it is possible to keep its sustainability. To improve the quality and value of pulai benefits is by providing chemical colchicine which has the ability to form poliploid plants.

This research aims to examine the effect of colchicine concentration on the growth of pulai seedling on nurseries media. The research was conducted in Tissue Culture Laboratory, Research Center for Science Bogor Agriculture University from May to August 2010. This research was compiled using statistical methods of RAL One Factorial. There are four treatments using colchicine with different concentrations and control. Colchicine concentration used was 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l, and 2.0 mg/l. Each treatment had 10 replications for a total of 50 units. Colchicine was given until three days consecutively, then controlled the plant for two weeks as a break. The treatment was repeated six times. Observation was done in one week during the break, for all experimental units include its parameters such as the growth of height of shoot, diameter, and number of leaves. Plant cultivation includes the provision of green hyponex fertilizer, hormones of the shoot, bactericide, fungicide, amoxycilin, and weeding.

The results of this research indicate that the highest average height of shoot and diameter is found at a concentration of 1.0 mg/l, while the average of highest number of leaves is found on control plants. Overall, the result of statistical test on three parameters is not significantly different, but it can not be denied from a possibility of poliploid.

The conclusion of this research is the concentration of colchicine in this research does not provide a significantly different effect on the growth of seedlings pulai, but it can not be denied that there was a tendency of poliploid on seedlings given treatment.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Colchicine terhadap Pertumbuhan Bibit Tumbuhan Pulai (Alstonia scholaris R. Br.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Arhamin Kr E34060399


(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Colchicine terhadap Pertumbuhan Bibit Tumbuhan Pulai (Alstonia scholaris R. Br.)

Nama Mahasiswa : Arhamin Kr NRP : E34060399

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Edhi Sandra, M.Si Ir. Siswoyo, M.Si

NIP : 196610191993031002 NIP : 196502081992031003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. H Sambas Basuni, MS NIP : 19580915 198403 1 003


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, dengan judul Pengaruh Konsentrasi Colchicine terhadap Pertumbuhan Bibit Tumbuhan Pulai (Alstonia scholaris R. Br.).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi dan Bapak Ir. Siswoyo, MSi yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, penghargaan penulis disampaikan pula kepada pihak Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingk ungan Hidup IPB, Mbak Yuli Fitriani, S.Hut dan rekan-rekan yang telah membantu penulis selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu, ayah, kakak dan adik-adik tercinta, serta seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2011


(8)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuro Tidur, Bengkulu pada tanggal 6 Agustus 1986 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Karman Dj, MPd dan Ibu Rahmilawati, SPd. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SDN 6 Arga Makmur Bengkulu Utara dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998, pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Arga Makmur sampai tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke I’dad Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2002. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di MA Negeri Keterampilan Arga Makmur sampai tahun 2005. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Selama di IPB penulis aktif di organisasi IMBR (Ikatan Mahasiswa Bumi Rafflesia) sebagai Wakil Ketua tahun 2006-2007, DPM Fakultas Kehutanan IPB tahun 2007-2008, HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata) tahun 2007-2008, DKM Ibaadurrahman tahun 2007-2008, BEM FAHUTAN IPB sebagai Wakil Ketua tahun 2008-2009, ISPC BEM KM IPB Bidang Kajian Nasional tahun 2008-2009.

Praktek yang diikuti penulis terdiri dari Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) penulis laksanakan di Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) pada tahun 2010.

Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Colchicine terhadap Pertumbuhan Bibit Tumbuhan Pulai (Alstonia scholaris R. Br.) di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, MSi dan Ir. Siswoyo, MSi.


(9)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam atas limpahan karunia dan nikmat yang tiada terkira, serta cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda Karman Dj, MPd, ibunda Rahmilawati, SPd, kakak (Mirhamuneska dan istri serta keponakanku yang lucu), adik-adikku (Neli Zirwani dan Nurul Hasanah), serta seluruh keluargaku atas doa, motivasi, dan kasih sayang yang telah diberikan.

2. Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si dan Bapak Ir. Siswoyo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS, Bapak Soni Trison, S.Hut, M.Si, dan Ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf di Fakultas Kehutanan IPB, khususnya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 5. Kepada seluruh pihak Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian

Lingkungan Hidup IPB : Mbak Yuli Fitriani, S. Hut, kang Rahmat, Nita dan Neti.

6. Keluarga Besar KSHE “Cendrawasih” 43 yang telah mengukirkan catatan cerita yang takkan terlupakan dalam narasi perjalanan hidupku.

7. Keluarga Besar Wisma Artefak, Dar E Syabab, dan Rumah Senyum yang ikut mewarnai keseharian hidupku.

8. Sahabatku Fazlur Rahman, Pandu, Dinul Islamy atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

9. Rekan-rekan di DPM “Pioneer” dan BEM Fakultas Kehutanan IPB Kabinet The Glasnost.

10.Keluarga Besar DKM Ibaadurrahman atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.


(10)

iv

11.Teman-teman Generasi ”Veteran“ angkatan 43 IPB atas kebersamaannya dalam suka dan duka.

12.Tim PPEH Sancang-Kamojang, Tim PPH dan Tim PKLP BBTNGGP terima kasih atas kerjasamanya saat praktek.

13.Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Mohon maaf atas segala kekurangan. Terima kasih.

Bogor, Januari 2011


(11)

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……….. vi

DAFTAR GAMBAR……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Tujuan Penelitian……….………. 2

1.3. Hipotesis.………... 2

1.4. Manfaat………... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pulai (Alstonia scholaris R.Br.)….………..……… 3

2.2. Colchicine………..………... 4

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu ………...….... 7

3.2. Bahan dan Alat………..….. 7

3.3. Metode Penelitian………….. ……….….... 7

3.3.1. Persiapan Bahan Bibit Tumbuhan Pulai………... 7

3.3.2. Pemberian Perlakuan, Pengamatan dan Pengukuran……… 7

3.3.3. Analisis Data………. 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tunas……… 9

4.2. Diameter……….. 11

4.3. Jumlah Daun……… 12

4.4. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kinerja Colchicine...…. 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….. 18

5.2. Saran……… 18


(12)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persentase Hidup Bibit Tumbuhan Pulai……….. 9

2. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tunas……….. 10

3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter………. 11


(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Histogram Rata–rata Pertambahan Tinggi Tunas……… 10 2. Histogram Rata–rata Pertambahan Diameter……….. 12 3. Histogram Rata–rata Pertambahan Jumlah Daun……… 13 4. Daun yang Terlihat Lebih Besar pada Perlakuan konsentrasi 1 mg/L (C)


(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan Tinggi (cm)……….. 21 2. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan (cm)……….. 24 3. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun……… 27 4. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Menggunakan SAS……. 30 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter Menggunakan SAS…. 31 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Menggunakan


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulai (Alstonia scholaris R. Br.) merupakan salah satu tumbuhan berguna yang terdapat di Indonesia. Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak gunanya (Heyne, 1987). Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan diantaranya adalah demam, diabetes militus, beri-beri, sakit usus, cacing, desentri, dan malaria (Heyne, 1987). Selain itu, menurut PT Xylo Indah Pratama (2000)

dalam Suharto (2007), pulai juga merupakan tanaman hutan yang kayunya memenuhi standar teknis sebagai bahan baku pensil.

Sebagai bahan baku pensil, pemanenan pohon pulai dilakukan pada umur 10 tahun (Suharto, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk sekali pemanenan cukup lama, sehingga diperlukan teknologi yang dapat memperpendek usia panen dengan tidak menurunkan kualitas maupun kuantitas dari pohon tersebut.

Pemanfaatan obat tradisional saat ini cenderung semakin meningkat, dengan adanya keinginan masyarakat untuk kembali menggunakan bahan–bahan yang berasal dari alam. Ditinjau dari segi perekonomian, obat tradisional yang dimiliki oleh Indonesia merupakan komoditi yang mampu bersaing di pasar bebas. Oleh karena itu, peningkatan standar mutu maupun khasiatnya perlu dilakukan dari produksi bahan baku sampai dengan produk akhir.

Selain hal itu, faktor lain yang menyebabkan jarangnya populasi pulai adalah eksploitasi berlebihan dan konversi lahan yang terjadi di beberapa wilayah hutan yang menjadi habitat pohon pulai. Sebagai salah satu dari sekian jenis tumbuhan berguna Indonesia, maka kelestarian jenis tumbuhan pulai juga perlu diperhatikan.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kecenderungan meningkatnya penggunaan obat tradisional, konversi lahan, dan eksploitasi di alam maka perlu dilakukan upaya peningkatan mutu dan produksi tanaman obat budidaya. Selain itu juga diperlukan peningkatan nilai manfaat tumbuhan pulai (A. scholaris) sebagai bahan baku produksi agar kelestariannya juga dapat terjaga. Salah satu


(16)

2

usaha untuk meningkatkan mutu dan nilai manfaatnya adalah dengan pemberian zat kimia colchicine.

Colchicine merupakan senyawa yang mampu membentuk tanaman yang poliploid. Poliploid adalah organisme yang mempunyai lebih dari dua set kromosom atau genom dalam sel somatisnya. Beberapa ciri tumbuhan poliploid antara lain inti dan isi sel lebih besar, daun dan bunga bertambah besar, dan dapat terjadi perubahan senyawa kimia termasuk peningkatan atau perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin atau alkaloid (Poespodarsono, 1988).

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh konsentrasi

colchicine terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai pada media pembibitan.

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah konsentrasi

colchicine berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai pada media pembibitan.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya konsentrasi colchicine yang memberikan pengaruh untuk dapat meningkatkan produktivitas tumbuhan pulai dengan kualitas yang baik sehingga nilai manfaat dari tumbuhan pulai juga dapat meningkat.


(17)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pulai (Alstonia scholaris R.Br)

Pulai (A. scholaris) merupakan pohon yang tingginya dapat lebih dari 40 m. Batang pohon tua beralur sangat jelas, sayatan berwarna krem dan banyak mengeluarkan getah berwarna putih. Daun tersusun melingkar berbentuk lonjong atau elip. Panjang bunga lebih dari 1 cm, berwarna krem atau hijau, pada percabangan, panjang runjung bunga lebih dari 120 cm (IFSP, 2001). Menurut Heyne (1987) tumbuhan ini memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dycotyledonae Ordo : Contortae Family : Apocynaceae Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia scholaris R.Br.

Pohon pulai merupakan tanaman yang toleran terhadap berbagai jenis tanah dan habitat, dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan sekunder. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 1.000 - 3.800 mm. Jenis ini juga dapat dijumpai pada ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl (IFSP, 2001).

Pohon pulai memiliki kayu yang kurang awet, hanya memungkinkan untuk konstruksi ringan di dalam ruangan, atau untuk pulp dan kertas. Di Patana (Srilanka) digunakan untuk kayu bakar dan dikelola dengan daur pendek (6 - 8 tahun), tetapi kurang baik dijadikan arang. Kulitnya mengandung alkaloid sebagai bahan obat. Kayunya banyak digunakan sebagai bahan obat. Kayunya banyak digunakan untuk papan tulis sekolah, sehingga dinamakan scholaris (IFSP, 2001).

Menurut PT. Xylo Indah Pratama (2000) dalam Suharto (2007), pulai merupakan tanaman hutan yang kayunya memenuhi standar teknis sebagai bahan baku pensil. Pulai dapat tumbuh baik pada lahan kritis sehingga sangat cocok untuk perbaikan kualitas lingkungan. Pulai juga termasuk spesies cepat tumbuh.


(18)

4

Pada umur 10 tahun dapat mencapai tinggi 15 meter dengan diameter ± 30 cm dengan perkiraan volume 0,5 m³ setiap pohon.

Tumbuhan pulai (A. scholaris) merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh berbagai etnik di Indonesia. Kulit kayu dapat digunakan untuk obat demam, sakit perut, batuk, pelancar haid, penambah nafsu makan, kencing manis, pereda kejang, disentri dan obat cacing untuk kuda. Kayunya digunakan sebagai obat pelancar ASI, mempercepat pemasakan bisul dan beri– beri. Akar dapat digunakan sebagai obat pegal–pegal linu (Rudjiman dkk, 2003). 2.2. Colchicine

Colchicine adalah senyawa alkaloid yang dihasilkan dari ekstrak umbi dan akar tanaman Colchicum autumnale Linn. Rumus kimia dari senyawa ini adalah C22H25O6N, warnanya kuning pucat dan biasanya akan berubah bila terkena cahaya. Colchicine tersedia dalam bentuk bubuk, dapat larut dalam air, ether dan benzene, sangat aktif dalam konsentrasi rendah. Konsentrasi colchicine yang digunakan bersifat sangat kritis, konsentrasi yang beragam menyebabkan pengaruh yang beragam juga (Eigsti dan Dustin, 1957).

Colchicine dapat digunakan untuk menginduksi poliploid (Eigsti dan Dustin, 1957). Poliploid adalah organisme yang mempunyai lebih dari dua set kromosom atau genom dalam sel somatisnya. Beberapa ciri tumbuhan poliploid antara lain, inti dan isi sel lebih besar, daun dan bunga bertambah besar, dan dapat terjadi perubahan senyawa kimia termasuk peningkatan atau perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin atau alkaloid (Poespodarsono, 1988).

Kepekaan terhadap perlakuan colchicine berbeda diantara spesies tanaman, oleh karena itu baik konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda untuk setiap spesies, bahkan untuk bagian tanaman yang berbeda, konsentrasi dan waktu perlakuan akan berbeda pula. Untuk tunas, pemberian colchicine dapat berupa larutan yang ditetes atau agar yang dioleskan setiap 2 atau 3 kali seminggu dengan konsentrasi 0,5 % sampai 1,0 % (Poespodarsono, 1988).

Tunas pembelahan yang paling efektif untuk diberi perlakuan colchicine

konsentrasi rendah adalah pada tahap akhir profase. Benang gelendong biasanya muncul tidak lama setelah lenyapnya dinding inti, tetapi dengan hadirnya


(19)

5

colchicine, benang gelendong tidak terbentuk. Bila pembelahan sel telah mencapai anaphase, colchicine pada konsentrasi tinggi dapat menghentikan gerakan kromosom serta memusnahkan benang gelendong. Kromosom yang telah berpisah, bercampur kembali dan terbentuklah sebuah nukleus (Eigsti dan Dustin, 1957).

Colchicine menghambat pembentukan benang–benang spindel dan dinding sel. Pembelahan sel terhambat tetapi pembelahan kromosom masih tetap berlangsung. Proses penggandaan kromosom berlangsung selama jaringan tersebut masih terkena pengaruh colchicine (Hayes dalam Andriani, 2004). Larutan colchicine dengan konsentrasi yang kritis mencegah terbentuknya benang–benang spindel sehingga pemisahan kromosom pada anafase mitosis tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tanpa terjadi pembelahan sel (Suryo, 1995). Dengan konsentrasi yang cukup, benang-benang spindel yang telah terbentuk pada tahap anafase dapat dihancurkan (Eigsti dan Dustin, 1957).

Efektifitas kerja colchicine dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi colchicine yang diberikan, lama kontak sel dengan colchicine, tahap mitosis tertentu saat colchicine kontak dengan sel, Tipe sel (sel embrio atau dewasa), dan lingkungan yang mendukung mitosis (Eigsti dan Dustin, 1957).

Penelitian terhadap mata okulasi dini tanaman Karet yang diberi colchicine

dengan berbagai konsentrasi dan selang waktu yang berbeda-beda sebanyak empat kali pemberian yag dilakukan oleh Jenimar (1988) memberikan hasil :

1. Waktu dan konsentrasi pemberian colchicine pada mata tunas okulasi dini tanaman Karet dapat menghambat pertumbuhan panjang tunas okulasi, diameter tunas okulasi, jarak antara payung daun I dan II, tetapi meningkatkan ukuran panjang tangkai daun, panjang daun, panjang stomata, lebar stomata, serta jumlah kromosom.

2. Waktu pemberian colchicine terbaik pada mata tunas okulasi dini tanaman karet adalah tiga hari sekali untuk pertumbuhan panjang tunas okulasi, diameter tunas okulasi, panjang tangkai daun, diameter pembuluh lateks, jumlah stomata, jumlah tangkai daun, jarak antara daun payung I dan II, serta jumlah kromosom.


(20)

6

3. Konsentrasi perlakuan colchicine terbaik untuk panjang stomata, lebar stomata, panjang tangkai daun, panjang daun, dan jumlah kromosom berkisar antara 0,75% sampai 1,00%.

Pemberian colchicine pada mata okulasi dini tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat menyebabkan mutasi berupa munculnya daun menjadi satu atau dua, titik tumbuh mengeras dan hitam serta dapat mengeluarkan cairan, daun lebih tebal, mengerut serta lebih hijau, menghambat pertumbuhan panjang tunas okulasi, diameter tunas okulasi, jarak antar payung daun I dan II, tetapi meningkatkan ukuran panjang tangkai daun, panjang daun, panjang stomata, lebar stomata, serta jumlah kromosom (Jenimar, 1988).

Perlakuan yang memberikan hasil tertinggi pada pertumbuhan daun Tabat Barito untuk panjang daun, berat basah, berat kering maupun kandungan air daun, adalah kombinasi larutan colchicine dengan konsentrasi 0,50% yang diberikan sebanyak empat kali setiap dua hari sekali (Meilani, 2000).

Pemakaian colchicine secara umum ada dua cara, yaitu : 1). Mengoleskan atau meneteskan larutan colchicine pada bagian tanaman yang sedang meristematis atau sering juga disebut dengan “drop method”, 2). Diberikan dalam bentuk campuran agar yang dibalutkan pada bagian tanaman yang meristematis, disebut juga “agar kapsul method” (Soetarso, 1978 dalam Jenimar, 1988).


(21)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2010.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan berupa bibit tumbuhan pulai sebanyak 50 batang, larutan colchicine dengan konsentrasi 0,5 mg/l, 1,0 mg/l, 1,5 mg/l, dan 2,0 mg/l pupuk Hyponex hijau (NPK), hormon perangsang tunas, bakterisida (Antracol), fungisida (Hgreft), amoxycilin, dan air. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat penyiram, penggaris, spidol permanen, alat tulis, pipet, timbangan, dan kamera digital.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Persiapan Bahan Bibit Tumbuhan Pulai

Bahan bibit tumbuhan pulai yang digunakan dipilih berdasarkan keseragaman ukuran diameter dan tinggi tanaman. Bahan tanaman yang telah disiapkan tersebut ditanam pada polybag berukuran 1 kg, kemudian diisi dengan media tanah dan sekam dengan perbandingan tanah : sekam sebesar 1 : 1. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit tersebut adalah pemberian pupuk dua hari sekali, pemberian bakterisida dan fungisida dua hari sekali, pemberian hormon tunas dua hari sekali, pemberian amoxycilin (antibiotik) dua hari sekali dan penyiangan bibit tanaman dari tumbuhan pengganggu yang tumbuh, untuk pemeliharaan bibit dilakukan selama penelitian.

3.3.2. Pemberian Perlakuan, Pengamatan dan Pengukuran

Bahan bibit tanaman diberi perlakuan dengan meneteskan larutan

colchicine pada titik tumbuh apikal dengan menggunakan pipet sebanyak satu tetes. Pemberian colchicine dilakukan satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut, kemudian diberi jeda selama 14 hari, perlakuan yang sama dilakukan sebanyak enam kali. Sebagai perbandingan disediakan bahan tanaman kontrol


(22)

8

yang tidak diberi perlakuan colchicine. Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan bibit tanaman pulai dilakukan selama jeda pemberian colchicine dengan frekuensi pengamatan sekali seminggu. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tinggi tunas baru, diameter (diukur pada ketinggian ± 1 cm dari permukaan tanah) dan jumlah daun baru.

3.3.3. Analisis Data

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan jumlah perlakuan 5 dan jumlah ulangan 10. Faktor atau perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi colchicine yang diberikan pada bahan bibit tanaman.

Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi+ εij : i = 1, 2, 3, 4, 5

j = 1, 2, 3, …. , 10

Yij = Hasil pengamatan terhadap bibit tanaman Pulai pada konsentrasi

colchicine ke-i dan ulangan ke-j. µ = Nilai tengah umum (rata-rata populasi) τi = Pengaruh konsentrasi colchicine ke-i.

Faktor perlakuan konsentrasi colchicine A : Kontrol

B : Konsentrasi 0,5 mg/l C : Konsentrasi 1,0 mg/l D : Konsentrasi 1,5 mg/l E : Konsentrasi 2,0 mg/l

Εij = Pengaruh galat percobaan pada bibit tanaman Pulai ke-j yang memperoleh perlakuan konsentrasi colchicine ke-i.

Pengaruh colchicine yang diberikan terhadap pertumbuhan bibit tanaman Pulai diketahui dengan melakukan uji F. Apabila hasil sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Gasperz, 1991). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Analysis system


(23)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan atau daya tahan suatu bibit tumbuhan ditunjukkan oleh persentase hidup bibit tersebut. Apabila persentase hidup bibit tumbuhan tinggi, maka bibit tersebut mempunyai daya tahan yang baik. Persentase hidup bibit tumbuhan Pulai (A. scholaris), dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Persentase Hidup Bibit Tumbuhan Pulai

No Perlakuan

Jumlah Ulangan Bibit Tumbuhan (Bibit)

Persentase Hidup (%) Hidup dengan

∆P=0

Hidup dengan

∆P>0 Mati

1 A 0 9 1 90

2 B 0 10 0 100

3 C 0 9 1 90

4 D 0 10 0 100

5 E 0 10 0 100

Keterangan : ∆P adalah Pertambahan tumbuh bibit untuk tinggi tunas, diameter, dan jumlah daun.

Pada dua perlakuan, yaitu perlakuan A (kontrol) dan C (konsentrasi 1,0 mg/liter) mengalami kehilangan data sebanyak satu ulangan yang disebabkan oleh kematian bibit tumbuhan tersebut pada pertengahan waktu penelitian, sehingga untuk dua perlakuan tersebut pada analisis data hanya digunakan sembilan data (ulangan). Jumlah ulangan yang hidup pada setiap perlakuan menunjukkan pertambahan tumbuh tinggi tunas, diameter, dan jumlah daun yang lebih besar dari nol (∆P>0).

4.1. Tinggi Tunas

Pengambilan data tinggi tunas bibit tumbuhan pulai diambil dari pertambahan tinggi tunas apikal. Hasil analisis sidik ragam untuk pertambahan tinggi tunas menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis nol, yang berarti tidak ada pengaruh pemberian konsentrasi colchicine terhadap pertambahan tinggi tunas tumbuhan pulai dan tidak ada perbedaan respon diantara taraf faktor pemberian konsentrasi colchicine yang dicobakan. Hal ini juga menjelaskan


(24)

10

bahwa semua perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sama terhadap pertambahan tinggi tunas. Menurut Gasperz (1991) hal tersebut memberikan konsekuensi pengujian lanjutan tidak perlu dilakukan. Hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tunas Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

Tengah F Hitung F 0.05 Perlakuan 4 5,696 1,424 0,59 2,589 Error 43 102,947 2,394 Total 47 108,643 Koefisien keragaman : 25,08 %.

Koefisien keragaman dari hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi tunas tumbuhan pulai ini sebesar 25,08 %. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) besaran koefisien keragaman dianggap wajar dan mencerminkan unit-unit percobaan yang digunakan homogen.

Gambar 1 menunjukkan adanya kecenderungan bahwa bibit yang diberikan perlakuan memberikan hasil rata–rata pertambahan tinggi tunas yang lebih besar dibandingkan tanpa perlakuan/kontrol.

Gambar 1 Histogram Rata–rata Pertambahan Tinggi Tunas. 5.656 6.390 6.522 5.840 6.420 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

A B C D E

Rata-rat a T inggi (c m) Perlakuan


(25)

11

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada pemberian konsentrasi colchicine

1,0 mg/L (perlakuan C) memberikan hasil yang lebih tinggi dengan nilai rata–rata pertambahan tinggi tunas sebesar 6,522 cm, sedangkan hasil terendah diperlihatkan oleh bibit yang tidak diberikan perlakuan/kontrol (A), yaitu sebesar 5,656 cm. Rata-rata pertambahan tinggi tunas antar perlakuan atau terhadap kontrol cukup bervariasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kepekaan bibit terhadap perlakuan colchicine. Menurut Poespodarsono (1988) kepekaan terhadap perlakuan colchicine amat berbeda di antara spesies tanaman.

4.2. Diameter

Hasil analisis sidik ragam pertambahan diameter menunjukkan bahwa keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis nol, karena nilai F hitungnya lebih kecil dari nilai F (0,05). Hal ini berarti pengaruh pemberian konsentrasi

colchicine terhadap pertambahan diameter bibit tumbuhan pulai yang dicobakan tidak berbeda nyata, sehingga konsekuensi dari keputusan ini adalah tidak diperlukan pengujian lebih lanjut (Gasperz, 1991).

Tabel 3 Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter Sumber

Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F 0,05 Perlakuan 4 0,005 0,001 1,08 2,589 Error 43 0,046 0,001

Total 47 0,051

Koefisien keragaman : 24,38 %

Nilai koefisien keragaman yang diperoleh dari analisis sidik ragam pertambahan diameter bibit tumbuhan pulai ini adalah sebesar 24,38 %. Hasil uji analisis rataan nilai tengah pertambahan diameter memperlihatkan nilai yang cukup variatif. Beberapa perlakuan menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan). Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 2.


(26)

12

Gambar 2 Histogram Rata-rata Pertambahan Diameter.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perlakuan yang menggunakan konsentrasi 1,0 mg/L (perlakuan C) menghasilkan rata–rata pertambahan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain dengan nilai 0,150 cm. Rata–rata pertambahan diameter terendah diperlihatkan oleh perlakuan yang menggunakan konsentrasi 0,5 mg/L yaitu 0,120 cm. Rata-rata pertambahan diameter pada setiap perlakuan dan kontrol memberikan hasil yang bervariasi, hal ini kemungkinan juga disebabkan oleh kepekaan bibit terhadap perlakuan colchicine. Menurut Poespodarsono (1988) kepekaan terhadap perlakuan colchicine amat berbeda di antara spesies tanaman.

4.3. Jumlah Daun

Keputusan yang diambil dari hasil analisis sidik ragam adalah menerima hipotesis nol, karena nilai F hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai F (0,05). Hal ini berarti pengaruh konsentrasi colchicine yang dicobakan terhadap bibit tumbuhan pulai (A. scholaris) tidak berbeda nyata. Konsekuensi dari keputusan tersebut adalah pengujian lebih lanjut tidak diperlukan (Gasperz, 1991).

0.139 0.120 0.150 0.130 0.135 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140 0.160

A B C D E

Rata-rat a Diame te r Batang (cm ) Perlakuan


(27)

13

Tabel 4 Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

Tengah F Hitung F 0.05 Perlakuan 4 8,211 2,053 0,28 2,589 Error 43 316,456 7,359 Total 47 324,667 Koefisien keragaman : 21,42 %

Hasil analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun memperlihatkan bahwa nilai koefisien keragaman adalah 21,42 %. Rata–rata nilai tengah pertambahan jumlah daun terbesar adalah bibit tumbuhan pulai yang tidak diberikan perlakuan (kontrol), dengan nilai tengah sebesar 13,333. Sedangkan rata–rata pertambahan jumlah daun terkecil adalah bibit tumbuhan pulai yang diberi perlakuan konsentrasi colchicine 2,0 mg/L (perlakuan E). Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Histogram Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun.

Daun yang berkembang dari tunas yang diberikan perlakuan maupun tunas yang tidak diberikan perlakuan (kontrol) jumlahnya cukup variatif pada setiap unit pengulangannya. Ada yang berjumlah dua, tiga, dan empat pada setiap tunas barunya. Bibit tanpa perlakuan colchicine (kontrol) memiliki pertambahan jumlah daun yang paling banyak dibandingkan perlakuan lain. Namun, ukuran daun yang

13.333 12.800 12.778

12.400 12.100 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000

A B C D E

Rata-rat a Juml ah Dau n (Daun) Perlakuan


(28)

14

diberikan colchicine terlihat lebih besar dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Menurut Rahayu (1999) daun tanaman kacang tanah dengan colchicine secara umum lebih lebar daripada tanaman tanpa colchicine walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

4.4. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kinerja Colchicine

Pengamatan yang dilakukan sebanyak 12 kali, pada setiap minggu setelah pemberian perlakuan menunjukkan hasil analisis sidik ragam yang tidak berbeda nyata. Walaupun demikian, tidak dapat diabaikan kemungkinan adanya pengaruh konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai (A. sholaris). Terhambatnya pertumbuhan bibit memperlihatkan ada pengaruh dari kinerja

colchicine.

Pada pertambahan jumlah daun, bibit tumbuhan pulai yang diberikan perlakuan konsentrasi colchicine memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan/kontrol. Tetapi pada beberapa unit percobaan yang diberikan perlakuan konsentrasi colchicine memperlihatkan panjang dan lebar daun yang lebih besar daripada yang tidak diberikan perlakuan. Hal ini sesuai dengan Poespodarsono (1988) yang menyatakan bahwa salah satu ciri tumbuhan poliploid adalah daun dan bunga yang bertambah besar. Pengaruh colchicine

memberikan sifat tanaman menjadi tampak lebih kekar, daun–daun mempunyai ukuran lebih besar dan berwarna lebih hijau dengan bunga dan buah juga mempunyai ukuran lebih besar (Suryo, 1995). Perbedaan ukuran daun dapat dilihat pada Gambar 4.


(29)

15

Gambar 4 Daun yang Terlihat Lebih Besar pada Perlakuan Konsentrasi 1,0 mg/L (C) Dibandingkan kontrol (A).

Berdasarkan hasil uji analisis sidik ragam dari tiga jenis morfologi tumbuhan yang diamati, penggunaan colchicine dengan konsentrasi 1,0 mg/L memperlihatkan hasil yang lebih tinggi pada pertambahan tinggi dan diameter. Sedangkan pada perlakuan yang lain memberikan hasil yang cukup variatif. Adanya perbedaan tersebut selain disebabkan oleh faktor genetik kemungkinan juga disebabkan oleh efektifitas kerja colchicine yang berbeda–beda.

Menurut Eigsti dan Dustin (1957) efektifitas kerja colchicine dalam menginduksi penggandaan kromosom dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Konsentrasi colchicine yang diberikan.

2. Lama kontak sel dengan colchicine.

3. Tahap mitosis tertentu saat colchicine kontak dengan nukleus. 4. Tipe sel (sel embrio atau dewasa).

5. Lingkungan yang mendukung mitosis.

Pemberian konsentrasi colchicine pada penelitian ini dilakukan pada tunas bibit. Hal ini dilakukan karena colchicine bekerja pada sel yang aktif membelah (Eigsti dan Dustin, 1957). Pertumbuhan dengan cara pembelahan dan pembesaran sel terjadi di dalam jaringan khusus yang disebut meristem. Tunas ujung


(30)

16

mempunyai meristem massa dengan aktifitas sel yang giat dan mempunyai sumber hormon yang dihasilkan sendiri (Gardner, Pearce, dan Mitchell, 1991). Bibit juga ditempatkan di pelataran laboratorium dengan luasan yang sempit dan dengan perawatan yang terkontrol, sehingga pengaruh kondisi lingkungan terhadap bibit tersebut dapat dianggap sama. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja colchicine dapat dipersempit menjadi tiga faktor yaitu konsentrasi colchicine yang diberikan, lama kontak sel dengan colchicine,

dan tahap mitosis tertentu saat colchicine kontak dengan nukleus. 1. Konsentrasi colchicine yang diberikan

Kepekaan terhadap perlakuan colchicine amat berbeda pada setiap spesies tanaman, bahkan diantara bagian tanaman yang berbeda, sehingga konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda pula (Poespodarsono, 1988).

2. Lama kontak sel dengan colchicine

Pemberian colchicine pada tunas bibit tumbuhan pulai dilakukan dengan cara meneteskan larutan colchicineatau biasa disebut dengan istilah “drop method”

menggunakan pipet hingga tunas terlihat basah. Pada beberapa unit percobaan larutan yang diteteskan pada tunas langsung turun sehingga hanya sedikit yang tersisa. Hal ini coba diatasi dengan meneteskan kembali larutan colchicine

pada tunas tersebut. Namun, tak menutup kemungkinan hal ini dapat mempengaruhi lamanya kontak sel dengan colchicine, sehingga mempengaruhi efektifitas kerjanya.

3. Tahap mitosis tertentu saat colchicine kontak dengan nukleus

Inti sel yang mengalami pemulihan setelah diberikan perlakuan colchicine atau disebut dengan inti restitusi (restituted nucleus) terbentuk saat kromosom bertransformasi menuju interfase tanpa membentuk anak inti. Transformasi menuju interfase ini mungkin dimulai saat metafase atau profase yang terhambat oleh colchicine tanpa melalui anafase. Atau setelah kromosom dari setiap pasangan kromosom yang telah dipengaruhi oleh colchicine terpisah pada c-anafase (suatu transisi yang melibatkan kromosom yang terpisah). Apabila jumlah sentromer telah mengganda, maka jumlah kromosom dalam inti restitusi akan menjadi dua kali jumlahnya sebelum c-mitosis dimulai (hal ini terlihat jelas pada c-anafase). C menandakan bahwa tahapan mitosis


(31)

17

tersebut dipengaruhi oleh colchicine. Satu konsekuensi yang penting dari c-mitosis dibandingkan dengan c-mitosis inti yang normal adalah induksi poliploidi. Tetapi tidak semua inti restitusi menjadi poliploidi, karena transformasinya menuju interfase mungkin dimulai dari profase atau metafase. Transformasi yang dimulai dari metafase atau profase tidak menyebabkan inti sel poliploidi, karena transformasi terjadi sebelum kromosom mengganda (Eigsti dan Dustin, 1957).

Hasil analisis sidik ragam memang memperlihatkan tidak ada pengaruh nyata pemberian konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai (A. scholaris). Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kecenderungan terjadinya poliploidi pada bibit yang diberikan perlakuan dengan tanda–tanda yang diperlihatkan, sehingga diasumsikan bahwa pengaruh pemberian konsentrasi

colchicine belum terlihat nyata pada rentang waktu saat penelitian, karena cara kerja colchicine adalah menghambat.

Menurut Eigsti dan Dustin (1957) colchicine menghambat pembentukan benang–benang spindel pada tahap profase, menghambat pembelahan inti, pemisahan kromosom, pembentukan anak sel, dan secara efektif menghentikan proses pembelahan. Karena itu keberadaan colchicine menyebabkan kromosom tidak dapat terbagi menjadi dua anak sel yang baru sehingga mengakibatkan jumlah kromosom dalam sel tersebut menjadi dua kali lipat.


(32)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian konsentrasi colchicine yang digunakan pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan bibit tumbuhan pulai (A. scholaris), namun tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kecenderungan bibit yang diberikan perlakuan memberikan mendapatkan pengaruh dari

colchicine. Hal ini terlihat dari perbedaan ukuran daun yang lebih besar pada bibit yang diberikan perlakuan dibandingkan dengan tanpa perlakuan.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda dan waktu yang lebih lama.

2. Perlu dilakukan penelitian jumlah kromosom bibit tumbuhan pulai yang diberikan colchicine dan yang tidak diberikan perlakuan.


(33)

19

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, N. 2004. Pengaruh Pemberian Colchicine terhadap Pertumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl) [Skripsi]. Bogor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Eigsti, O. J. dan P. Dustin Jr. 1957. Colchicine in Agriculture, Medicine, Biology and Cemistry. United State of America : The Iowa State College Press. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu Teknik dan Biologi. Bandung : CV. Armico.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan) Jilid III. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

IFSP. 2001. Informasi Singkat Benih Alstonia scholaris (L.) R.Br No 2 Maret 2001. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. ifsp@indo.net.id [30 Apr 2009].

Jenimar. 1988. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pemberian Colchicine terhadap Mata Okulasi Dini Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) [Tesis]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Program Pengumpulan Kredit (KPK) Universitas Sumatera Utara.

Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Jilid 1. Bogor : IPB Press.

Meilani, R. 2000. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Colchicine

terhadap Pertumbuhan Daun Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack.) [skripsi]. Bogor : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor : Pusat Antar Universitas Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Informasi Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, A.A. 1999. Pengaruh Pemberian Kolkhisin terhadap Sitologi, Morfologi, dan Anatomi Hibrid Kacang Tanah Hasil Persilangan antara Arachis hypogaea Var. Gajah dengan Arachis cardenasii [skripsi]. Bogor : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(34)

20

Rudjiman, Adriyanti DT, Indriyatno, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati R. 2003. Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Yayasan Sarana Wana Jaya.

Suharto, E. 2007. Prediksi Waktu Panen Tanaman Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.) dengan Analisis Model Pertumbuhan. Jurnal Akta Agrosia 10 (2) : hlm 190-195.

Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(35)

Lampiran 1. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan Tinggi (cm)

Perlakuan Pertambahan Tinggi (cm) Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Tinggi Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A1 0,0 0,3 0,2 0,1 0,0 0.6 1,0 0,4 0,4 1,0 0,2 0,8 0,5 5,5

A2 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,3 0,7 0,7 0,5 0,7 0,3 1,2 0,4 5,8

A3 0,0 0,2 0,0 0,1 0,0 0,9 0,7 0,2 0,0 0,0 0,1 0,9 0,2 3,3

A4 0,0 0,6 0,4 0,3 0,6 0,6 0,6 0,8 0,3 0,8 0,2 1,1 0,5 6,8

A5 0,0 0,2 0,0 0,6 0,3 0,1 0,7 0,9 0,2 0,3 1,2 0,8 0,1 5,4

A6 0,0 0,2 0,2 0,1 0,0 0,7 0,7 0,0 0,7 0,3 0,2 1,2 0,3 4,6

A7 0,0 0,1 0,2 0,1 0,3 0,5 0,5 0,8 0,8 0,7 0,5 1,5 0,7 6,7

A8 0,0 0,2 0,0 0,7 0,2 1,1 1,2 0,9 0,4 0,2 0,1 1,2 0,3 6,5

A9 0,0 0,4 0,3 0,7 0,5 0,5 0,2 0,7 0,5 0,2 0,0 0,0 0,0 4,0 Mati

A10 0,0 0,2 0,4 0,4 0,3 0,7 1,4 0,7 0,1 0,7 0,9 0,5 0,0 6,3

B1 0,0 0,8 0,6 0,4 0,1 0,6 1,5 0,8 0,2 1,5 0,7 0,5 0,7 8,4

B2 0,0 0,4 0,2 0,6 0,8 0,5 0,9 0,8 0,3 0,2 1,0 1,4 0,3 7,4

B3 0,0 0,5 0,2 0,1 0,3 1,4 0,7 0,9 0,6 0,6 0,9 0,8 0,7 7,7

B4 0,0 0,2 0,2 0,6 0,3 0,8 0,4 0,1 0,4 0,8 0,2 0,1 0,6 4,7

B5 0,0 0,3 0,2 0,1 0,4 0,6 0,2 0,6 1,0 0,3 0,3 0,1 0,6 4,7

B6 0,0 0,2 0,4 0,0 0,0 0,6 0,8 0,3 0,3 0,1 0,8 1,5 0,1 5,1

B7 0,0 0,6 0,4 0,0 0,1 0,3 0,6 1,3 0,7 0,7 0,6 0,9 0,6 6,8

B8 0,0 0,4 0,6 0,5 0,1 0,2 0,6 0,7 0,1 0,0 0,2 0,0 0,7 4,1

B9 0,0 0,5 0,4 0,8 0,5 0,7 0,4 1,3 0,5 0,5 0,1 1,5 1,3 8,5


(36)

Lampiran 1. (Lanjutan 1)

Perlakuan Pertambahan Tinggi (cm) Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Tinggi Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C1 0,0 0,6 0,5 0,1 0,7 0,3 0,3 0,9 0,1 0,8 0,4 0,8 0,5 6,0

C2 0,0 0,3 0,2 0,1 0,0 0,0 0,6 0,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7

C3 0,0 0,3 0,0 0,1 0,0 1,0 0,3 0,2 0,5 0,6 0,1 0,0 0,7 3,8

C4 0,0 0,6 0,8 0,6 0,1 1,3 0,6 0,3 0,3 1,3 0,6 0,6 1,0 8,1

C5 0,0 0,4 0,3 0,4 0,7 0,8 0,1 0,8 0,7 0,3 0,1 0,4 1,2 6,2

C6 0,0 0,2 0,2 0,0 0,3 0,6 0,2 1,0 0,7 0,4 0,4 1,6 0,3 5,9

C7 0,0 0,3 0,3 0,5 0,3 0,5 0,4 1,1 0,2 0,2 0,8 0,9 0,1 5,6

C8 0,0 0,3 0,2 0,5 0,8 0,6 0,7 1,3 0,3 0,3 1,0 1,4 0,1 7,5

C9 0,0 0,4 0,2 0,1 0,1 0,8 0,6 0,6 0,9 1,0 0,5 0,4 0,4 6,0

C10 0,0 1,1 0,9 0,9 0,8 0,5 0,3 1,2 0,4 0,9 0,9 1,1 0,6 9,6

D1 0,0 0,3 0,4 0,5 0,3 0,3 0,8 0,6 0,4 0,9 0,3 0,9 0,5 6,2

D2 0,0 0,3 0,0 0,1 0,6 0,7 0,6 1,2 0,7 0,3 0,4 1,3 0,5 6,7

D3 0,0 0,2 0,3 0,0 0,0 1,5 0,2 0,3 0,6 0,9 0,3 0,8 1,2 6,3

D4 0,0 0,3 0,2 0,0 0,0 0,1 0,7 0,4 0,3 0,1 0,2 1,8 0,3 4,4

D5 0,0 0,4 0,5 0,0 0,2 1,0 0,6 0,3 1,0 0,4 0,2 1,4 0,4 6,4

D6 0,0 0,2 0,3 0,2 0,0 1,1 0,5 0,5 0,2 1,3 1,1 0,6 0,0 6,0

D7 0,0 0,2 0,3 0,0 0,5 0,9 0,2 0,2 0,8 0,6 0,4 0,3 0,1 4,5

D8 0,0 0,3 0,1 0,1 0,1 0,9 0,7 0,3 0,3 1,0 0,5 0,5 0,7 5,5

D9 0,0 0,7 0,9 0,5 0,8 0,6 0,2 0,9 0,4 0,2 0,8 0.6 0,1 6,7


(37)

Lampiran 1. (Lanjutan 2)

Perlakuan Pertambahan Tinggi (cm) Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Tinggi Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

E1 0,0 0,2 0,2 0,1 0,4 1,0 0,4 0,4 0,7 0,3 0,2 0,1 0,8 4,8

E2 0,0 0,3 0,3 0,7 0,3 1,1 0,4 0,9 0,6 0,5 0,3 1,3 0,9 7,6

E3 0,0 0,5 0,3 0,5 0,4 0,6 0,4 0,5 0,3 0,5 0,4 0,7 0,3 5,4

E4 0,0 0,9 1,7 0,5 0,5 1,0 0,3 0,2 1,2 0,5 0,2 1,2 0,9 9,1

E5 0,0 0,3 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1 0,8 0,6 0,0 0,0 0,1 2,0

E6 0,0 0,4 0,3 0,2 0,3 1,0 0,2 0,8 0,9 0,4 0,3 1,5 0,4 6,7

E7 0,0 0,2 0,3 0,8 0,2 0,2 0,6 1,0 0,1 0,8 0,8 0,5 0,8 6,3

E8 0,0 0,3 0,1 0,3 0,3 0,8 0,2 0,9 0,6 0,5 0,0 0,8 1,2 6,0

E9 0,0 1,2 0,8 0,3 0,1 1,2 0,9 0,5 1,0 0,5 0,4 1,6 0,7 9,2


(38)

Lampiran 2. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan Diameter (cm)

Perlakuan Pertambahan Diameter (cm) Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Diameter Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A1 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,05 0,15

A2 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,15

A3 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10

A4 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,10

A5 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,15

A6 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,05 0,15

A7 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,05 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,20

A8 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,05 0,15

A9 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05

A10 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10

B1 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,15

B2 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,15

B3 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10

B4 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,15

B5 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10

B6 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10

B7 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05

B8 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10

B9 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15


(39)

Lampiran 2. (Lanjutan 1)

Perlakuan Pertambahan Diameter (cm) Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Diameter Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C1 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,15

C2 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10

C3 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10

C4 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,05 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,15

C5 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,20

C6 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,05 0,00 0,00 0,15

C7 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,15

C8 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,20

C9 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,10

C10 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,15

D1 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,15

D2 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,05 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,15

D3 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,15

D4 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10

D5 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,15

D6 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,15

D7 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10

D8 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,10

D9 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,10


(40)

Lampiran 2. (Lanjutan 2)

Perlakuan Pertambahan Diameter (cm) Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Diameter Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

E1 0,0 0,0 0,0 0,05 0,0 0,00 0,00 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,05 0,15

E2 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,00 0,10 0,0 0,0 0,0 0,00 0,05 0,00 0,15

E3 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,05 0,05 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,10

E4 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,10 0,00 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,10 0,20

E5 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,10 0,00 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,10

E6 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,05 0,00 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,10

E7 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,05 0,05 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,15

E8 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,05 0,05 0,0 0,0 0,0 0,00 0,05 0,00 0,15

E9 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 0,05 0,00 0,0 0,0 0,0 0,05 0,00 0,00 0,10


(41)

Lampiran 3. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Jumlah Daun Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A1 0 2 0 2 0 0 3 0 0 3 0 3 0 13

A2 0 3 0 3 0 0 3 0 0 3 0 3 0 15

A3 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 9

A4 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 0 2 2 14

A5 0 3 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 12

A6 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 12

A7 0 3 0 0 3 0 0 3 3 0 0 3 3 18

A8 0 3 0 3 0 0 3 3 0 0 0 3 0 15

A9 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 0 9

A10 0 3 0 0 3 0 3 0 0 3 0 0 0 12

B1 0 2 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 14

B2 0 2 0 2 0 0 3 0 0 0 3 0 0 10

B3 0 2 0 2 0 2 2 0 2 0 3 0 3 16

B4 0 3 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 15

B5 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

B6 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 9

B7 0 0 0 4 0 0 0 4 0 3 0 3 0 14

B8 0 2 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 11

B9 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 0 12


(42)

Lampiran 3. (Lanjutan 1)

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Jumlah Daun Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C1 0 0 3 0 0 3 0 3 0 3 0 3 0 15

C2 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 6

C3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

C4 0 2 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 14

C5 0 4 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 16

C6 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 8

C7 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 8

C8 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 12

C9 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

C10 0 3 3 0 3 0 0 3 0 3 0 3 0 18

D1 0 2 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 10

D2 0 0 3 0 0 3 0 3 0 0 0 3 0 12

D3 0 3 0 0 0 3 0 0 0 3 0 3 0 12

D4 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 9

D5 0 3 0 0 3 3 0 0 3 0 0 3 0 15

D6 0 3 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 9

D7 0 4 0 4 0 0 0 0 4 0 0 0 2 14

D8 0 0 4 0 0 3 0 0 0 3 0 3 0 13

D9 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 12


(43)

Lampiran 3. (Lanjutan 2)

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Jumlah Daun Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

E1 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

E2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 0 0 2 2 12

E3 0 2 2 0 0 2 2 0 2 0 0 2 0 12

E4 0 3 0 3 0 3 0 0 3 0 0 3 0 15

E5 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 6

E6 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 12

E7 0 2 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 14

E8 0 0 3 0 0 3 0 3 0 0 0 3 0 12

E9 0 2 0 0 3 0 3 0 3 0 0 3 0 14


(44)

30

Lampiran 4. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Menggunakan SAS

Analisis RAL Tinggi Tunas The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 A B C D E Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

Analisis RAL Tinggi Tunas The ANOVA Procedure Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 5.6963472 1.4240868 0.59 0.6683 Error 43 102.9467778 2.3941111

Corrected Total 47 108.6431250

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.052432 25.08274 1.547292 6.168750

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 5.69634722 1.42408681 0.59 0.6683

Analisis RAL Tinggi Tunas The ANOVA Procedure

Level of ---respon--- perlakuan N Mean Std Dev A 9 5.65555556 1.13480297 B 10 6.39000000 1.63397946 C 9 6.52222222 1.66641665 D 10 5.84000000 0.82758014 E 10 6.42000000 2.11439511


(45)

31

Lampiran 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter Menggunakan SAS

Analisis RAL Diameter The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 A B C D E Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

Analisis RAL Diameter The ANOVA Procedure Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.00464236 0.00116059 1.08 0.3775 Error 43 0.04613889 0.00107300

Corrected Total 47 0.05078125

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.091419 24.37703 0.032757 0.134375

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.00464236 0.00116059 1.08 0.3775

Analisis RAL Diameter The ANOVA Procedure Level of ---respon--- perlakuan N Mean Std Dev A 9 0.13888889 0.03333333 B 10 0.12000000 0.03496029 C 9 0.15000000 0.03535534 D 10 0.13000000 0.02581989 E 10 0.13500000 0.03374743


(46)

32

Lampiran 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Menggunakan SAS

Analisis RAL Jumlah Daun The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 A B C D E Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

Analisis RAL Jumlah Daun The ANOVA Procedure Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 8.2111111 2.0527778 0.28 0.8900 Error 43 316.4555556 7.3594315

Corrected Total 47 324.6666667

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.025291 21.41706 2.712827 12.66667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 8.21111111 2.05277778 0.28 0.8900

Analisis RAL Jumlah Daun The ANOVA Procedure Level of ---respon--- perlakuan N Mean Std Dev A 9 13.3333333 2.54950976 B 10 12.8000000 2.34757558 C 9 12.7777778 3.38296386 D 10 12.4000000 2.79682360 E 10 12.1000000 2.42441287


(1)

Lampiran 3. Tally Sheet Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Jumlah Daun Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A1 0 2 0 2 0 0 3 0 0 3 0 3 0 13

A2 0 3 0 3 0 0 3 0 0 3 0 3 0 15

A3 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 9

A4 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 0 2 2 14

A5 0 3 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 12

A6 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 12

A7 0 3 0 0 3 0 0 3 3 0 0 3 3 18

A8 0 3 0 3 0 0 3 3 0 0 0 3 0 15

A9 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 0 9

A10 0 3 0 0 3 0 3 0 0 3 0 0 0 12

B1 0 2 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 14

B2 0 2 0 2 0 0 3 0 0 0 3 0 0 10

B3 0 2 0 2 0 2 2 0 2 0 3 0 3 16

B4 0 3 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 15

B5 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

B6 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 9

B7 0 0 0 4 0 0 0 4 0 3 0 3 0 14

B8 0 2 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 11

B9 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 0 12


(2)

Lampiran 3. (Lanjutan 1)

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Jumlah Daun Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C1 0 0 3 0 0 3 0 3 0 3 0 3 0 15

C2 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 6

C3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

C4 0 2 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 14

C5 0 4 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 16

C6 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 8

C7 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 8

C8 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 12

C9 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

C10 0 3 3 0 3 0 0 3 0 3 0 3 0 18

D1 0 2 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 10

D2 0 0 3 0 0 3 0 3 0 0 0 3 0 12

D3 0 3 0 0 0 3 0 0 0 3 0 3 0 12

D4 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 9

D5 0 3 0 0 3 3 0 0 3 0 0 3 0 15

D6 0 3 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 9

D7 0 4 0 4 0 0 0 0 4 0 0 0 2 14

D8 0 0 4 0 0 3 0 0 0 3 0 3 0 13

D9 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 12


(3)

Lampiran 3. (Lanjutan 2)

Perlakuan Pertambahan Jumlah Daun Pengamatan ke- ∆ Pertambahan Jumlah Daun Keterangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

E1 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 12

E2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 0 0 2 2 12

E3 0 2 2 0 0 2 2 0 2 0 0 2 0 12

E4 0 3 0 3 0 3 0 0 3 0 0 3 0 15

E5 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 6

E6 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 12

E7 0 2 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 14

E8 0 0 3 0 0 3 0 3 0 0 0 3 0 12

E9 0 2 0 0 3 0 3 0 3 0 0 3 0 14


(4)

30

Lampiran 4. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Menggunakan SAS

Analisis RAL Tinggi Tunas The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 A B C D E Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

Analisis RAL Tinggi Tunas The ANOVA Procedure Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 5.6963472 1.4240868 0.59 0.6683 Error 43 102.9467778 2.3941111

Corrected Total 47 108.6431250

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.052432 25.08274 1.547292 6.168750

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 5.69634722 1.42408681 0.59 0.6683

Analisis RAL Tinggi Tunas The ANOVA Procedure

Level of ---respon--- perlakuan N Mean Std Dev A 9 5.65555556 1.13480297 B 10 6.39000000 1.63397946 C 9 6.52222222 1.66641665 D 10 5.84000000 0.82758014 E 10 6.42000000 2.11439511


(5)

31

Lampiran 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Diameter Menggunakan SAS

Analisis RAL Diameter The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 A B C D E Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

Analisis RAL Diameter The ANOVA Procedure Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.00464236 0.00116059 1.08 0.3775 Error 43 0.04613889 0.00107300

Corrected Total 47 0.05078125

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.091419 24.37703 0.032757 0.134375

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.00464236 0.00116059 1.08 0.3775

Analisis RAL Diameter The ANOVA Procedure Level of ---respon--- perlakuan N Mean Std Dev A 9 0.13888889 0.03333333 B 10 0.12000000 0.03496029 C 9 0.15000000 0.03535534 D 10 0.13000000 0.02581989 E 10 0.13500000 0.03374743


(6)

32

Lampiran 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Menggunakan SAS

Analisis RAL Jumlah Daun The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 A B C D E Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

Analisis RAL Jumlah Daun The ANOVA Procedure Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 8.2111111 2.0527778 0.28 0.8900 Error 43 316.4555556 7.3594315

Corrected Total 47 324.6666667

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.025291 21.41706 2.712827 12.66667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 8.21111111 2.05277778 0.28 0.8900

Analisis RAL Jumlah Daun The ANOVA Procedure Level of ---respon--- perlakuan N Mean Std Dev A 9 13.3333333 2.54950976 B 10 12.8000000 2.34757558 C 9 12.7777778 3.38296386 D 10 12.4000000 2.79682360 E 10 12.1000000 2.42441287