Kerangka Teori Perbandingan Perjanjian Kredit Dalam Prespektif Perjanjian Islam Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

21 c. Apa yang menjadi kendala dan pendukung dalam penerapan prinsip-prinsip syariah di Bank Negara Indonesia BNI Syariah Cabang Medan dan BPRS Puduarta Insani? Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini adalah asli baik dari segi subtansi maupun dari permasalahan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu yang terjadi. 24 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. 25 Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut : 26 a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta; 24 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hal. 122. 25 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju,Bandung, 1994, hal. 80. 26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hal. 121. Universitas Sumatera Utara 22 b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta; c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya. Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan. 27 Adapun kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalahteori kepastian hukum. Dalam pengertian teori kepastian hukum yang oleh Roscue Pound dikatakan bahwa adanya kepastian hukum memungkinkan adanya “Predictability”. 28 Dengan demikian kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian, yang pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Selain itu digunakan juga teori positivisme sebagaimana dikemukakan oleh Jhon Austin, Aliran hukum positif yang dianalitis dari Jhon Austin, mengartikan : “Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup closed logical system. 27 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal.134. 28 Pieter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hal.158. Universitas Sumatera Utara 23 Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk”. 29 Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan. 30 Menurut teori positivisme, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan rechtsgerechtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum rechtszekerheid. 31 Adam Smith 1723-1790, Guru Besar dalam bidang filosofi moral dan ahli teori hukum dari Glasgow University pada tahun 1750, 32 telah melahirkan ajaran mengenai keadilan justice. Smith mengatakan bahwa: “tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” the end of justice is to secure from injury. 33 Satjipto Raharjo menyebutkan bahwa hukum berfungsi sebagai salah satu alat perlindungan bagi kepentingan manusia. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara 29 Rasjidi dan Ira Tania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2002, hal. 55. 30 Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 79. 31 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal. 85. 32 Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan Guru Besar, USU-Medan, 17 April 2004, hal. 4-5 33 Ibid, sebagaimana dikutip dari R. L. Meek, D.D. Raphael dan P.G. Stein, e.d, Lecture of Jurisprudence, Indianapolis, Liberty Fund, 1982, hal. 9. Universitas Sumatera Utara 24 terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak disetiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang. 34 Allots memandang bahwa hukum sebagai sistem merupakan proses komunikasi, oleh karena itu hukum menjadi subjek bagi persoalan yang sama dalam memindahkan dan menerima pesan, seperti sistem komunikasi yang lain. Ciri yang membedakan hukum adalah keberadaannya sebagai fungsi yang otonom dan membedakan kelompok sosial atau masyarakat politis. Ini dihasilkan oleh mereka yang mempunyai kompetensi dan kekuasaan yang sah. Suatu sistem hukum tidak terdiri dari norma-norma tetapi juga lembaga-lembaga termasuk fasilitas dan proses. 35 Penerapan klausula-klausula terhadap perjanjian bank tersebut, terdapat hal yang penting dalam perjanjian kredit bank dalam hal mengamankan fasilitas kredit yang telah diberikan oleh bank yaitu adanya pemberian jaminan oleh debitur kepada pihak bank.Keberadaan jaminan tersebut merupakan persyaratan untuk memperkecil masalah bank dalam menyalurkan kredit, pemberian jaminan adalah untuk memberikan jaminan kepada bank, debitur kepada kreditur untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. 34 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 53. 35 Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung,2005, hal. 96. Universitas Sumatera Utara 25 Ada beberapa syarat yang harus dipahami dalam pemberian fasilitas pinjaman pada bank yang berbasis Syari’ah yang mana pada bank-bank syari’ah pemberian pinjaman tidak disebutkan dengan istilah perjanjian kreditakan tetapi dengan Akad Pembiayaan.Apa yang dimaksud dengan akad di sini ialah ucapan atau tindakan yang dilakukan oleh pihak yang berakad yang menunjukkan kerelaannya untuk berkontrak. Jadi yang dimaksud dengan akad pembiayaan yang ada pada bank-bank syariah adalah adanya hubungan timbal balik berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara pihak bank syari’ah dengan calon nasabah yang menerima pembiayaan untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalanatau bagi hasil. Bank Indonesia dalam beberapa ketentuannya telah juga memberikan definisi akad yaitu perjanjian tertulis yang memuat Ijab Penawaran dan Kabul Penerimaan antara bank dan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak, sesuai dengan prinsip syari’ah. Seperti antara lain yang disebutkan dalam peraturan Bank Indonesia Nomor: 746PBI2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah. Syarat sahnya suatu akad pada Bank Syari’ah ada 3 yaitu: 36 1. Syarat Rukun yang mana rukun adalah suatu unsur yang mutlak harus ada dalam sesuatu hal, peristiwa atau tindakan. Rukun Akad tidak lain adalah Ijab dan Kabul sebab Akad adalah suatu perikatan antara Ijab dan Kabul. 2. Syarat Subjek. 36 HR. Daeng Naja, Akad Bank Syariah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hal. 21-31 Universitas Sumatera Utara 26 a. Al-muta’aqidainal-aqidain atau pihak-pihak yang berakad. b. Shighat al-aqad atau pernyataan untuk mengikatkan diri. 3. Syarat Objek. a. Al-ma’qud alaihmahal al-aqd atau objek akad. b. Maudhu’ al-aqd atau tujuan akad. Bank Konvensional dalam hal menyalurkan kredit memakai istilah Perjanjian Kredit maupun Perjanjian Pengakuan Hutang dan dari perjanjian-perjanjian tersebut ada memuat mengenai identitas para pihak dan kewenangannya dalam bertindak dan dalam pasal-pasalnya ada memuat jangka waktu, jumlah atau nilai hutang, bunga bank, provisi dan biaya administrasi bank serta obyek yang menjadi jaminannya.

2. Konsepsi