Tools dalam Six Sigma

22 Keterangan : DPO = Jumlah nonconformities per peluang kejadian. D = Jumlah nonconformities yang terjadi pada produk secara keseluruhan. TO = Jumlah peluang terjadinya cacat pada semua produk. 5. Defect per Million Opportunities DPMO Defect per Million Opportunities DPMO adalah ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas Six Sigma yang menunjukan kegagalan per sejuta kesempatan. Formula DPMO dituliskan sebagai berikut: DPMO = DPO x . . 2.4

2.2.10. Tools dalam Six Sigma

Ada beberapa alat tools yang digunakan dalam metode Six Sigma. Alat ini digunakan agar mempermudah dalam pengaplikasian Six Sigma ke dalam penyelesaian suatu permasalahan kualitas. Tools tersebut diantaranya adalah: a. Diagram Pareto Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfred Pareto, 80 masalah atau kerugian dapat disebabkan oleh 20 dari masalah kualitas. Oleh karena itu, Prinsip Pareto sering disebut dengan aturan 80-20. Diagram pareto ditampilkan pada gambar 2.3, merupakan suatu diagram yang mengurutkan data dari frekuensi terbesar sampai terkecil. Selain itu, diagram paretoini akan membantu untuk memfokuskan pada masalah kerusakan produk yang lebih sering terjadi, yang mengisyaratkan masalah-masalah mana yang bila ditangani akan memberikan manfaat yang besar. Pareto adalah tipe diagram batang, diagram ini biasanya digunakan untuk menggolongkan beberapa kategori dan dilengkapi dengan persentase masing-masing kategori. Rumus cacat sebagai berikut : cacat = �ℎ ���� �� � �ℎ ���� � � ℎ� 2.5 Setelah didapat persentase cacat dan persentase kumulatifnya maka diagram pareto dapat dibuat dan ditarik kesimpulan. 23 Gambar 2.3. Diagram Pareto Sumber: tool-of-qc-7-alat-kontrol-kualitas.html b. Diagram Sebab-Akibat. Cause Effect Diagram adalah suatu tools yang memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor- faktor yang mempengaruhinya. Diagram ini ditampilkan pada gambar 2.4. Biasa disebut dengan diagram fishbone karena bentuknya yang seperti tulang ikan. Masalah yang terjadi dianggap sebagai kepala ikan sedangkan penyebab masalah dilambangkan dengan tulang-tulang ikan yang dihubungkan menuju kepala ikan. Tulang paling kecil adalah penyebab yang paling spesifik yang membangun penyebab yang lebih besar tulang yang lebih besar. Menurut Gazperz 2002 : 241-243 faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi sumber penyebab kerusakan produk secara umum dapat digolongkan sebagai berikut : I. Material bahan mentah atau komponen Berkaitan dengan ketiadaan spesifkasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong yang digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan penolong yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong tsb, dll II. Man Power Tenaga Kerja Berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan tidak terlatih dan tidak pengalaman,kekurangan dalam ketampilan dasar yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stres, ketidakpedulian,dll. III. Methods Metode kerja atau proses prosedur operasi Berkaitan dengan tidak ada prosedur dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok, dll 24 IV. Machines Mesin dan Peralatan Berkaitan dengan tidak adanya sistem perawatan preventif terhadap mesin- mesin produksi termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan spesifikasi fungsi, tidak dikalibrasi, terlalu panas, terlalu complicated, dll V. Environment lingkungan Berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek- aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang tidak ergonomis. VI. Motivation Motivasi Berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan profesional tidak kreatif, bersikap reaktif, tidak mampu bekerjasama dalam tim, dll, yang dalam hal ini disebabkan sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja. VII. Money Uang Berkaitan dengan ketiadaan dukungan finansial keuangan guna memperlancar proyek peningkatan kualitas yang akan diterapkan. Gambar 2.4.Diagram Sebab-Akibat. Sumber: Pyzdek 2003 c. Diagram SIPOC Menurut Evans Lindsay 2007, SIPOC Supplier, Input, Process, Output, Customer adalah suatu diagram yang menggambar seluruh elemen-elemen yang terlibat dalam suatu proses bisnis.\ Penjelasan SIPOC sebagai berikut : i. Supplier merupakan input untuk mendukung proses, misalnya : orang, sistem ataupun perusahaan. 25 ii. Input merupakan material, manusia, metode dan mesin 4M yang dibutuhkan untuk jalannya suatu proses. iii. Process Merupakan kumpulan aktivitas untuk mengelola input menjadi output yang akan diberikan atau disampaikan pada customers. iv. Output merupakan produk yang diinginkan oleh customers. v. Customers merupakan pihak yang menggunakan output. d. CTQ Tree CTQ Tree adalah faktor-faktor kualitas yang penting bagi pelanggan dari tingkat yang paling tinggi hingga paling rendah. CTQ tree membantu tim pelaksana proyek untuk lebih menajamkan fokus, dari kebutuhan umum menjadi kebutuhan yang lebih terukur secara spesifik. e. Peta kendali Control Chart Control Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu. Pembuatan control chart bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara statistik out of control. Ciri khas dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribut selalu di batas oleh batas kendali atas Upper Control Limit dan batas kendali bawah Lower Control Limit. Jika nilai sampel jatuh di luar batas pengendalian berarti penyebab khusus mempengaruhi proses tersebut dan proses tersebut tidak stabil. P chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat atau sering disebut diagram cacat pecahan fraction defective diagram, sedikit berbeda dengan NP chart, NP chart digunakan untuk memonitor jumlah produk cacat di dalam sampel, ukuran dari masing-masing sampel harus konstan. Kecacatan adalah karateristik dari suatu barang yang nonconforming, sementara produk yang bersifat cacat adalah barang yang memiliki satu atau lebih kecacatan. Dalam beberapa situasi kita juga ingin mengetahui jumlah kecacatan yang dimiliki barang tersebut.Jumlah kecacatan sama pentingnya dengan apakah produk tersebut bersifat cacat. Dua diagram dapat diterapkan dalam situasi seperti ini, C chart digunakan untuk mengendalikan jumlah total kecacatan per unit. Sedangkan U chart digunakan untuk mengendalikan jumlah rata-rata kecacatan per unit. 26 f. u-chart Menurut Evans dan Lindsay 2007 di dalam proses manufaktur jumlah kecacatan sama pentingnya dengan produk tersebut bersifat cacat. Data nonconformites dapat memberikan informasi yang lebih banyak daripada nonconforming karena biasanya terdapat beberapa jenis nonconformity yang berbeda dalam satu item nonconforming. u-chart merupakan control chart atribut untuk menghitung number of nonconformities per unit atau DPU. u-chart digunakan untuk mengendalikan jumlah cacat rata-rata kecacatan per unit ketika ukuran subgroup berbeda. u-chart asal mulanya dibentuk dari inspeksi produk 100. Kenyataannya, produk yang diproduksi selalu tidak sama sehingga ukuran sampel tidak konstan. Hal tersebut mengakibatkan variasi batas kendali akan sesuai dengan ukuran sampel masing-masing subgrup Montgomery, 1991. Perhitungan untuk menentukan average number of nonconformities per unit untuk ukuran sampel yang berbeda dapat dilihat pada persamaan 2.6. � = � � � 2.6 Perhitungan CL, UCL dan LCL dan u dapat dilihat pada persamaan 2.7 sampai 2.10. u CL  2.7 i n u u LCL 3   2.8 ni u u UCL 3   2.9    i i n c u 2.10 Keterangan: � = number of nonconformities per unit n i = ukuran sampel c i = jumlah nonconformities u =average number of nonconformities per unit 27

g. Faillure Mode and Effect Analysis FMEA.