17
2.2.6. Manfaat Six Sigma
Manfaat dari penerapan Six Sigma berbeda untuk setiap perusahaan tergantung pada usaha yang dijalankan dan visimisi serta strategi perusahaan yang
bersangkutan. Tetapi pada umumnya dengan penerapan Six Sigma akan ada perbaikan dalam hal-hal berikut ini Pande dkk., 2000 :
i. Pengurangan biaya ii. Pertumbuhan pangsa pasar
iii. Pengurangan waktu siklus iv. Loyalitas pelanggan
v. Pengurangan cacat vi. Peningkatan produktivitas
vii. Pengembangan produk
2.2.7. Tujuan Six Sigma
Tujuan dari peningkatan kualitas Six Sigma dapat dipandang menjadi dua kategori yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Six Sigma
adalah untuk memperbaiki sistem manajemen suatu perusahaan yang terkait dengan pelanggan. Tujuan khusus dari Six Sigma adalah untuk memperbaiki
proses yang difokuskan pada usaha untuk mengurangi varian proses yang cacat sehingga dapat mencapai 3,4 DPMO. Potensi untuk timbulnya cacat memang
akan selalu ada karena tidak ada proses yang sempurna, walaupun proses berlangsung dengan baik dan benar sesuai dengan yang diharuskan. Pande
dkk., 2002.
2.2.8. Metodologi Six Sigma DMAIC
Pemecahan masalah problem solving adalah aktivitas yang melibatkan perubahan suatu keadaan yang sedang berlangsung sebagaimana seharusnya.
Bertahun-tahun yang lalu, Juran mendefinisikan terobosan breakthrough sebagai pencapaian suatu tingkat perbaikan yang membawa perusahaan ke
tingkatan yang belum pernah dicapainya.Tujuan Six Sigma sering kali berfokus pada perbaikan yang menambah nilai kepada perusahaan dan pelanggan
perusahaan tersebut melalui pendekatan pemecahan masalah yang sistematis. Para pemimpin revolusi kualitas seperti W. Edwards Deming, Joseph Juran dan
Philip Crosby menawarkan beberapa metodologi khusus untuk perbaikan pada awal dicanangkannya revolusi kualitas. Meskipun tiap metodologi memiliki
beberapa perbedaan dengan yang lain,mereka semua memiliki tema yang sama:
18 i. Pendefinisan
ulang dan
analisis masalah:
Mengumpulkan dan
mengorganisasikan informasi, menganalisis data dan asumsi yang mendasari data tersebut serta menelaah masalah untuk mendapatkan perspektif baru
dengan tujuan agar memperoleh definisi masalah yang dapat diperbaiki. ii. Mengumpulkan ide: brainstoarming untuk mengembangkan potensi solusi.
iii. Mengevaluasi dan memilih ide: menentukan apakah ide-ide yang dijaukan bermanfaat dan akan mencapai tujuan pemecahan masalah.
iv. Mengimplementasikan ide: menjual solusi tersebut dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang akan menggunakan ide tersebut.
Tema-tema ini tercermin dalam metodologi pemecahan masalah utama yang digunakan Six Sigma yaitu DMAIC- Merumuskan,mengukur,menganalisis,
meningkatkan dan mengendalikan. Evans dan Lindsay, 2007 a. Define D
Tahapan dalam fase Define : i.
Penentuan Cakupan Proyek. Perusahaan memiliki sejarah produksi percetakan buku yang tidak memuaskan,
setelah mempelajari data jenis cacat, jumlah cacat, jumlah defective, meningkatkan kepuasan konsumen dan menurunkan jumlah cacat produksi
sehingga sesuai target. ii.
Mengidentifikasi Proses Bisnis melalui SIPOC Suppliers, Input, Process, Output, Customers.
Proses bisnis dapat dilihat dengan diagram SIPOC. Diagram SIPOC menggambarkan interaksi keseluruhan proses pada percetakan buku softcover.
iii. Mengidentifikasikan Faktor Critical to Quality CTQ.
CTQ merupakan karakterisitik kualitas pada produk yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. CTQ kunci dan CTQ potensial yang berpengaruh dalam
menimbulkan cacat produk termasuk di dalam Critical To Quality CTQ Tree. b. Measure M
Tahapan dalam fase Measure: i. Pemetaan proses Process mapping
Process mapping digunakan untuk menjabarkan proses-proses sehingga dapat ditemukan kapan terjadi proses yang menimbulkan CTQ. Contoh process map
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
19
Gambar 2.2.Process Mapping Sumber: Prashar 2014
ii. Pengukuran Kinerja Sekarang Menggunakan Peta Kendali.. Pengukuran kinerja sekarang menggunakan peta kendali dilakukan untuk
mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu. Pembuatan peta kendali bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak
terkendali secara statistik out of control. iii. Analisis Kapabilitas Proses baseline kinerja
Pengukuran Kapabilitas Proses baseline kinerja dalam Six Sigma dilakukan untuk mengetahui pencapaian nilai Sigma sebagai dasar untuk peningkatan
kualitas ke arah zero defect. Baseline kinerja diukur dalam DPMO yang kemudian dikonversi ke nilai sigma.
Baseline kinerja dalam Six Sigma ditetapkan dengan menggunakan satuan pengukuran DPMO defect per Million Oppurtunities dan tingkat kapabilitas
Sigma Sigma level . Ada 3 baseline kinerja : 1. Pengukuran baseline kinerja pada proses.
Pengukuran kinerja pada tingkat proses akan memberikan gambaran yang jelas tentang segala sesuatu yang terjadi dalam sub-proses.
2. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output. Pengukuran kinerja pada tingkat output dilakukan secara langsung pada produk
akhir yang akan diserahkan kepada pelanggan, apakah dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan.
3. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat outcome. Pengukuran ini dilakukan secara langsung pada pelanggan yang menerima
output dari proses.
20 c. Analyze A
Tahapan dalam fase Analyze: i.
Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari masalah kualitas. Proyek Six Sigma membutuhkan :
1. Identifikasi masalah secara tepat. 2. Menemukan sumber masalah dan akar penyebab dari masalah kualitas ini.
3. Mengajukan solusi masalah kualitas yang efektif dan efisien. 4. Sumber penyebab masalah kualitas yang ditemukan berdasarkan prinsip 7M,
yaitu: manpower tenaga kerja, machines mesin dan peralatan, methods metode kerja, materials bahan baku, media environment, motivation
motivasi dan money keuangan. Gazpersz, 2007:241-243. d. Improve I
Merupakan tahap peningkatan kualitas Six Sigma dengan melakukan pengukuran lihat dari peluang, kerusakan, proses kapabilitas saat ini,
rekomendasi ulasan perbaikan, menganalisa kemudian tindakan perbaikan dilakukan.
e. Control C Ketika proses improvement menunjukkan peningkatan yang signifikan, proses
harus selalu diawasi agar kondisi ini dapat dipertahankan. Control dapat dijadikan dasar untuk continous improvement pada proyek selanjutnya untuk
mengembangkan kapabilitas proses ke arah yang lebih baik. Pada tahap ini hasil peningkatan
kualitas didokumentasikan
dan disebarluaskan,
prosedur didokumentasikan dan dijadikan sebagai pedoman standar. Terdapat dua alasan
dalam melakukan standarisasi, yaitu : 1. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah tidak
distandarisasi terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu tertentu, pihak kualitas dan karyawan akan menggunakan kembali cara kerja yang lama
sehingga memunculkan masalah yang telah terselesaikan itu. 2. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah ini tidak
distandarisasi dan didokumentasikan, maka terjadi kemungkinan stelah periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian karyawfan dan divisi kualitas orang baru
akan menggunakan cara kerja yang akan memunculkan kembali masalah yang sudah pernah terselesaikan.
21
2.2.9. Isitilah Dalam Six Sigma