Six Sigma. Pyzdek 2003 menyebutkan Six Sigma merupakan metode pengendalian dan Dasar Statistik Six Sigma.

14 b. Menilai kesesuaian Membandingan antara produk yang dibuat dengan standar-standar yang telah ditetapkan. c. Mengambil tindakan yang diperlukan Mencari penyebab timbulnya masalah dan mencari pemecahan masalahnya. d. Merencanakan perbaikan Mengembangkan usaha-usaha yang kontinyu untuk memperbaiki standar- standar biaya, prestasi, keamanan dan keandalan. Dengan adanya pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, fungsi pengendalian kualitas harus dilaksanakan sebelum maupun pada saat proses dilakukan.

2.2.4. Six Sigma. Pyzdek 2003 menyebutkan Six Sigma merupakan metode pengendalian dan

peningkatan kualitas yang berfokus pada proses sehingga mencapai 3,4 cacat dalam satu juta kemungkinan. Evans dan Lindsay 2007 menyebutkan Six Sigma paling tepat didefinisikan sebagai metode peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi,meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan. Secara etimologi Six Sigma tersusun dari 2 kata yaitu Six yang berarti enam dan Sigma yang merupakan simbol dari standar deviasi. Istilah Six Sigma diambil dari terminologi statistik, dimana sigma � adalah simpangan baku dalam distribusi normal dengan probabilitas a ± 6 enam atau sama dengan P value = 0,999996 atau efektivitas sebesar 99, 9996. Dapat dikatakan bahwa proses dengan nilai Sigma yang lebih tinggi pada suatu proses akan mempunyai defect yang lebih sedikit baik jumlah defect maupun jenis defect. Meskipun awalnya Six Sigma dibuat untuk dunia manufaktur dengan konteks spesifikasi berbasis tingkat toleransi, konsep Six Sigma telah diterapkan secara operasional ke dalam proses jenis apapun dan telah memunculkan kesepakatan bahwa tingkat kualitas yang diterima secara umum 15 adalah tingkat dengan jumlah cacat paling banyak 3,4 cacat per satu juta kemungkinan. Meskipun demikian, tidak semua proses harus beroperasi pada tingkatan Six Sigma. Tingkatan yang tepat tergantung pada seberapa penting suatu proses secara strategis serta biaya perbaikan jika dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkannya.

2.2.5. Dasar Statistik Six Sigma.

Enam Sigma mewakili tingkatan kualitas di mana kesalahan paling banyak berjumlah 3,4 cacat per satu juta kemungkinan. Konsep ini berakar dan berasal dari konsep spesifikasi desain di bidang manufaktur serta kemampuan suatu proses untuk mencapai spesifikasi tersebut.Tingkatan kualitas enam sigma adalah tingkat yang setara dengan variasi proses sejumlah setengah dari yang ditoleransi oleh tahap desain dan dalam waktu yang sama memberi kesempatan agar rata-rata produksi bergeser sebanyak 1,5 standar deviasi dari target. Gambar 2.1.menjelaskan teori dasar Six Sigma dalam konteks spesifikasi manufaktur. Sebagai contoh kegagalan perusahaan Motorola di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata proses yang dilakukan meleset seperti gambar 2.1. Merupakan hal yang penting untuk memberikan kesempatan pada kurva distribusi untuk bergeser, karena tidak ada proses yang bisa dipertahankan pada tahap sempurna. Gambar 2.1. Teori Dasar Six Sigma Sumber : James R. Evans dan William M. Lindsay,”An introduction Six Sigma Process Improvement. 2007 Dalam gambar 2.1.wilayah di bawah ekor kurva yang bergeser di luar wilayah enam Sigma baik di atas maupun di bawah batas toleransi hanya berukuran seluas 0,0000034 atau 3,4 per satu juta. Artinya, jika rata-rata suatu proses dapat dikontrol agar bergeser paling banyak 1,5 standar deviasi dari target, maka 16 kita dapat mengharapkan cacat hanya terjadi sejumlah 3,4 per satu juta kejadian. Jika rata-rata tersebut dapat dijaga tepat sesuai target area distribusi pada gambar 2.1. maka kemungkinan terjadinya cacat hanyalah satu per satu miliar kejadian. Jika pergeseran terjadi kedua arah, maka kemungkinan cacat pada tingkatan enam sigma paling banyak hanyalah 6,8 per satu juta kesempatan. Jumlah cacat untuk beberapa pergeseran proses satu arah dari mean dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.2.Jumlah Cacat per satu juta untuk Beberapa Pergeseran n- Sigma dari Titik Tengah dan Tingkat Kualitas. Sumber : Pa ndu R. Takadimalla, “The Confusion over Six-Sigma Quality progress 27, no 11 November 1994. © 1994 American Society for Quality.Dicetak kembali oleh penerbit. catatan: terdapat kesalahan pada nilai pergeseran nol dari target dalam tabel asli yang diterbitkan dan nilai tersebut telah diperbaiki di sini. Tabel 2.2.menunjukkan jumlah cacat per satu juta pada satu ekor kurva distribusi normal untuk tingkatan kualitas sigma yang berbeda serta pergeseran yang berebeda. Di sini dapat dicatat bahwa tingkatan kualitas dengan jumlah cacat sejumlah 3,4 per satu juta dapat dicapai melalui beberapa cara, sebagai contoh : i. Dengan pergeseran Sigma dari target sebanyak 0,5 dan kualitas 5 Sigma. ii. Dengan pergeseran Sigma dari target sebanyak1,0 dan kualitas 5,5 Sigma. iii. Dengan pergeseran Sigma dari target sebanyak 1,5 dan kualitas 6 Sigma. Dalam kebanyakan kasus, mengendalikan proses agar sesuai dengan target merupakan pilihan yang lebih murah dibandingkan mengurangi variabilitas proses. Tingkatan Sigma dapat dengan mudah dihitung dengan Excel menggunakan formula : ����� = NORMSINV 6 −D M 6 + ,5 2.1 NORMSINV adalah fungsi untuk mengembalikan cumulative distribution function ke bentuk Z. 17

2.2.6. Manfaat Six Sigma