Irfan Tidak Memiliki Keluarga Utuh “ Bekerja Sebagai Pengamen Karena Ajakan Dari Teman”.

88

4.4.3 Irfan Tidak Memiliki Keluarga Utuh “ Bekerja Sebagai Pengamen Karena Ajakan Dari Teman”.

Udin yang berusia 34 tahun dan berprofesi sebagai buruh bangunan, tinggal bersama ketiga anaknya. Dimana anak pertamanya bernama Michael berusia 15 tahun duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah pertama, dan anak kedua bernama Irfan berusia 10 tahun duduk di kelas 5 sekolah dasar, dan anak terakhirnya bernama Yosep berusia 6 tahun duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Keluarga Udin tinggal di Jalan. Starban gang Bilal Medan Polonia. Dengan rumah milik sendiri yang merupakan warisan dari orang tua Udin. Isterinya bernama Evi usia 31 tahun, sudah bercerai dengannya sejak tahun 2012 silam. Evi meninggakkan Udin bersama ketiga anak-anaknya. Sehingga Udin yang harus merawat dan membesarkan anak- anaknya dengan bantuan oleh ibunya yang bernama Farida. Gambar : Pemandangan halaman rumah Keluarga Udin. Universitas Sumatera Utara 89 Sudah lebih dari 16 tahun Udin tinggal dirumahnya bersama dengan keluarganya, dan belakangan ini juga bersama ibunya. Udin mengajak ibunya tinggal bersama dengannya, ketika ayah Udin atau suami Farida telah meninggal dunia. Ibunya tinggal dirumahnya sekalian untuk merawat anak-anaknya yang telah ditinggalkan oleh Evi. Rumah yang di tempati Udin menjadi saksi bagaimana kisah dan perjalanan hidup dalam rumah tangganya. Terlihat dari depan rumahnya yang sudah tempati selama 16 tahun ini masih berdindingkan papan dan berlantai semen. Rumahnya terlihat sudah saatnya untuk renovasi dan diperbaiki. Tetapi Udin belum mampu untuk memperbaiki rumahnya sendiri. Di depan rumah terlihat beberapa batu bata, yang di bawa Udin dari tempat kerjanya. Karena merupakan sisa-sisa sebuah bangunan yang dikerjakan oleh Udin. Pernikahanya dengan Evi hanya berlangsung harmonis selama 11 tahun saja, dia tidak mengetahui kenapa isterinya meninggalkan dirinya dan juga anak-anaknya. Selama ini, Evi tidak pernah bekerja, Udin tidak pernah menyuruh isterinya untuk bekerja, tugas Evi hanya merawat anak-anak mereka dan membersihkan rumahnya mereka saja. Selama ini kehidupan dan keadaan ekonomi keluarga Udin hanya sebatas adanya saja. Udin mengira bahwa isterinya sangat tidak puas dengan materi yang diberikan oleh Udin. Secara finansial Udin memang jauh dari kata cukup terkadang sangat kurang dan hanya cukup untuk biaya makan mereka sehari-hari. Pekerjaan Udin pun hanya sebagai buruh bangunan yang masih berpenghasilan rendah. Pada tahun 2011, Evi lari dari rumah Udin dan meninggalkan dirinya juga beserta anak- anaknya, saat itu anak bungsu dari pasangan Evi dan Udin masih berusia 2 tahun, Evi dengan tidak memiliki perasaan berani dan tega meninggalkan anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang dan belaian dari seorang ibu. Tidak hanya Yosep yang kehilangan sosok ibu Michael dan Irfan juga mengalami nasib yang sama, ketika saudara itu harus kehilangan dan ditinggalkan oleh Universitas Sumatera Utara 90 ibu mereka. Karena kasihan melihat para anak-anaknya, Udin kembali membujuk Evi untuk kembali kepadanya dan mengasuh anak-anaknya. Udin sudah mencari-cari kemana Evi pergi dan akhirnya Udin menemukan Evi di rumah mertuanya. Dengan bujukannya, akhirnya Evi mau kembali kepada suamiya. Evi kembali lagi kerumahnya melanjutkan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang merawat dan membesarkan ketiga anak-anaknya. Kembalinya Evi kerumahnya tidak bertahan begitu lama, pada tahun 2013 Evi kembali meninggalkan keluarganya dan anak-anaknya. Karena merasa lelah dengan sikap Evi yang masih melakukan kesalahan yang sama. Udin membiarkan Evi meninggalkan anak-anaknya, jika rumah tangga yang sudah ia bangun selama ini akan berakhir dengan perceraian ia hanya bisa pasrah. Udin juga sudah sangat tidak mampu untuk memperbaiki rumah tangganya, Perceraian memang sangat dilarang dalam setiap agama, jika isterinya tetap berniat meninggalkan dirinya dan anak- anaknya ia hanya bisa merelakannya. Udin sudah berusaha untuk menjaga dan memperbaiki rumah tangganya tetapi pada kenyatannya, isterinya Evi tetap bertindak bodoh dan meninggalkan keluarganya. Akhirnya Udin memutuskan untuk berpisah dan bercerai dengan isterinya. Ia tidak mengharapkan Evi kembali ke kehidupan ia dan anak-anaknya. Kesabaran Udin sebagai kepala rumah tangga sudah sampai pada puncaknya. Evi sama sekali tidak perduli dengan keadaan anak-anak mereka. Udin akan merawat dan membesarkan anak-anaknya sekuat dan semampunya. Tentu saja tidak mudah bagi Udin untuk mengasuh dan merawat ketiga anak- anaknya, ia juga harus bekerja untuk membiayai ketiga anaknya. Apalagi kedua anaknya sudah bersekolah, Udin harus memberikan pendidikan dengan cara menyekolahkan anak-anaknya. Untuk itu, Udin bekerja sebagai buruh bangunan yang membuatnya bekerja tidak dalam kota Medan saja, terkadang pekerjaannya harus berada di luar kota Medan. Karena hal ini Udin Universitas Sumatera Utara 91 mengajak ibunya tinggal bersamanya. Semenjak Evi meninggalkan dirinya tidak ada lagi yang merawat anak-anaknya ketika ia pergi bekerja. Jika Farida tinggal bersamanya dapat membantunya dalam menjaga dan merawat anak-anaknya. Farida juga sangat kasihan jika ketiga cucunya tidak ada yang mengasuh dan menjaga jika Udin pergi bekerja ke luar kota. Setelah berpisah dengan Evi, Udin lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Ia menjadi jarang kembali dan pulang kerumahnya untuk berkumpul bersama anak-anaknya. Terkadang Udin hanya kembali kerumahnya sekali dalam sebulan. Hal ini membuat anak- anaknya tidak hanya kehilangan kasih sayang dari sosok ibu saja tetapi juga dari sosok seorang ayah. Udin hanya menjalankan tugas sebagai kepala rumah tangga dan ayah dari ketiga anak- anaknya, ia harus bekerja keras untuk dapat membiayai anak-anaknya dan menyekolahkan anak- anaknya setinggi mungkin. Sebagai buruh bangunan yang tidak berpenghasilan tinggi, jika tidak bekerja lebih giat penghasilan yang ia dapatkan pun akan semakin rendah. Udin harus mengorbankan waktunya untuk bekerja daripada harus berkumpul dengan ketiga anak-anaknya. Pengasuhan anak-anak Udin seutuhnya diberikanya kepada ibunya Farida. Setiap hari Farida harus merawat dan menjaga ketiga cucunya. Tidak hanya itu saja, Farida juga bagaikan seorang ibu bagi ketika cucu-cucunya. Ia setiap hari harus memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya dilakukan oleh Evi. Farida dan cucunya selalu bekerja sama dalam mengurus rumah mereka, seperti mencuci piring dan pakaian, Bahkan sampai dengan membersihkan rumah yang mereka tempati, Michael dan Irfan selalu ikut serta membantu nenek mereka. Farida sebagai seorang nenek bagaikan sebagai ibu dan ayah bagi ketiga cucu-cucunya, yang terkadang merasa kesepian setelah berpisah dengan ibu mereka, di tambah lagi ayah mereka juga harus bekerja dan jarang sekali kembali dan pulang kerumah mereka. Michael, Irfan, dan Yosep bagaikan tidak mempunyai sepasang orang tua. Universitas Sumatera Utara 92 Penghasilan yang didapatkan oleh Udin tidaklah terlalu tinggi, setiap pulang kerumahnya Udin hanya memberikan beberapa uang kepada ibunya untuk biaya makan dan biaya sekolah untuk anak-anaknya. Terkadang uang yang diberikan udin kepada ibunya sangatlah tidak cukup, Farida harus benar-benar dapat membagi uang hasil dari keringat Udin. Sebagai seorang nenek, Farida juga menginginkan yang terbaik untuk cucunya. Agar uang yang diberikan Udin dapat memenuhui kebutuhan sehari-hari ketika cucunya. Farida hanya memberikan uang jajan secukupnya kepada ketiga cucunya, hanya cukup untuk ongkos pulang dan pergi ke sekolah saja, dan biasanya Farida membekali ketiga cucunya agar di sekolah mereka tidak perlu menghabiskan uang di kantin sekolah, dengan begitu mereka dapat untuk berhemat. Walaupun terkadang ketiga cucunya itu selalu meminta uang jajan lebih, yang akan mereka gunakan untuk membeli jajanan di sekolah. Anak-anak pasti selalu ingin menghabiskan uangnya dengan membeli makanan sepuas hati mereka. Farida selalu memberikan pemahaman kepada ketiga cucunya, agar mereka mengerti terhadap keadaan yang mereka alami. Apalagi nenek dari ketiga cucu ini tidak mempunyai pekerjaan yang menghasilkan uang. Terkadang Farida juga memberikan uang jajan lebih kepada ketiga cucunya tersebut, karena dia merasa kasihan. Hanya sekali dalam seminggu dia memberikan uang jajan lebih, dan berharap ketiga cucunya merasa tidak kekurangan sama sekali. Pada kenyatannya, ketiga anak Udin kerap merasa kekurangan dalam bidang materi yang diberikan oleh ayahnya. Tidak sepenuhnya kebutuhan para anak-anaknya dapat dipenuhi oleh Udin. Penghasilan yang didapatkan oleh Udin hanya cukup untuk kebutuhan pangan bagi ketiga anak-anakya. Setiap anak pasti membutuhkan kebutuhan lainnya tetapi yang mampu Udin berikan hanya sekedar itu saja. Paling Penting bagi Udin adalah ketiga anak-anaknya dapat bertahan hidup dan melanjutkan pendidikan sampai kepada jenjang yang lebih tinggi. Udin Universitas Sumatera Utara 93 berharap ketiga anak-anaknya menjadi seseorang yang berpendidikan tidak seperti dirinya yang memiliki pendidikan yang rendah. Karena hal pendidikan Udin tidak dapat mencari pekerjaan yang lebih layak dan berpenghasilan tinggi. Udin sangat mengharapkan kehidupan anak-anaknya jauh lebih baik daripada dirinya. Setiap anak pasti akan memiliki kebutuhan dan keinginan yang mereka harapakan dari orang tuanya. Udin tidak dapat mewujudkan segala keinginan dari anak-anaknya meskipun itu merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Udin. Dikarenakan kondisi keuangan Udin yang tidak menentu dan terkadang tidak mencukupi. Seorang anak akan jarang sekali mengerti dan memahami bagaimana kondisi keuangan para orang tuanya. Begitu juga dengan ketiga anak- anak Udin yang sama sekali tidak mengerti dengan kondisi dirinya. Sudah sering Udin mengabaikan segala permintaan dari ketiga anak-anaknya tersebut. karena pada dasarnya ia memang tidak sanggup untuk mewujudkannya. Hal ini akan membuat para anak-anak berusaha untuk mewujudkan segala keinginan mereka dengan caranya tersendiri. Begitu juga dengan Irfan anak kedua Udin, yang merasa bosan dengan keadaan yang dialaminya. Kerap kali ia merasa kekurangan dan tidak puas dengan materi yang diberikan oleh ayahnya. Bukan hanya Irfan yang merasa seperti itu tetapi kedua saudaranya juga merasakan hal yang sama dengannya. Irfan ingin sekali terlepas dari keadaan yang selalu serba kekurangan, ia juga terkadang ingin merasakan kehidupan yang serba berkecukupan seperti anak-anak lainnya. Tetapi keadaan orang tuanya yang tidak dapat memberikan sesuatu yang lebih kepadanya dan kedua saudaranya. Keadaan ini membuat ketiga anak Udin harus dapat menerima segala keadaan yang mereka alami. Paling panting bagi Udin, ia masih tetap bekerja dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Universitas Sumatera Utara 94 Semenjak perceraian kedua orang tuanya, membuat Irfan bebas bergaul dengan siapapun. Udin juga tidak dapat mengontrol pergaulan dari ketiga anak-anaknya karena ia sering berkerja di luar kota Medan. Hal ini membuat ia sepenuhnya tidak mengetahui dengan siapa saja anak- anaknya berteman dan bergaul. Perceraian oleh kedua orangtuanya, membuat Irfan sangat terpukul dan depresi. Sebenarnya Irfan belum dapat menerima perceraian kedua orangtuanya. Hal ini membuatnya menjadi anak yang sering mencari kesenangan bersama dengan teman- temannya. Jika berada rumahnya, ia selalu teringat akan ibunya, dan hal ini sering membuat Irfan menjadi sedih dan mengingat kenangannya bersama Evi. Sehingga membuat Irfan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain-main di luar rumahnya. Irfan mempunyai seorang teman bernama Rendi lebih tua darinya dan bekerja sebagai pengamen. Ia sering diajak oleh Rendi untuk menjadi seorang pengamen, karena Rendi selalu mengatakan bekerja sebagai pengamen dapat menghasilkan uang yang lumayan banyak. Dengan mengingat kondisi perekonomian keluarganya yang selalu serba kekurangan, membuat Irfan merasa sedikit tergiur dengan ajakan Rendi. Tetapi Irfan selalu menolak ajakan dari temanya tersebut, karena ia merasa bahwa itu adalah pekerjaan yang berbahaya dan juga melelahkan. Rendi selalu berusaha untuk tetap membuat Irfan menyetujui untuk menjadi seorang pengamen. Mengingat kondisi dari keuangan ayahnya, menjadi alasan bagi Irfan untuk mencoba menjadi seorang pengamen. Karena selama ini kehidupannya selalu penuh dengan kekurangan. Awal mula Irfan menjadi seorang pengamen merupakan ajakan dari salah satu temanya yang berulang kali mengajak dan membujuknya untuk bekerja sebagai seorang pengamen. Dengan mengatakan, bahwa jika bekerja menjadi seorang pengamen akan dapat menghasilkan uang yang banyak. Irfan sebagai seorang anak yang selalu merasa kekurangan dalam hal materi yang diberikan oleh ayahnya, tanpa berpikir panjang akan menyetujuinya. Bukan hanya karena Universitas Sumatera Utara 95 kondisi keuangan keluargnya saja tetapi perceraian kedua orang tua merupakan faktor yang mendorong Irfan tergiur untuk bekerja di jalanan. Rasa sepi semenjak ditinggalkan oleh ibunya membuat Irfan harus mencari kesibukan yang lain agar ia tidak teringat akan pahitnya kehilangan sosok seorang ibu. Irfan benar-benar sudah matang terhadap keputusannya untuk menjadi seorang pengamen. Namun ia harus tetap meminta izin kepada neneknya untuk pergi bekerja, tidak mungkin bagi Irfan pergi tanpa sepengatahuan nenek yang telah merawat ia dan kedua saudarnya itu. Sebagai seorang nenek, Farida tentu tidak akan mengizinkan Irfan bekerja sebagai seorang pengamen, karena itu adalah pekerjaan yang paling berbahaya terhadap anak-anak seusia Irfan. Farida sangat melarang keras cucunya untuk bekerja sebagai seorang pengamen. Niat Irfan untuk bekerja sebagai seorang pengamen harus ia kubur dalam-dalam karena nenek yang sudah merawatnya selama ini tidak memberikan izin kepadanya. Tetapi jauh di dalam lubuk hati Irfan tetap menginginkan pekerjaan sebagai pengamen. Irfan harus benar-benar mencari cara agar ia mendapatkan izin dari neneknya untuk bekerja sebagai seorang pengamen. Karena dengan menjadi pengamen ia pasti mempunyai uang yang banyak untuk membeli keperluan yang ia butuhkan. Seperti halnya teman Rendi selalu mendapatkan uang dengan jumlah yang lumayan tinggi dan dapat membeli apapun yang ia inginkan. Irfan berharap jika bekerja, ia dapat membeli apapun yang ia butuhkan karena selama ini ia tidak pernah mendapatkan apapun yang ia inginkan karena kondisi perekonomian ayahnya yang tidak mampu untuk memenuhui segala keperluan dan kebutuhannya. Jika ingin terlepas dari kondisi seperti ini Irfan harus bekerja menjadi seorang pangamen agar dapat merubah kehidupannya. Universitas Sumatera Utara 96 Karena tidak mendapatkan izin dari neneknya, Irfan bersama dengan temannya pergi mengamen tanpa sepengetahuan neneknya. Tetapi tetap saja Farida mengetahui bahwa Irfan menjadi seorang pengamen. Ketika pertama kali Irfan terjun ke jalanan ia mendapatkan uang sebesar Rp.15.000 yang merupakan hasil dari mengamen bersama temannya yang mereka bagi dua. Ketika ia pulang kerumahnya sekitar pukul 18.00 wib, neneknya sangat marah besar kepada Irfan karena tidak biasanya ia pulang kerumah selama itu. Irfan mengatakan yang sebenarnya bahwa ia baru saja pulang dari jalanan mencari uang dengan menjadi seorang pengamen. Farida hanya terdiam dan meneteskan air matanya, ia merasa sangat terpukul jika cucunya harus bekerja sebagai pengamen. Namun ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk itu, karena Farida tidak mempunyai pekerjaan yang menghasilkan uang. Alasan Irfan turun ke jalan karena ia merasa tidak cukup terhadap kebutuhan yang diberikan oleh ayahnya. Farida tidak dapat melarang lagi Irfan untuk mengamen, jika cucunya memilih pekerjaan yang seperti itu ia hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan agar cucunya selalu di lindungi dan mendapatkan keselamatan ketika bekerja di jalanan. Permasalahan bagi Farida bukanlah pekerjaan cucunya tetapi yang paling ia cemaskan adalah keselamatan dan keamanan Irfan ketika berada di jalanan. Irfan mengatakan kepada neneknya bahwa tidak perlu mencemaskan dirinya, sebisa mungkin Irfan akan tetap menjaga dirinya dari bahaya yang akan mengancam jiwa dan keselamatannya. Karena ia selalu besama temannya Rendi yang jauh lebih tua darinya yang dapat melindunginya. Irfan menikmati pekerjaanya menjadi seorang pengamen, tidak ada masalah bagi Irfan jika ia harus melakukan pekerjaannya. Jika itu dapat merubah keadaan ekonomi keluarganya akan tetap ia lakukan. Karena selama ini Irfan sudah mengalami pahitnya hidup yang serba kekurangan, ia juga tak ingin merasakan itu selamanya. Dengan bekerja ia sebagai pengamen Universitas Sumatera Utara 97 tentu saja tidak dapat merubah keadaan ekonomi keluarganya. Tetapi dengan bekerja Irfan setidaknya dapat meringkan sedikit beban ayahnya. Penghasilan yang didapatkan Irfan pun tidak terlalu tinggi, hanya saja uang yang ia hasilkan dapat menambah uang jajan yang ia perlukan untuk kebutuhan sekolahnya. Karena selama ini Irfan pun tidak pernah mendapatkan apanya yang ia butuhkan mengenai perlengkapan sekolahnya. Irfan dan kedua saudaranya, ketika pergi ke sekolah hanya diberikan uang jajan yang hanya cukup untuk membayar ongkos pulang pergi dari rumah kesekolahnya. Ketiga saudara ini bersekolah di daerah Padang Bulan, Jl. Jamin Ginting- Kota Medan. Sehingga membuat jarak antara rumah mereka dengan sekolah sangat jauh. Setiap hari mereka harus menaiki kendaraan umum. Neneknya hanya memberikan uang yang cukup untuk membayar tarif ongkos yang harus meraka bayar. Hal ini membuat Irfan harus menahan seleranya untuk membeli makanan yang ada di kantin sekolahnya. Neneknya setiap hari sudah menyiapkan bekal yang akan mereka bawa sekolah, sehingga tidak perlu lagi Irfan membeli makananya yang ada di sekolahnya. Terkadang Irfan tidak dapat menahan seleranya untuk tidak membeli makanan atau jajanan yang banyak tersedia di sekolahnya, jika ia menghabiskan uang yang diberikan oleh neneknya yang hanya cukup untuk membayar ongkos kendaraan. Maka Irfan tidak akan pulang dari sekolah dengan kendaraan umum, ia harus berjalan kaki dari sekolah ke rumahnya. Terkadang Irfan dan bersama teman-temannya pulang dengan berenang dari sungai yang berada tepat di belakang sekolahnya. Sungai yang merupakan aliran darisungai Babura, sungai ini akan membawa Irfan dan teman-temannya pulang kerumahnya masing-masing. Hanya dengan cara itu Irfan dapat kembali kerumahnya jika uang yang diberikan oleh neneknya ia habiskan untuk membeli jajanan di sekolahnya. Universitas Sumatera Utara 98 Keadaan ini selalu Irfan rasakan setelah ia duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, terkadang ia lebih memilih pulang dengan berenang atau berjalan kaki bersama teman-temannya daripada harus menaiki kendaraan umum yang kadang sangat penuh penumpangnya. Sebagai anak sekolahan yang memberikan ongkos lebih murah. Irfan terkadang tidak mendapatkan tempat duduk ia hanya duduk di tengah-tengah tempat duduk penumpang lainnya. Hal ini membuat Irfan lebih memilih untuk berenang atau berjalan kaki ketika pulang dari sekolah. Dengan begitu ia juga dapat menggunakan uang ongkosnya untuk membeli keperluan lainnya yang ia butuhkan. Rendahnya penghasilan Udin sebagai ayahnya sangat berimbas kepada anak- anaknya. Irfan lebih menyukai ketika berada di jalanan, sempat ia merasa bosan untuk bersekolah dan berniat untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Tetapi ia sangat menyadari pendidikan sangat penting baginya, ayah dan neneknya tidak akan membiarkan ia untuk berhenti bersekolah. Karena selama ini alasan Udin bekerja adalah untuk membiayai kebutuhan sekolah untuk anak- anaknya. Irfan harus memilih apakah tetap bersekolah dan diberikan izin untuk bekerja di jalanan, atau jika Irfan berhenti sekolah ia juga harus berhenti bekerja sebagai pengamen. Hal ini membuat Irfan menjadi bimbang dan tidak dapat memilih keduanya. Ia sadar bahwa pendidikan memang sangat penting baginya, dan bekerja di jalanan juga sangat membantunya dalam menghadapi permasalahan ekonomi keluarganya. Bekerja sebagai pangamen sambil bersekolah sangat melelahkan bagi Irfan. Ia tidak bisa lepas dari keduanya, pendidikan sangat penting dan menjadi pengamen juga sangat membantunya. Akhirnya Irfan tetap melanjutkan pendidikanya sambil bekerja sebagai pengamen seperti biasanya. Setelah beberapa lamanya Irfan bekerja di jalanan. Ia merasa bahwa berada di jalanan tidak seburuk yang ia bayangkan, selain mendapatkan uang ia juga dapat menghabiskan sebagian Universitas Sumatera Utara 99 waktunya di jalanan. Dengan bekerjanya Irfan sebagai seorang pengamen dapat menghilangkan kejenuhannya terhadap hidupnya setelah perceraian kedua orang tuanya. Ia dapat melupakan segala permasalahan yang berasal dari keluarganya. Pada awalnya Irfan merasa bahwa kehidupan jalanan itu sangat berbahaya bagi anak seusianya. Setelah menjalani pekerjaan sebagai pengamen di jalanan ternyata tidak seburuk yang dibayangkan oleh Irfan. Kenyataannya ia merasa bahwa jalanan juga memberikan ia ruang untuk bebas melakukan hal yang ia mau. Kerinduannya terhadap sosok seorang ibu tidak lagi menjadi permasalahan baginya, kesibukannya di jalanan membuatnya dapat melupakan tentang ibunya. Bekerja di jalanan sebagai pengamen juga sangat menyenangkan bagi Irfan. Selain menghasilkan uang ia juga mendapatkan teman yang baru dari sesama pengamen. Keadaan para mengamen yang berada di jalanan sangat berbeda-beda bentuknya. Terdiri dari anak-anak seusianya dan bahkan sampai pada seorang anak yang sudah remaja dan juga dewasa. Irfan sebenarnya tidak memahami bagaimana keadaan para pengamen di jalanan, yang terlihat olehnya adalah penampilan yang berbeda pada setiap pengamen. Di jalanan, Irfan sudah banyak melihat para pengamen yang memiliki penampilan yang mencolok, biasanya pengamen yang sudah remaja dan tidak memiliki keluarga akan berpenampilan aneh. Seperti model rambut yang tidak sewajarnya dan beraneka warna, memakai anting-anting di teliga, hidung dan juga mulut. Pengamen model seperti ini selalu menggunakan gitar besar. Ada juga beberapa pengamen yang berpenampilan layak seorang penyanyi memakai pakaian yang rapi dan juga mengenakan sepatu, pengamen model seperti ini biasanya masih memiliki kerabat atau keluarga. Pengamen anak-anak seusia dengannya juga memiliki beberapa perbedaan. Beberapa anak-anak yang bekerja sebagai pengamen menggunakan gitar kecil dan krincingan untuk mengamen, dan juga anak-anak yang bekeja di jalanan masih mengenakan Universitas Sumatera Utara 100 seragam sekolah. Banyak perbedaan yang Irfan di lihat ketika berada di jalanan dan membuatnya harus memahami setiap karakter setiap anak jalanan yang bekerja sebagai seorang pengamen. Irfan juga melihat diantara semua pengamen itu bekerja secara berdampingan, tidak ada yang saling menganggu semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Waktu yang Irfan gunakan untuk mengamen hanya sekitar enam sampai tujuh jam dalam sehari, ia mengamen dari hari senin sampai dengan hari sabtu saja. Untuk hari minggu biasanya ia gunakan untuk berlibur dan beristirahat. Karena Irfan juga merasa lelah ketika bekerja di jalanan. Penghasilan yang ia dapatkan dalam sehari dapat mencapai Rp.100.000. Jika ia mengamen bersama dengan temannya, biasanya penghasilan yang mereka dapatkan akan dibagi rata. Irfan lebih sering mengamen sendirian, karena menurutnya akan lebih banyak penghasilan yang akan ia dapatkan. Namun, ia juga harus tetap bersama temannya Rendi karena akan dapat menolong dirinya jika ada yang menganggu atau mengancam keselamatannya di jalanan. Irfan tidak bisa lepas dari temanya, di jalanan ia juga membutuhkan perlindungan dari orang yang lebih tua darinya. Rendi adalah satu-satunya orang yang akan menjaga dan melindugi dirinya dari ancaman dan bahaya yang akan ia dapatkan di jalanan. Tetapi Rendi tidak setiap hari dapat menemani Irfan untuk pergi mengamen, ada saatnya Irfan harus pergi mengamen sendirian, dan hal ini Irfan manfaatkan untuk dirinya ketika ia mengamen sendirian, penghasilan yang ia dapatkan pun hanya untuk dirinya seutuhnya. Namun, ketika Irfan seorang diri pergi mengamen ia hanya berani mengamen di lampu merah Simpang Pos dan sampai pada lampu merah Simpang Rumah Sakit Siti Hajar. Pendapatan yang ia dapatkan jika mengamen di tempat itu hanya sekitar Rp.30.000 dalam sehari, berbeda jika Irfan dan Rendi mengamen di Terminal Amplas pendapatan mereka dapat mencapai Rp.100.000, tetapi uang yang mereka dapatkan akan di bagi dua. Pendapatan jika mengamen di Amplas Universitas Sumatera Utara 101 memang akan lebih banyak tetapi bahaya dan ancaman yang mereka dapatkan pun semakin meningkat. Karena itu Irfan tidak berani jika harus sendirian mengamen di lampu merah Amplas. Sudah lebih dari dua tahun Irfan berada di jalanan, banyak tantangan dan rintangan yang sudah ia lalui. Berada di jalanan sebenarnya sangatlah berbahaya bagi anak-anak seusia Irfan. Tetapi karena dengan bekerjanya ia sebagai pengamen dapat merubah kehidupan keluarganya walau hanya dalam bidang ekonomi saja. Ia tidak pernah lagi mengharapkan uang dari ayahnya untuk biaya pribadinya. Irfan dapat membeli segala keperluannya dari uang yang ia hasilkan dari mengamen. Terkadang ia juga memberikan hasil jerih payahnya untuk neneknya sebagai tambahan untuk membeli kebutuhan yang diperlukan kedua saudaranya. Walaupun tidak seberapa yang Irfan hasilkan namun setidaknya dapat merubah kehidupan keluarganya yang sekarang menjadi lebih baik dari yang dulu, Irfan dan kedua saudaranya tidak merasa kekurangan lagi. Ketika Irfan bersama Rendi pergi mengamen ia terkadang merasa aman, karena Rendi sudah lebih lama berada di jalanan daripada dirinya. Namun, tidak berarti selama mereka mengamen bersama terlepas dari ancaman dan bahaya. Tetap saja akan mereka temui selama berada di jalanan. Dengan bersamanya Irfan dengan Rendi mereka dapat saling melindungi dan menolong satu sama lain. Ketika Irfan mengamen sendirian ia sering sekali di gangu oleh pengamen yang lebih tua darinya, uang yang ia hasilkan dari mengamen pernah diambil oleh preman-preman yang berada di tempat ia mengamen. Meskipun Irfan mengalami peristiwa seperti itu, tetap saja tidak akan membuat dirinya menyerah dan berhenti begitu saja dari pekerjaan sebagai orang pengamen. Segala tantangan atau rintangan yang ia dapatkan harus berani ia hadapi demi untuk mendapatkan uang. Universitas Sumatera Utara 102 Gambar 4: Irfan dan Rendi hendak pergi mengamen. Tidak hanya itu saja Irfan juga pernah di usir oleh sesama pengamen yang lebih berkuasa di tempat ia sedang mengamen, Irfan tidak berani melawan pengamen yang lebih kuat darinya, ia selalu pergi dan tidak akan kembali ketempat yang sama. Irfan juga pernah terjaring razia oleh Satpol PP, karena mereka dianggap merusak pemandangan kota dan para anak jalanan dilarang mengamen di sekitar lampu merah. Jika Irfan di tangkap ia hanya diberikan arahan agar tidak menjadi mengamen lagi. Apabila ia tertangkap kembali maka ia akan mendapatkan hukuman. Hal itu membuat Irfan ketika berada di jalanan harus benar-benar waspada terhadap razia anak jalanan, ia selalu menghindari dan melindugi dirinya agar tidak tertangkap. Tetapi itu semua tidak menurunkan semangat Irfan untuk tetap bekerja sebagai pengamen. Menjadi anak jalanan tidak semudah yang dibayangkan oleh orang lain. Banyak rintangan dan tantangan yang harus ia terima. Kebanyakan Masyarakat luas mengangap bahwa anak jalanan itu adalah anak-anak yang ingin mendapatkan kebebasan dalam hidupnya, dan juga Universitas Sumatera Utara 103 anak-anak yang sangat jauh dari etika dan norma. Irfan semenjak berada di jalanan mengalami banyak perubahan pada dirinya. Ia dulu anakn yang baik dan sopan. Tetapi setelah ia terjun ke jalan semua itu pun berubah, Irfan seakan-akan tidak memiliki aturan dalam ucapannya sebagai anak-anak. Semua itu memanglah pengaruh ketika berada di jalanan, karena jika berada di jalanan seseorang harus menjadi seorang anak yang kuat dan harus berani. Jika seorang anak jalanan lemah maka ia akan menjadi korban ancaman dari para anak-anak jalanan yang lebih kuat. Irfan harus benar-benar dapat melindungi dirinya dari ancaman atau bahaya ketika sedang berada di jalanan. Selama menjadi anak jalanan, Irfan banyak mendapatkan teman-teman sesama para anak jalanan. Banyak anak-anak di paksa oleh orang tua atau orang sekitar mereka untuk bekerja di jalanan. Penghasilan yang Irfan dapatkan hanya untuk dirinya sendiri, berbeda dengan pengamen lainnya yang memberikan uang dari hasil jerih payahnya hanya untuk orang-orang yang menyuruh mereka bekerja. Tidak hanya itu saja Irfan juga bertemu dengan anak jalanan yang bekerja di jalanan hanya untuk memenuhui kebutuhannya sendiri, seperti untuk membeli obat- obat terlarang. Ada juga anak jalanan yang bekerja untuk membantu orang tuanya dalam menangani permasalahan perekonomian keluarga. Ini sama halnya dengan Irfan berawal dari ajakan seorang temanya untuk bekerja menjadi mengamen sehingga ia dapat membantu ayahnya dalam menangani permasalahan ekonomi keluarganya. Selama menjadi anak jalanan Irfan banyak terjerumus kedalam hal yang negatif. Terkadang ia dan Rendi sering meminum minuman keras bahkan sampai ngelem. Pada mulanya Irfan tidak ingin melakukan hal-hal seburuk itu, yang ada dalam benaknya adalah untuk bekerja mencari uang sebanyak-banyaknya. Tetapi semakin lama berada di jalanan dan memiliki teman- teman yang baru, membuat Irfan harus mengikuti aturan dan gaya hidup para anak jalanan. Irfan Universitas Sumatera Utara 104 hanya mencoba untuk melakukan hal seperti ngelem dan meminum alkohol dan menjadi ketagihan dan melakukan kembali. Mengingat permasalahan kedua orangtuanya juga membuat Irfan menjadi kecanduan untuk melakukan hal tersebut agar ia dapat melupakan hal yang menimpa kehidupan keluarganya. Kehidupan jalanan seolah-olah menjadi tempat untuk mencari uang bagi seorang anak- anak. Irfan merasa bahwa ketika ia dan semua anak jalanan berada di jalanan adalah dengan niat dan tujuan yang baik. Setiap anak mempunyai alasan yang berbeda-beda kenapa harus terjun langsung ke jalanan. Irfan sangat menyadari bahwa kondisi ekonomi para orang tua atau keluargalah yang menjadi faktor utama yang menyeret anak-anak bekerja di jalanan. Keluarga Irfan yang hidup secara sederhana dan bahkan dapat dikatakan serba kekurangan sangat berdampak padanya. Orang tua yang seharusnya bertanggung jawab atas kehidupan seorang anak, orang tua sebagai pemenuh kebutuhan anak, dan ketika orang tua tidak mampu untuk memenuhui segala kebutuhan para anak-anaknya. Maka para anak akan berusaha mencari dengan cara tersendiri untuk memenuhui segala kebutuhan yang diperlukan. Perubahan yang ia rasakan setelah menjadi anak jalanan sungguh sangat besar. Ia yang biasanya tidak mempunyai uang dan sekarang ia memiliki uang yang lebih. Sekarang Irfan dapat membeli dan mewujudkan segala keinginannya untuk membeli mainan atau hal yang ia perlukan. Ia tak perlu meminta atau menyusahkan lagi ayahnya. Tidak hanya Irfan yang merasakan perubahan ekonomi mereka, kedua saudaranya dan juga neneknya sangat merasakan dampak setelah Irfan bekerja sebagai pengamen. Irfan kerap kali membagi uang yang ia dapatkan kepada Yosep dan Michael. Sebagai seorang abang bagi Yosep, Irfan selalu memberikan apa yang menjadi keinginan dari adik satu-satunya itu, Yosep sebagai anak-anak masih sering meminta mainan baru kepada abangnya. Irfan selalu berusaha untuk Universitas Sumatera Utara 105 mendapatkannya karena ia tidak ingin adiknya merasakan tidak memiliki mainan seperti dirinya dulu. Michael juga sering meminta uang kepada adiknya Irfan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Dengan senang hati Irfan selalu memberikan jika ia memiliki uang yang lebih. Begitu juga neneknya, Irfan tidak pernah melupakan untuk menyisihkan uang untuk neneknya yang selama ini telah merawat dan menjaga mereka setelah perceraian kedua orangtuanya. Meskipun tidak terlalu tinggi jumlah yang Irfan berikan kepada saudaranya dan juga neneknya, kini keluarganya tidak pernah merasa kekurangan lagi seperti dahulu. Karena keadaan ini Irfan menjadi tergantung untuk menjadi seorang pengamen, sepertinya ia tidak dapat terlepas dari pekerjaannya karena semua keluarganya sangat membutuhkan dan mengandalkan dirinya. Meskipun keluarganya tidak pernah mengatakan hal itu kepadanya. Irfan merasa bahwa ia sangat dibutuhkan untuk memenuhui segala kebutuhan ia dan kedua saudaranya. Sehingga ia dapat merasakan bahwa sekarang telah menjadi tulang punggung untuk kedua saudaranya. Irfan menjadi dilema dengan keadaannya setelah menjadi pengeman, meskipun uang yang ia hasilkan lumanyan tinggi tetapi ia tidak dapat selamanya menjadi anak jalanan. Setiap anak jalanan pasti mempunyai cita-cita dan keinginan untuk tidak bekerja kembali di jalanan. Begitu juga dengan Irfan ia juga masih mempunyai cita-cita. Jika harus mengandalkan pekerjaan jalanan untuk beberapa tahun ke depan ia tidak akan mempunyai masa depan yang cerah untuk dirinya sendiri. Irfan juga merasa ia tidak akan dapat selamanya berada di jalanan, ia sangat menginginkan kehidupan yang lebih baik tanpa menjadi seorang pengamen. Irfan harus tetap melanjutkan pendidikannya, meskipun ia sempat ingin meninggalkan dunia pendidikannya. Universitas Sumatera Utara 106 Irfan sadar hanya dengan pendidikan ia akan mampu mewujudkan impian dan cita- citanya. Saat ini yang dapat Irfan lakukan hanyalah tetap harus mengamen dan melanjutkan pendidikannya. Walaupun sebenarnya Irfan dapat berhenti menjadi anak jalanan kapan pun ia mau. Karena ayahnya masih mampu untuk membiayai pendidikannya. Namun, Irfan masih mempunyai kebutuhan yang harus ia penuhui, jika harus mengharapakan penghasilan dari ayahnya tentu saja ia tidak akan mendapatakanya. Belum lagi dengan kebutuhan kedua saudaranya, tentu ayahnya akan semakin kesulitan untuk mewujudkanya. Irfan hanya berharap suatu saat nanti ia dapat berhenti menjadi seorang anak jalanan, dan memiliki kehidupan layaknya anak-anak seusianya. Udin tidak pernah mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada anak-anaknya, karena ia hanya sekali dalam sebulan kembali kerumahnya. Ketika Irfan menjadi seorang pengamen, ia tidak pernah mengetahuinya. Udin sebenarnya juga sangat terpukul terhadap perceraian dengan isterinya, ia sudah berusaha untuk tetap mempertahan keutuhan rumah tangganya. Kenyataannya, Udin dan anak-anaknya harus kehilangan Evi. Tidak mudah baginya untuk melupakan perempuan yang selama ini telah hidup bersamanya, ia juga membutuhkan sedikit waktu untuk dapat melupakan kenangan bersama mantan isterinya. Karena hal ini membuat Udin menjadi jarang sekali kembali ke rumahnya. Jika ia harus berada di rumahnya, Udin selalu mengingat setiap kenangan ketika ia masih bersama dengan isterinya. Tidak ingin terpuruk dengan keadaan seperti ini, maka dari itu Udin memustuskan bekerja di luar kota. Udin tidak bermaksud meninggalkan ketiga anak-anaknya, tetapi ia juga harus bekerja untuk menghidupi dan membiayai segala kebutuhan untuk anak-anaknya. Meskipun ia harus mengabaikan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya. Jauh dari ketiga anak-anaknya membuat Udin tidak selamanya mengetahui hal-hal yang terjadi kepada mereka. Sama halnya Universitas Sumatera Utara 107 dengan Irfan, Udin pun tidak mengetahui mengapa anak keduanya tersebut memilih pekerjaan sebagai seorang pengamen. Ketika Udin kembali kerumahnya seperti biasanya, ibunya Farida menceritakan tentang pekerjaan yang Irfan lakukan. Udin merasa sedikit terkejut terhadap pilihan Irfan yang bekerja sebagai pengamen. Jauh di lubuk hatinya merasa bahwa ia sangat menyesali pilihan anak tersebut, ia juga menyadari bahwa selama ini tidak pernah memberikan kemewahan kepada anak-anaknya. Ketiga anak-anaknya selalu hidup secara sederhana dan terkadang merasa kekurangan. Setiap orang tua pasti tidak ingin membuat anaknya bekerja sebagai seorang pengamen. Apalagi Irfan masih seorang anak-anak yang seharusnya belum waktunya untuk bekerja. Udin merasa gagal menjadi seorang kepala rumah tangga, pernikahannya tidak dapat ia pertahankan, dan kini anaknya harus bekerja sebagai seorang pengamen dengan alasan kurangnya penghasilan yang didapatkannya untuk membiayai kebutuhan untuk ketiga anak-anaknya. Udin pun tidak dapat melarang kehendak dari Irfan, jika anaknya tersebut harus bekerja untuk mendapatkan uang, ia hanya dapat memberikan izin kepada Irfan. Udin juga tidak menginginkan hal buruk terjadi kepada Irfan, dengan begitu ia memberikan persyaratan kepada anaknya agar dapat menjaga diri dan tidak terjerumus kedalam hal yang buruk dan negatif. Udin juga mengatakan kapada Irfan untuk tetap fokus dan belajar dengan baik di sekolah. Sebenarnya Udin merasa sangat berat melepaskan anaknya bekerja di jalanan. Namun, ia tidak dapat melakukan apapun untuk menghentikan Irfan menjadi seorang pengamen. Udin sangat menyadari bahwa pekerjaannya tidak dapat menghasilkan uang yang banyak. Ia juga sangat mengetahui bahwa anak-anaknya kerap merasa kekurangan dalam bidang materi yang ia berikan. Seperti halnya, isterinya juga meninggalkan dirinya karena merasa tidak puas terhadap nafkah yang ia berikan. Udin benar-benar tidak mempunyai pilihan lain selain memberikan izin Universitas Sumatera Utara 108 kepada Irfan untuk bekerja. Seandainya Udin memiliki pekerjaan yang lain dan berpenghasilan tinggi, anaknya tidak akan terjun ke jalan untuk bekerja. Ia sudah berusaha untuk mencari pekerjaan lain tetapi tetap saja tidak mendapatkan apapun, hanya pekerjaan sebagai buruh bagunan yang dapat dikerjakannya. Karena keadaan Udin sebagai seorang ayah yang tidak mampu untuk memberikan apa yang anak-anaknya inginkan membuat Irfan harus mencari sendiri apa yang ia inginkan dengan cara menjadi seorang pengamen yang bekerja di jalanan. Ia tidak dapat melarang Irfan untuk tidak bekerja sebagai pengamen, karena dengan bekerja sebagai pengamen dapat menghasilkan uang yang lumayan banyak bagi seorang anak-anak seusia Irfan. Semenjak berada di jalanan juga membuat Irfan menjadi kembali ceria. Karena setelah perceraian Udin dan Evi membuat para anak-anaknya menjadi murung dan tidak bersemangat terutama Irfan. Menjadi seorang pengamen membuat anaknya Irfan dapat melupakan permasalahan yang dialami keluarganya. Melihat hal ini, membuat Udin tidak dapat melunturkan semangat Irfan untuk tetap bekerja di jalanan. Di sekolah Irfan merupakan murid yang berprestasi, dari kelas 1 sampai pada kelas 3 sekolah dasar. Ia selalu mendapatkan rangking di kelas. Irfan merupakan anak yang pintar di kelasnya. Dari kelas 1 sekolah dasar Irfan selalu mendapat rangking tiga besar dikelasnya. Irfan memang anak yang pandai dan selalu giat untuk belajar di rumah maupun di sekolahnya. Ia tidak pernah lupa untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumahn PR yang diberikan oleh gurunya. Irfan tidak pernah meminta untuk diajari ketika sedang belajar, ia selalu berusaha memahami pelajaran dengan sendiri. Sebelum ayah dan ibunya bercerai, Evi selalu meluangkan waktu untuk sekedar menemani Irfan belajar meskipun Evi tidak dapat membantu Irfan dalam belajar. Hanya Universitas Sumatera Utara 109 dengan menemani irfan ketika belajar sudah lebih dari cukup untuknya. Evi tidak dapat memahami pelajaran anak-anaknya karena ia memiliki pendidikan yang rendah. Setelah ibunya bercerai dengan ayahnya, tidak ada satu orang pun yang menemani Irfan untuk belajar. Hal ini terkadang membuat dirinya menjadi malas untuk belajar, tetapi Irfan juga tidak ingin jika ia tidak menjadi juara kelas lagi. Meskipun tanpa ibunya Irfan tetap semangat dalam belajar dan meraih cita-citanya. Perceraian orang tua Irfan membuat prestasinya di sekolah menjadi menurun, wajar bagi seorang anak mengalami penurunan prestasi di sekolah, Irfan mungkin tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya, ketika Evi menginggalkan dirinya. Irfan menjadi agak pemurung dan pemalas dikarenakan kondisi keluarganya. Dampak perceraian akan membuat para anak-anak menjadi sangat terpukul, dan ini akan berakibat pada perubahan sikap dan sifat seorang anak yang merasa tidak adanya lagi kehangatan dalam keluarganya serta hilangnya kasih sayang dari orang tua terhadap anaknya. Tidak hanya peceraian orang tuanya yang membuat menurunnya prestasi Irfan di sekolah. Setelah ia menjadi anak jalanan yang bekerja sebagai mengamen, Irfan benar-benar tidak mendapat juara kelas lagi. Kesibukannya di jalanan sangat berimbas kepada prestasinya di sekolah, Irfan lebih banyak menghabiskan waktu berada di jalanan, sekitar enam jam waktu yang ia gunakan untuk mengamen. Setiap malam Irfan tidak pernah lagi belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru-gurunya, ia selalu merasa lelah ketika pulang dari pengamen dan langsung terlelap di atas tempat tidurnya. Tiada waktu Irfan untuk belajar di rumahnya, Evi tidak pernah kembali untuk menemani Irfan belajar, dan membuatnya menjadi pemalas dan tidak bersemangat. Hal ini sangat berdampak pada prestasi Irfan di sekolahnya. Universitas Sumatera Utara 110 Pergaulan Irfan di sekolah dengan teman-teman begitu baik dan akrab. Karena Irfan merupakan murid yang pintar dan cerdas sehingga membuatnya memiliki banyak teman. Namun, setelah menjadi anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen membuat pergaulannya di sekolah menjadi berubah. Sebelum terjun ke jalanan, Irfan di sekolah memiliki banyak teman di kelasnya hampir semua teman sekelasnya begitu dekat dengannya. Irfan bersama teman-temannya selalu belajar bersama-sama, jika salah satu teman sekelasnya mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya. Irfan selalu mencoba untuk menjelaskan dan mengulangi pelajaran tersebut kepada teman-teman yang tidak mengerti. Karena hal itu, membuat Irfan selalu mempunyai banyak teman-teman di sekolah, dan mereka semua sangat menyukai kecerdasaan yang dimiliki oleh Irfan. Teman yang paling dekat dengannya di sekolah adalah Putra, mereka sudah berteman mulai dari kecil, dan kebetulan mereka bertempat tinggal di dalam satu lingkungan yang sama. Sejak duduk di bangku sekolah dasar dan sampai saat ini mereka selalu berada di dalam kelas yang sama. Setiap pulang dan pergi ke sekolah, Irfan dan Putra selalu bersama-sama. Menurut Putra, Irfan anak seorang anak yang baik dan pintar, mereka selalu belajar bersama-sama. Terkadang Irfan banyak membantu Putra dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah mereka. Tetapi semenjak Irfan bekerja di jalanan, pertemanan mereka menjadi sedikit renggang. Irfan terlalu sibuk bekerja di jalanan, sehingga membuatnya menjadi anak yang pemalas dan tidak sepintar dulu. Untuk berangkat pulang dan pergi ke sekolah saja mereka sudah jarang bersama, Irfan selalu terburu-buru untuk kembali dari sekolah agar ia dapat pergi mengamen. Semenjak Irfan menjadi seorang pengamen, ia tidak lagi menjadi kebanggan teman- temannya. Setelah bekerja di jalanan banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Irfan terkadang menjadi sedikit pemalas ketika belajar di sekolah, ia selalu ingin jam pelajaran di Universitas Sumatera Utara 111 sekolahnya cepat selesai. Irfan tidak mendapatkan peringkat tiga besar di kelasnya lagi, prestasinya di kelas menjadi menurun. Pada awalnya, Putra mengira perubahan sikap yang terjadi terhadap temannya Irfan dikarenakan perceraian kedua orang tuanya. Meskipun itu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perubahan pada diri Irfan. Tetapi semenjak menjadi seorang pengamen perubahan sikap Irfan benar-benar sudah berubah sepenuhnya. Putra pun tidak izinkan oleh orangtuanya untuk berteman dengan Irfan, karena takut jika Putra akan terjerumus kedalam hal-hal buruk seperti dirinya. Pergaulannya dengan Rendi, benar-benar membuat Irfan mengalami perubahan yang lebih buruk. Meskipun sebenarnya Rendi tidak pernah untuk menghasut Irfan sama sekali. Ia hanya kasihan melihat Irfan yang selalu merasa kekurangan sepertinya, niat Rendi hanya untuk membantu Irfan untuk keluar dari permasalahn ekonomi keluarganya. Tetapi interaksi Irfan ketika berada di jalanan sangat mempengaruhi sikapnya di sekolah dan kepada teman-temannya. Menurutnya teman-teman sekolahnya, Irfan kini sudah berubah menjadi seorang anak yang nakal dan tidak punya aturan. Ia sering melontarkan kata-kata kasar kepada sesama temannya, meskipun kata kasar itu tidak seharusnya Irfan lontarkan. Efek dan pengaruh ketika Irfan berada di jalanan terbawa hingga ke sekolah. Karena tidak senang dengan kata-kata atau ucapan dari Irfan, membuat satu per satu temannya mulai menjauhi dirinya. Mereka tidak dapat menerima perubahan sikap Irfan, yang dulunya dialah adalah seorang anak yang penuh kesopanan dan kepintaran. Semua teman-teman bahkan guru-guru di sekolahnya sangat menyukai Irfan. Tetapi kini semua telah berubah, Irfan pun tidak merasa keberatan jika ia harus dijauhi oleh teman-teman tersebut yang penting baginya adalah dapat menghabiskan waktu untuk bekerja di jalanan dan menghasilkan uang yang banyak. karena yang ia butuhkan adalah teman seperti Rendi yang mengajarkan dan mengajak dirinya Universitas Sumatera Utara 112 untuk bekerja sebagai pengamen dan pekerjaan itu yang bermanfaat baginya karena dapat menghasilakan uang. Dengan begitu, irfan dapat terlepas dari rasa kekurangan yang selalu ia rasakan. Menjadi seorang pengamen adalah pilihan yang tepat bagi Irfan, dengan pekerjaan itu ia dapat menghasilkan uang yang lebih. Seumur hidupnya, setelah menjadi seorang pengamen ia merasa bahwa kehidupannya menjadi lebih baik dari yang dulu. Irfan tidak terpuruk lagi dalam kesedihanya setelah ditinggalkan oleh ibunya, hari demi hari Irfan sudah dapat melupakan perceraian kedua orang tuanya. Dengan menghabiskan waktu di jalanan bekerja sebagai seorang pengamen membuat Irfan tidak memiliki waktu untuk memikirkan permasalahan yang sedang ia alami dalam keluarganya. Menurut Irfan, jika ia berubah menjadi seorang anak yang nakal, itu semua adalah karena kondisi kedua orangtuanya. Semenjak perceraian ibu dan ayahnya membuat Irfan kehilangan kasih sayang dan di tambah lagi ketika ayahnya harus pergi bekerja ke luar kota. Membuat ia juga harus kehilangan kasih sayang dari ayahnya. Irfan hanya mencari kesenangan untuk dirinya sendiri, karena ia tidak ingin terus menjadi terpukul dan terpuruk oleh keadaan keluarganya. Selain itu Udin juga tidak mampu untuk memberikan yang terbaik dan yang lebih dalam bidang materi untuk ketiga anak-anaknya. Keadaan ini sebenarnya yang menjadi permasalahan utama bagi Irfan dan membuat harus turun langsung ke jalan untuk mendapatkan materi yang tidak pernah diberikan oleh ayahnya. Tanpa sedikit paksaan yang membuat Irfan menjadi seorang anak jalanan. Semua itu merupakan keinginan dari dirinya sendiri, ketika ia di ajak oleh salah satu temannya untuk melakukan pekerjaan sebagai anak jalanan yang bekerja sebagai seorang pengamen. Universitas Sumatera Utara 113

4.4.4. Aditya Bekerja Sebagai Pengemis Dikarenakan Ajakan Dan Paksaan Sang Ibu.