8
terciptanya jalan-jalan yang sepi karena pindahnya keramaian ke bangunan- bangunan mal yang monolit, ketimbang hingar bingarnya toko-toko dan kaki-lima
yang beragam. Ini merupakan pertanda matinya sebuah warisan budaya kota dan juga identitas kita.
Pada umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang, begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat
Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa eropa, oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa
kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukimam yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus
menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota, bentrokan antara aturan tata kota dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari
Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian bentuk baru lah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah
dan toko Kurniawan, 2015.
2.1.3. Perkembangan Rumah Toko di Kota Medan
Ruko sebagai sebuah sosok arsitektur di Indonesia memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap
perkembangan kota-kota di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini tipologi ruko dibangun dengan citra yang “asal” dan “semrawut”. Ruko juga dianggap sebagai
salah satu penyebab rusaknya arsitetur kota-kota di Indonesia. Di kota Medan, kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal
abad ke-20, khususnya dia area pecinan. Ruko pada pecinan ini didesain dengan
Universitas Sumatera Utara
9
system grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah kolonial Inggris di Asia Tenggara. Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu,dan berbagai jenis
jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga
berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan yang lainnya. Gaya arsitektur pada ruko-ruko ini merupakan gaya
hybrid yang berbentuk melalui kontak penduduk lokal dengan penjajah.
Dampak tersebut mengakibatkan pada perubahan dan penambahan dengan menghilangkan keaslian dari bangunan indis. Kalau kita amati proses dan
peraturan pelestarian yang ada di kota ini tidak berjalan dengan baik, hari demi hari perubahan terjadi di mana-mana, tanpa dapat dikendalikan lagi. Ditambah
lagi dengan menjamurnya pembangunan “ruko” yang semakin meluas, dari barat
ke timur dan
dari utara ke
selatan bejajar “ruko-ruko”, sehingga akan menenggelamkan arsitektur indis yang terdapat di kota Medan agar dipertahankan
untuk dilestarikan. Karena semakin lama akan semakin terdesak oleh penggusuran dan akhirnya sampai pada penghancuran bangunan untuk dijadikan bangunan
baru. Bila hal ini pemerintah kota tidak melakukan tindakan untuk mengantisipasinya, maka dalam dua atau tiga tahun ke depan kota Medan akan
berubah menjadi kota“ruko” dengan gaya arsitektur eklektis tempel sana tempel sini. Sebuah kepalsuan dalam gaya arsitektur ini diketahui sangat radikal, di sini
fungsi menjadi sangat dominan yang akhirnya merosot ke dalam istilah “membangunan sebuah diagram” yang sudah sangat umum terlihat pada
bangunan- bangunan “ruko” yang terdapat di kota-kota Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
10
Pesatnya pembangunan rumah toko ruko sering mendapat perhatian karena dianggap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Banyak pihak berpendapat bahwa ramainya pembangunan ruko saat ini dapat merusak keindahan tata kota. Selain itu dengan adanya bangunan ruko di pinggir
jalan dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas, menimbulkan kemacetan dan peningkatan kebisingan jalan.
Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920 Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiKesawan,_Medan
2.2. Tinjauan Arsitektur Modern 2.2.1. Defenisi Arsitektur Modern