Tingkat Kecemasan Gangguan Cemas Menyeluruh

commit to user 11 kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal Hawari, 2001. Kecemasan dapat bervariasi pada semua individu dengan frekuensi dan intensitas yang berbeda, walaupun respons itu pada stimulus yang sama Veeraghavan dan Singh, 2002.

b. Tingkat Kecemasan

Stuart dan Sundeen 1988 mengidentifikasi tingkat kecemasan menjadi 4 tingkat yaitu: 1 Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lahan persepsinya. 2 Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih tinggi. 3 Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kekurangan. Orang tersebut banyak memerlukan pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. 4 Kecemasan tingkat panik berhubungan dengan terperangah, kekuatan dan teror, rincian terpecah dari profesinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik commit to user 12 tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.

c. Gangguan Cemas Menyeluruh

1 Definisi Menurut DSM-IV Diagnosis Statistical and Manual of Mental Disorder yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang-kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi-fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10 International Statistical Classification of Diseases gangguan ini merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menetap selama beberapa minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan. 2 Epidemiologi Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan ansietas yang paling sering dijumpai di klinik, diperkirakan 12 dari seluruh gangguan ansietas. Prevalensinya di masyarakat diperkirakan 3 , dan prevelansi seumur hidup life time rata-rata 5 . Di Indonesia prevalensinya secara commit to user 13 pasti belum diketahu, namun diperkirakan 2 -5 Iskandar, 2002. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan rasio 2 : 1, namun yang datang meminta pengobatan rasionya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan wanita Kaplan dan Sadock, 2005. 3 Etiologi Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, faktor biologik dan psikologik Sharma, 2001. Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah neurotransmiter. Ada tiga neurotransmiter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin, serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA. Namun menurut Iskandar 2002 neurotransmiter yang memegang peranan utama pada gangguan cemas menyeluruh adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada gangguan panik. Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan pada hewan primata yang menunjukkan respons kecemasan pada perangsangan locus sereleus yang ditunjukkan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda- commit to user 14 tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi. Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya ansietas, sedangkan Gamma Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya ansietas ini. Pengaruh dari neutronstransmiter ini pada gangguan ansietas didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut. Benzodiazepin dan GABA membentuk “GABA-Benzodiazepin complex” yang akan menurunkan ansietas atau kecemasan Stahl, 2010. Penelitian pada hewan primata yang diberi suatu agonist inverse benzodiazepine Beta-Carboline-Carboxylic-Acid BCCA menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan ansietas. Mengenai peranan serotonin dalam gangguan ansietas ini didapatkan dari hasil pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap ansietas, seperti buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A 5-HT 1A. Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex sehingga dapat berperan sebagai anti cemas Kaplan dan Sadock, 2005. Kemungkinan lain adalah interaksi antara commit to user 15 serotonin dan norepinefrin dalam mekanisme ansietas sebagai anti cemas Iskandar, 2002. 4 Manifestasi klinis Menurut DSM-IV gambaran klinik dari gangguan ini ditandai oleh adanya ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, gejala ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadan Stuart dan Sundeen, 2000 Ketegangan motorik bermanisfetasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom berupa jantung berdebar-debar, napas pendek, berkeringat banyak, dan berbagai gejala sistem pencernaan. Meningkatnya kewaspadaan ditandai dengan adanya perasaan mudah marah dan mudah terkejut, serta tidak dapat tidur WHO, 2001. 5 Perjalanan penyakit Perlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar diramalkan. Sebanyak 25 dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik Kaplan dan Sadock, 2005. 6 Sumber koping Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut sebagai modal commit to user 16 ekonomik. Kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang menginterpretasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil Stuart dan Sundeen, 1998. 7 Mekanisme koping Menurut Stuart dan Sundeen 1998, ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping: a Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres. b Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri serta distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptif terhadap stres. 8 Karakteristik Cemas Menurut Hawari 2001, untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau panik, maka digunakan alat ukur yang dikenal dengan Hamilton Ansiety Rating Scale HARS. Adapun cara commit to user 17 penilaian tingkat kecemasan menggunakan skala HARS yang terdiri atas 14 kelompok gejala, tiap kelompok diberi bobot skor 0 – 4, yaitu: 0 = 0, gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala, 1 = 1 – 25, gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala, 2 = 26 – 50, gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala, 3 = 51 – 75, gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala, 4 = 76 – 100, gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala. Selanjutnya tiap nilai angka kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang dengan menggunakan pengukuran tingkat kecemasan HARS, yaitu: 0 = 14, tidak ada kecemasan, 1 = 15 – 20, kecemasan ringan, 2 = 21 – 27, kecemasan sedang, 3 = 28 – 41, kecemasan berat, 4 = 42 – 56, kecemasan berat sekali panik.

3. Pengaruh Bising terhadap Kecemasan