commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Laporan WHO tahun 1988 sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM PLP Depkes RI 1995,
menyatakan bahwa 8 – 12 penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka tersebut terus akan
meningkat. Pada tahun 2001 diperkirakan 120 juta penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran WHO, 2001; Ikron dkk., 2007.
Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin, dan alat-alat transportasi berat Arifiani, 2004.
Keberadaan sarana transportasi merupakan aspek urgen pada suatu daerah perkotaan. Aktivitas transportasi juga tidak lepas dari Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun, pemanfaatan teknologi transportasi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin
kompleks, ternyata menimbulkan berbagai masalah lingkungan Soekarman, 2002. Menurut BATAN 2007 salah satu parameter kualitas lingkungan
adalah kebisingan dan salah satu jenis transportasi darat yang berpotensi bising adalah kereta api Adji, 2002. Aktivitas kereta api di stasiun
merupakan sumber kebisingan yang harus dikelola, karena bisa berdampak
commit to user 2
terhadap pengguna stasiun maupun masyarakat di sekitarnya secara fisiologis maupun psikologis Rahmi dkk., 2003.
Stasiun Balapan Solo berada di kecamatan Banjarsari yang memiliki populasi penduduk 153.508 jiwa dengan kepadatan 10.365 per km
2
. Kecamatan Banjarsari terdiri atas tiga belas kelurahan Wikipedia, 2010.
Dengan asumsi persebaran penduduk yang merata, terdapat 11.808 penduduk di sekitar stasiun Balapan Solo. Berdasarkan penelitian Widyawati 2007,
didapatkan bahwa rata-rata intensitas suara kereta api di pemukiman penduduk adalah 80,13 dBA pada jarak 10 meter, 71,62 dBA pada jarak 20
meter, dan 68,42 dBA pada jarak 30 meter dari rel kereta api. Sementara itu, hasil penelitian Joseph 2004 menyebutkan bahwa paparan pada deretan
rumah yang paling dekat dengan rel berkisar 85,9 dBA atau 30,9 dBA lebih tinggi dari nilai baku mutu yang ditetapkan dalam KMLH Kep-
48MENLH1996 25 November 1996 tentang baku tingkat kebisingan yaitu 55 dBA.
Dampak bising dapat menyebabkan gangguan kesehatan non auditorik, yaitu gangguan kesehatan selain gangguan pada indera pendengaran
Suherwin, 2004. Menurut Sasongko dkk. 2000 pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan pada indera pendengaran juga
menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta gangguan terhadap sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa
terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, mudah tersinggung, dan rasa cemas. Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat
commit to user 3
dan berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu gangguan. Gangguan kecemasan
memperingatkan akan adanya ancaman eksternal dan internal Ibrahim, 2002. Gangguan kecemasan merupakan penyakit psikis yang paling sering
terjadi Hendrawan, 2004. Berdasar latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui adanya
perbedaan tingkat kecemasan pada masyarakat yang terpapar bising kereta api di sekitar Stasiun Balapan Solo.
B. Perumusan Masalah