BAB II PENGATURAN IZIN KEPARIWISATAAN
D. Pengertian Perizinan dan Kepariwisataan
Menurut Utrecht, bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang
ditentukan untuk masing-masing hal konkret,maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin vergunning.
16
Izin vergunning adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang- undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasanpembebasan dari suatu larangan.
17
Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
Menurut ahli hukum belanda N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, izin merupakan suatu persetujuan dan penguasa berdasarkan undang-undang atau
peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan izin dalam arti sempit.
19
16
Adrain Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta, 2010, hal. 167.
17
Sjachran Basah, disunting Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik
, Jakarta,2011, hal. 168.
18
Ibid, hal 170
19
N.m.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, disunting Helmi, 2010. Hukum Perizinan Lingkungan Hidup
, Jakarta, hlm. 77.
16
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pendapat di atas perizinan dapat disimpulkan bahwa perizinan merupakan persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan
untuk memperuraikan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang. Berdasarkan pendapat para pakar, dapat disebutkan bahwa izin adalah
perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu.
Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut:
20
1. Instrumen Yuridis
Negara hukum modern tugas, kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan rust en orde, tetapi juga mengupayakan
kesejahteraan umum bestuurszorg. Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih
tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini
muncul beberapa instrument yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah
izin. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang ,menimbulkan hak baru yang sebelumnya
tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu. Dengan demikian, izin merupakan instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat
konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret.
20
Ridwan HR,, Hukum Administrasi Negara, Jakarta,2010, hal. 210
Universitas Sumatera Utara
b. Peraturan Perundang-undangan Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah welmatigheid van bestuur atau
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun
fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
c. Organ Pemerintah Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik
ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari penulusuran pelbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui
bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi Presiden sampai dengan administrasi negara terendah Lurah berwenang memberikan izin. Ini berarti
terdapat aneka ragam administrasi negara termasuk instansinya pemberi izin, yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik tingkat pusat maupun daerah.
d. Peristiwa Konkret Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk
ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu,
orang tertentu, temapt tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, izin pun
memiliki berbagai keragaman. Izin yang jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang cara prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam izin dan
struktur organisasi instansi yang menerbitkannya.
Universitas Sumatera Utara
e. Prosedur dan Persyaratan Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan
izin, dan instansi pemberi izin. Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari
dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau
berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputarputar, berulang-ulang atau berkali-
kali.
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
22
Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan.
21
Andi Meegie Senna, Analisis Potensi Pariwisata Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kota Palopo, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar 2014,
hal 24
22
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pasal 1 angka 4
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut
menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
Menurt Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau seerombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu
tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, bagian kegiatan
agama, muhibah atau juga silahturahim. Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang
dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan tourist,
elemen geografi geographical elements dan industri pariwisata tourism industry
. Menurut Ridwan izin merupakan istrumen yuridis yang digunakan oleh
pemerinta untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konret.
23
Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa,
dan perancang masyarakat yang adil dan makmur. Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud.
Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu fungsi penertiban dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib dimaksudkan agar izin atau
setiap izin atau tempat – tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat
23
H.R. Ridwan. Op.Cit, hal 78
Universitas Sumatera Utara
lainnya tidak bertentangan satu sama lain sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi pengaturan dimaksudkan
agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan dengan kata lain
fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.
1. Instrunmen rekayasa pembangunan Pemerintah dapat membuat regulasi dan keputusan yang memberikan
insentif bagi pertumbuhan social ekonomi. Demikian juga sebaliknya regulasi dan keutusan tersebut dapat juga menjadi penghambat sekaligus sumber korupsi bagi
pembangunan. Perizinan adalah instrument yang manfaatnya ditentukan oleh tujuan dan
prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan untuk income daerah, maka hal ini tentu akan memberikan dampak negative
disensif bagi pembangunan. Pada sisi yang lain jika prosedur perizinan dilakukan dengan cara
– cara yang tidak transparan, tidak ada kepastian hukum, berbelit
– belit, dan hanya bisa dilakukan dengan cara menjadi penghambat bagi pertumbuhan social, ekonomi daerah. Dengan demikian, baik buruknya tercapai
atau tidaknya tujuan perizinan akan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan. Semakin mudah, cepat dan transparan prosedur
pemberian perizinan, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrume rekayasa pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
2. Budgtering Perizinan mempunyai fungsi keuangan budgetering, yaitu menjadi
sumber pendapatan bagi Negara. Pemberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontrapresasi berupa retribusi perizinan. Karena Negara
mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya bisa dilakukan melalui peraturan peundang
– undangan. Dalam hal ini dianut prinsip no. taxation without the law. Penarikan retribusi perizinan hanya dibenarkan jika
ada dasar hukum, yaitu undang – undang dan atau peraturan daerah. Hal ini untuk
menjamin bahwa hak – hak dasar masyarakat untuk menjamin bahwa hak – hak
dasar mayarakat untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah tidak terlukai karena penarikan retribusi perizinan yang sewenang
– wenang dan tidak memiliki dasar hukum.
Pada sisi lainya, jika secara imperative melalui peraturan perundang –
undangan pemerinta telah memperoleh mandat untuk menarik retribusi perizinan, maka masyaarkat juga tidak boleh menghidar untuk membayarnya. Hal itu karena
retribusi perizinan juga menjadi sumner pendapatan yang membiayai pelayanan –
pelayanan perizinan lainnya yang harus diberika pemerintah kepada masayarkatnya. Meskipun demikian, pemerintah harus memperhatikan aspek
keberlangsungan dan kelestraian daya dukung pembangunan, serta pertumbuhan social ekonomi. Penetapan tariff retrubusi perizinan tidak boleh elebihi
Universitas Sumatera Utara
kemampuan masyarakat untuk membayarnya. Sebaiknya, untuk beberapa aspek strategis yang terkait dengan daya dukung lingkungan dalam pembangunan, tariff
retribusi perizinan tidak boleh juga terlalu murah dan mudah yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan menurunya daya dukung dan kelestarian lingkungan.
3. Reguleren Perizinan memiliki fungsi pengatiuran reguleren, yait menjadi instrument
pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaimana dalam prinsip pemungutan pajak, maka perizinan dapat mengatur pilhan
– pilihan tindakan dan perilaku masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan untuk
pengo\elolaan sumber daya alam, lingkungan, tata ruang dan aspek strategis lainnya, maka prosedur dan syarat harus ditetapkan melalui peraturan perundang
– undangan, harus pula terkait dengan pertimbangan
– pertimbangan strategis tersebut. Dengan demikian, harus ada keterkaitan antara pemberian perizinan
dengan syarat – syarat yang ditetapkan. Disamping itu pula penetapan tariff
terhadap perizinan harus memperhatikan tujuan dari fungsi pengaturan yang akan dicapai oleh perizinan tersebut.
Menurut Prajudi Atmosudirjo yang dikutip oleh Ridwan, berkenan dengan fungsi
– fungsi hukum modern, izin diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.
24
24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini bergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman
pula dari tujuan izin, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut : a.
Keinginan mengarahkan mengendalikan aktivitas – aktivitas tertentu. b.
Izin mencegah bahaya bagi lingkungan. c.
Keinginan melindungi objek – objkek tertentu. d.
Izin hendak membagi benda – benda yang sidikit. e.
Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang – orang dan aktivitas – aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat
– syarat tertentu. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha
25
Kepariwisataan adalah suatu sistem yang mengikutsertakan berbagai pihak dalam keterpaduan kaitan fungsional yang serasi, yang mendorong berlangsungnya
dinamika fenomina mobilitas manusia tua-muda, pria-wanita, ekonomi kuat-lemah, sebagai pendukung suatu tempat untuk melaksanakan perjalanan sementara waktu
secara sendiri atau berkelompok, menuju tempat lain di dalam negeri atau diluar negeri dengan menggunakan teransportasi darat, laut dan udara.
26
25
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, Pasal 1 angka 12
26
Trilolorin Sitorus, Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Kota Medan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2013, hal 25
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan definsi di atas dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan adalah gejala-gejala yang menyangkut lalu lintas manusia, berikut barang bawaannya,
yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk maksud- maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari
tempat yang dikunjunginya.
Adapun asas, fungsi, tujuan kepariwsataan menurut Undang-Undang 10 Tahun 2009 sebagai berikut:
1. Asas manfaat, asas kekeluargaan, asas adil dan merata, asas keseimbangan, asas
kemandirian, asas kelestarian, asas partisipatif, asas berkelanjutan, asas demokratis, asas kesetaraan, asas kesatuan.
2. Fungsi kepariwisataan adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan
intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
3. Tujuan kepariwisataan meliputi:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f. Memajukan kebudayaan
g. Mengangkat citra bangsa
h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
Universitas Sumatera Utara
j. Memperat persahabatan antar bangsa
Beberapa jenis- jenis pariwisata :
27
1. Wisata Agro ; ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan industri
pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi dan
memandikan kerbau di sungai. 2.
Wisata Belanja ; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain.
3. Wisata Budaya ; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi
tradisi misalnya mudik lebaran setahun sekali atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat-saat tertentu.
4. Wisata Iklim ; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar
dilakukan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk „berburu‟ panas sinar matahari. Begitu juga untuk masyarakat
tropis seperti Indonesia, penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan dan sebaliknya.
5. Wisata Karya ; jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung
dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya : peninjauaninspeksi daerah, sigi lapangan.
6. Wisata Kesehatan ; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu
penyakit.
27
Warpani P. Suwarjoko, Warpani P. Indira, pariwisata dalam tata ruang wilayah, ITB Bandung, 2007, hal.13.
Universitas Sumatera Utara
7. Wisata Konvensi atau Seminar ; dilakukan dengan sengaja memilih salah
satu DTW sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan DTW yang bersangkutan.
8. Wisata Niaga; berkaitan dengan kegiatan perniagaan usaha perdagangan.
Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana.
9. Wisata Olahraga ; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga,
misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekedar pertandingan persahabatan.
10. Wisata PelanconganPesiarPelesirRekreasi ; dilakukan untuk berlibur,
mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan lepas dari
kesibukan kerja rutin. 11.
Wisata Petualangan ; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan.
12. Wisata Ziarah ; dalam katan dengan agama dan budaya. Mengunjungi
tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya : waisak di kompleks candi borobudur
– magelang, menyepi di pantai parangkusumo
– yogyakarta, mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa.
13. Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau
berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau ekskursi; atau
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari- hari.
14. Widiawisata pendidikan; perjalanan ke luar daerah, kampung dalam
rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya atau untuk
kepentingan ilmu selama waktu tertentu.
E. Objek dan Subjek Pajak