Taksonomi Tanaman Lobak Morfologi Tanaman Lobak

6 vitamin B1 0,03 mg; vitamin B2 0,03 mg; vitamin C 25,00 mg dan niasin 0,3 mg. sedangkan mineral yang dikandungnya adalah kalsium 32,00 mg; fosfor 21,00 mg; zat besi 0,60 mg; natrium 10,0 mg; kalium 218,0 mg Rukmana, 1995. Hampir seluruh bagian tanaman lobak dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan manusia. Umbi lobak dapat dimakan mentah sebagai lalapan, dibuat acar atau asinan, direbus dan disayur. Daun yang masih muda dapat dijadikan lalapan mentah ataupun dimasak. Dalam berbagai literatur ditemukan bahwa tanaman lobak berkhasiat sebagai obat tradisional Rukmana, 1995. Tanaman lobak dapat digunakan untuk mengobati penyakit pada hati dan saluran pernapasan. Jus dari akar tanaman lobak menunjukkan aktivitas anti mikroba terhadap Baccilus subtilis, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella thyphosa. Akar lobak juga mengandung senyawa alkaloid pirolidin, glukosinolat, asam-asam organik seperti asam oksalat dan asam malonat, senyawa fenol, enzim dan minyak. Lobak juga memiliki berberapa khasiat diantaranya anti mikroba, anti virus, anti tumor, hipotensif, anti agregasi platelet dan pencegahan penyakit kardiovaskular Gultierrez dan Perez, 2004.

2.1.1 Taksonomi Tanaman Lobak

Kerabat dekat tanaman lobak yang termasuk suku kubis-kubisan Cruciferae atau Brassicaceae jumlahnya cukup banyak diantaranya: kubis-crop, kubis-bunga, brokoli, sawi dan mustard. Sedangkan spesies lain dari Raphanus sativus L. yang umum dibudidayakan adalah Rades R. sativus L. var. radicula Pres. A. DC.. Tanaman ini berasal dari Rusia dan Asia tropis yang bentuk umbinya bulat sampai semi bundar mirip dengan umbi rades Rukmana, 1995. Universitas Sumatera Utara 7 Kedudukan tanaman lobak dalam sistematika tumbuhan taksonomi menurut Rukmana 1995, dikelompokkan sebagai berikut : Kingdom : Plantae tumbuh-tumbuhan. Divisi : Spermatophyta tumbuhan berbiji Sub-divisi : Angiospermae berbiji tertutup Kelas : Dicotyledonae biji berkeping dua Famili : Brassicaceae Cruciferae Genus : Raphanus Spesies : Raphanus sativus L.

2.1.2 Morfologi Tanaman Lobak

Lobak termasuk dalam sayuran musim dingin tetapi masih dapat bertahan pada suhu hangat. Umbi lobak dengan kualitas terbaik diperoleh pada penanaman dengan suhu antara 10,0 dan 15,5°C. Perbedaan varietas juga mempengaruhi persyaratan suhu penanaman. Oleh karena itu, pemilihan variasi untuk lokasi tertentu sangat penting untuk mendapatkan umbi lobak dengan kualitas terbaik Salunkhe dan Kadam, 1998. Umbi lobak berkembang dari bagian akar primer dan hipokotil. Bagian umbi yang membesar bervariasi dalam berbagai ukuran, bentuk, dan warna, tergantung pada budidaya. Warna umbi lobak dapat bewarna putih atau merah. Benih lobak berbentuk bulat dan berukuran sekitar 3 mm. Pada awalnya benih bewarna kekuningan ketika dewasa berubah menjadi coklat kemerahan Salunkhe dan Kadam, 1998. Bentuk umbi lobak umumnya bulat panjang, warna kulit dan daging umbi putih bersih, namun setelah ditemukan ragam varietas lobak hibrida Daikon Universitas Sumatera Utara 8 banyak mengalami perubahan. Ukuran umbi lobak hibrida umumnya besar-besar dengan bentuk umbi sangat bervariasi antar bulat-panjang, semibulat sampai bundar. Demikian pula warna kulit dan daging umbi lobak hibrida sangat beragam, diantaranya ada yang berwarna putih-bersih, putih kehijau-hijauan dan merah. Daun lobak berbentuk lonjong, pinggirnya berlekuk-lekuk, dan permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Struktur daun lobak umumnya tumbuh tunggal, namun pada lobak hibrida tiap tangkai daun terdapat beberapa helai daun yang letakknya berpasangan seperti menjari Rukmana, 1995. Tanaman lobak yang umurnya cukup dewasa untuk memasuki fase reproduktif akan menghasilkan rangkaian bunga. Rangkaian bunga tumbuh dari ujung tanaman, bercabang banyak dan tiap cabang rangkaian bunga terdapat banyak kuntum bunga yang berwarna putih dengan variasi warna ungu dibagian ujungnya. Bunga lobak dapat menghasilkan buah yang bentuknya mirip “polong”, tiap buah polong berisi biji antara 1-6 butir. Biji-biji inilah yang banyak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif Rukmana, 1995.

2.2 Mineral