Kurva Kalibrasi Magnesium, Besi, dan Tembaga Analisis Kadar Magnesium, Besi, dan Tembaga dalam Umbi Lobak Segar

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kurva Kalibrasi Magnesium, Besi, dan Tembaga

Kurva kalibrasi magnesium, besi, dan tembaga diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku magnesium, besi, dan tembaga pada panjang gelombang masing-masing yaitu 285,2 nm, 284,3 nm dan 328,4 nm. Kurva kalibrasi larutan baku magnesium, besi, dan tembaga dapat dilihat pada Gambar 3.1-3.3. Absorbansi Konsentrasi µ g ml Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium Absorbansi Konsentrasi µ g ml Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi Universitas Sumatera Utara 31 Absorbansi Konsentrasi µ g ml Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Tembaga Berdasarkan hasil pengukuran kurva kalibrasi untuk logam magnesium diukur dengan rentang konsentrasi 0,1 µgml sampai 0,3 µgml diperoleh persamaan garis regresi yaitu: y = 0,100114x - 0,000236, untuk mineral besi diukur dengan rentang konsentrasi 5,0 µgml sampai 9,0 µgml diperoleh persamaan regresi y = 0,00479x - 0,000372 dan untuk logam tembaga diukur dengan rentang konsentrasi 0,1 µgml sampai 0,5 µgml diperoleh persamaan regresi y = 0,035143x - 0,000119. Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi r magnesium sebesar 0,9997; besi sebesar 0,9994 dan tembaga sebesar 0,9995. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara x konsentrasi dan y absorbansi Ermer dan McB. Miller, 2005. Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku kalium, besi dan natrium, serta perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 6-8, Halaman 47-52. Universitas Sumatera Utara 32

4.2 Analisis Kadar Magnesium, Besi, dan Tembaga dalam Umbi Lobak Segar

Penentuan kadar magnesium, besi, dan tembaga pada umbi lobak dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom. Data dan contoh perhitungan hasil analisis kuantitatif mineral magnesium, besi, dan tembaga dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11, Halaman 53-55. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13, Halaman 57 dan 62. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar magnesium, besi, dan tembaga yang diperoleh lebih rendah yaitu 2,2913 mg100 g untuk magnesium, 0,3607 mg100 g untuk besi, dan 0,0095 mg100 g untuk tembaga bila dibandingkan dengan hasil yang dilakukan oleh Kaymak, dkk., 2010, yakni 13,3-21,1 mg100 g untuk magnesium, 0,67-3,24 mg100 g untuk besi dan 0,02-0,07 mg100 g untuk tembaga. Hasil penetapan kadar mineral pada berbagai kultivar lobak oleh Kaymak, dkk., 2010, menunjukkan perbedaan kadar yang relatif signifikan pada beberapa kultivar yang disebabkan karena pengaruh faktor genetik yang berbeda tiap kultivar. Perbedaan kadar pada tiap mineral ini dipengaruhi berbagai faktor diantaranya keadaan tanah, letak geografis, tempat tumbuh dan keadaan musim. Fitriani, dkk., 2012, menyatakan bahwa kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Kandungan mineral yang terdapat di dalam tanaman erat hubungannya dengan kandungan mineral tanah. Oleh karena itu terdapat perbedaan kadar mineral pada tiap lokasi pengambilan sampel yang berbeda. Ibrahim 2016, menyimpulkan Universitas Sumatera Utara 33 bahwa perbedaan jenis air yang digunakan dalam penanaman lobak akan menghasilkan kadar mineral yang berbeda pula. Air merupakan komponen penting dalam masa tanam, di dalamnya dapat terkandung mineral ataupun zat lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Perbedaan hasil kadar mineral magnesium, besi, dan tembaga antara hasil yang diperoleh dengan yang dilakukan oleh Kaymak, dkk., 2010 dikarenakan perbedaan metode yang digunakan dalam penetapan kadar ketiga mineral tersebut. Pengukuran atom atau molekul dipengaruhi oleh panjang gelombang dan energi yang digunakan sebagai sumber radiasi. Kemampuan analisis suatu instrumen bergantung terhadap sumber energi, stabilitas instrumen, dan matriks sampel. Oleh karena itu, perbedaan metode juga mempengaruhi hasil analisis dalam sampel Cazes, 2005. 4.3. Analisis Penurunan Kadar Magnesium, Besi, dan Tembaga dalam Umbi Lobak Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar mineral magnesium, besi, dan tembaga mengalami penurunan pada umbi lobak rebus bila diandingkan dengan umbi lobak segar. Data dan perhitungan persentase penurunan kadar dapat dilihat pada Lampiran 14, Halaman 67. Analisis dilanjutkan dengan pengujian nilai beda rata-rata menggunakan uji t berpasangan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15, Halaman 68. Hasil persensate penurunan kadar mineral magnesium, besi, dan tembaga dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan hasil pengujian nilai beda rata-rata daat dilihat pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 4.1. Hasil Persentase Penurunan Kadar Magnesium, Besi, dan Tembaga pada Umbi Lobak Mineral Kadar Sampel mg100 g Penurunan Kadar Segar Rebus Magnesium 2,2913 ± 0,0437 1,6710 ± 0,0385 27,07 Besi 0,3607 ± 0,0031 0,3101 ± 0,0074 14,03 Tembaga 0,0095 ± 0,0002 0,0054 ± 0,0002 43,16 Tabel 4.2. Hasil Uji Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium, Besi dan Tembaga pada Umbi Lobak Segar dan Umbi Lobak Rebus No. Mineral Sampel t Hitung t Tabel Hasil 1. Magnesium Segar 47,2178 4,0321 Beda Rebus 2. Besi Segar 25,1491 4,0321 Beda Rebus 3. Tembaga Segar 37,2727 4,0321 Beda Rebus Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat penurunan kadar magnesium, besi dan tembaga pada umbi lobak segar dan umbi lobak rebus yang diperoleh dari hasil analisis dan pada Tabel 4.2 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar magnesium, besi, dan tembaga pada umbi lobak segar dan direbus. Tidak seperti vitamin, mineral merupakan unsur anorganik yang tidak mudah rusak oleh pemanasan, udara dan asam. Abu yang tertinggal sebagai hasil pembakaran bahan pangan mengandung mineral yang dikandung pada awalnya. Mineral dapat hilang dari makanan bila dimasak dalam air Whitney dan Rolfes, 2008. Pemasakan merupakan salah satu proses pengolahan panas yang sederhana dan mudah. Pemasakan dapat dilakukan dengan media air panas yang disebut dengan perebusan maupun dengan uap panas atau yang disebut pengukusan. Mineral pada umumnya tidak peka terhadap panas, tetapi rentan terhadap pencucian atau pengolahan yang melibatkan air seperti perebusan. Bahan Universitas Sumatera Utara 35 makanan yang terkena air selama perebusan akan menurun nilai gizinya terutama vitamin larut air dan mineral Rahayu dan Pribadi, 2012. Ketiga mineral yang diteliti menunjukkan penurunan antara umbi lobak rebus dengan umbi lobak segar. Magnesium yang terdapat di dalam tumbuhan terdapat dalam beberapa bentuk fraksi diantaranya fraksi dalam air yang terdapat di dalam floem, xylem, sitoplasma dan fraksi yang tidak larut yang berperan sebagai penyusun dinding sel Barker dan Pilbeam, 2007. Persen penurunan terbesar ditunjukkan oleh mineral tembaga. Di dalam lobak mineral juga terdapat sebagai enzim, salah satunya superoxide dismutase SOD, senyawa metaloprotein yang memiliki sifat antioksidan dan dapat menetralkan radikal superoksida O -2 yang berbahaya Chakrabarti dan Patra, 2013; Gultierrez dan Perez, 2004; Sridharma dan Panneerselvam, 2009. Menurut Hernandez-Saavedra dan Ochoa, 1999 enzim SOD terdapat dalam tiga bentuk, diantaranya Fe SOD, Mn SOD dan Cu-Zn SOD. Dari ketiga enzim tersebut enzim Cu-Zn SOD yang paling banyak terdapat pada cairan tubuh mamalia dan tumbuhan dibandingkan dua bentuk enzim lainnya. Penurunan kandungan tambaga pada lobak dengan perebusan dapat disebabkan karena melarutnya enzim SOD selama perebusan. Enzim SOD diketahui bersifat boiling stable protein, yaitu protein yang bersifat hidrofilik dan tetap dapat larut dalam perebusan. Khanna-Chopra dan Semwal, 2011; Sharma, dkk., 2014.

4.4 Uji Akurasi Recovery