8
I I I . METODOLOGI
3.1. Lokasi dan w aktu
Pengkajian dilaksanakan di Desa Karang Anyar Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma. Kegiatan direncanakan selama 2 tahun 2016 dan
2017.
3.2. Alat dan bahan
Bahan yang digunakan pada pengkajian adalah benih VUB padi rawa I npara 1, 2, 3, 6, 7, 8, Dendang serta varietas eksisting sebagai pembanding
yaitu Cigeulis, pupuk NPK ponska, urea dan KCl, pestisida herbisida, insektisida, fungisida, karung dan plastik.
Alat yang digunakan antara lain: papan pengamatan untuk menangkap butiran gabah yang tercecer saat panen, timbangan berat, timbangan analitik,
handspayer, gerobak dorong, caplak roda, indo jarwo transplanter, terpal, lantai jemur, bor untuk pengambilan sampel tanah, ATK mistar, kalkulator, pena,
amplop, cangkul, ember, tali, dan Global Positioning System GPS.
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Pengkajian dilakukan melalui kegiatan koordinasi internal dan eksternal, pengkajian lapangan dan uji laboratorium. Pendekatan pengkajian secara
partisipatif melibatkan petani dan petugas lapang. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Seluma. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi adalah sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia dalam pegembangan padi rawa. Fokus kajian adalah varietas padi, sistem tanam dan dosis pupuk untuk tipologi lahan rawa.
Pengkajian dilakukan dengan menyusun dua unit percobaan berkaitan dengan varietas, sistem tanam dan dosis pupuk. Sebagai upaya meningkatkan
optimasi lahan maka semua unit percobaan rencananya akan dilanjutkan dengan pemeliharaan ratun dari tanaman utama. Namun dikarenakan hasil yang
diperoleh pada musim tanam ini belum optimal dan beberapa kendala di lapangan sehingga dilakukan addendum kegiatan Lampiran 2 dan 3 .
3.4. Metode pelaksanaan pengkajian
Metode adalah serangkaian kegiatan dan langkah-langkah operasional untuk mencapai keluaran yang telah ditetapkan dari suatu pengkajian.
9
Serangkaian kegiatan dapat berupa kegiatan lapangan, analisis laboratorium maupun survei Lampiran 1. Pada tahun 2016 keluaran dari pengkajian ini ada 4
yaitu; 1 Kombinasi varietas dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi pada lahan rawa spesifik lokasi, 2 Kombinasi sistem tanam dan dosis pupuk yang
berdaya hasil tinggi pada lahan rawa spesifik lokasi, 3 Kombinasi varietas, sistem tanam dan dosis pupuk yang menghasilkan kualitas gabah dan beras yang
baik, 4 I nformasi keuntungan dan kelayakan usahatani padi pada lahan rawa spesifik lokasi.
Kombinasi varietas dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi pada lahan rawa spesifik lokasi
Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah split plot dengan 3 ulangan
dimana 8 varietas I npara 1, 2 3, 6, 7, 8, Dendang, dan Cigeulis sebagai petak utama
main plot dan 3 sistem tanam yaitu jajar legowo 2: 1 dengan sisip, jajar legowo 2: 1 tanpa sisip, jajar legowo 2: 1 dengan indo jarwo transplanter sebagai
anak plot sub plot Gomez dan Gomez, 1984. Jarak tanam jajar legowo 2: 1
yang digunakan adalah 20x 40 x 10 cm. Kombinasi perlakuan varietas padi rawa dan sistem tanam disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan 8 varietas padi rawa dan 3 sistem tanam di
Kabupaten Seluma Tahun 2016.
Sistem Tanam
S Varietas V
V1 V2
V3 V4
V5 V6
V7 V8
S1 V1S1
V2S1 V3S1
V4S1 V5S1
V6S1 V7S1
V8S1 S2
V1S2 V2S2
V3S2 V4S2
V5S2 V6S2
V7S2 V8S2
S3 V1S3
V2S3 V3S3
V4S3 V5S3
V6S3 V7S3
V8S3 Keterangan :
V1 = varietas I npara 1
V5 = varietas I npara 7
V2 = varietas I npara 2
V6 = varietas I npara 8
V3 = varietas I npara 3
V7 = varietas Dendang
V4 = varietas I npara 6
V8 = varietas Cigeulis
S1 = sistem tanam Legowo 2: 1 dengan sisip
S2 = sistem tanam Legowo 2: 1 tanpa sisip
S3 = sistem tanam legowo 2: 1 dengan indojarwo transplanter
Percobaan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 72 kombinasi perlakuan. Luas setiap plot berukuran 1000 m
2
, sehingga lahan yang diunakan adalah seluas 7,2 ha. Sistem tanam 1 S1 yaitu jajar legowo 2: 1 dengan sisip,
sistem tanam 2 S2 jajar legowo 2: 1 tanpa sisip, sistem tanam 3 S3 yaitu
10
sistem tanam legowo 2:1 dengan indo jarwo transplanter. Lay out perlakuan
dapat dilihat pada gambar 1. Varietas I npara 1 V1
Varietas I npara 2 V2 Ulangan I
V1S1 V1S2
V1S3 Ulangan I
V2S1 V2S2
V2S3 Ulangan I I
V1S1 V1S2
V1S3 Ulangan I I
V2S1 V2S2
V2S3 Ulangan I I I
V1S1 V1S2
V1S3 Ulangan I I I
V2S1 V2S2
V2S3
Varietas I npara 3 V3 Varietas I npara 6 V4
Ulangan I V3S1
V3S2 V3S3
Ulangan I V4S1
V4S2 V4S3
Ulangan I I V3S1
V3S2 V3S3
Ulangan I I V4S1
V4S2 V4S3
Ulangan I I I V3S1
V3S2 V3S3
Ulangan I I I V4S1
V4S2 V4S3
Varietas I npara 7 V5 Varietas I npara 8 V6
Ulangan I V5S1
V5S2 V5S3
Ulangan I V6S1
V6S2 V6S3
Ulangan I I V5S1
V5S2 V5S3
Ulangan I I V6S1
V6S2 V6S3
Ulangan I I I V5S1
V5S2 V5S3
Ulangan I I I V6S1
V6S2 V6S3
Varietas Dendang V7 Varietas Cigeulis V8
Ulangan I V7S1
V7S2 V7S3
Ulangan I V8S1
V8S2 V8S3
Ulangan I I V7S1
V7S2 V7S3
Ulangan I I V8S1
V8S2 V8S3
Ulangan I I I V7S1
V7S2 V7S3
Ulangan I I I V8S1
V8S2 V8S3
Gambar 1. Lay out perlakuan 8 varietas padi rawa dengan 3 sistem
tanam di Kabupaten Seluma Tahun 2016. Parameter yang diukur
1. Pertumbuhan vegetatif a. Tinggi tanaman, dilakukan dengan mengukur dari pangkal batang
permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman padi berumur 15 hari setelah tanam HST sampai
dengan 75 HST dengan selang waktu pengamatan selama 15 hari. Satuan pengukuran dalam centimeter cm
b. Anakan aktif, dilakukan dengan menghitung umlah anakan yang tumbuh dari batang padi utama. Jumlah anakan dihitung mulai dari umur 15 HST
dengan interval 15 hari sekali sampai umur 45 HST.
11
2. Pertumbuhan generatif a. Umur 50 berbunga yaitu menghitung jumlah hari sejak tanam sampai
50 populasi tanaman sudah keluar bunga b. Jumlah anakan produktif, diukur dengan menghitung jumlah anakan
tanaman padi yang menghasilkan malai. c. Panjang malai, dilakukan dengan mengukur dari leher malai buku terakhir
malai sampai dengan ujung malai gabah terakhir diujung malai d. Jumlah gabah per malai, diukur dengan menghitung jumlah gabah pada
setiap malai e. Berat 1.000 butir, diukur dengan menimbang gabah bernas sebanyak 1.000
butir dalam kondisi kering panen. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali lalu diambil nilai rata-rata
3. I ntensitas serangan hama dan penyakit utama. Selama pelaksanaan budidaya juga dilakukan pengamatan terhadap
serangan hama dan penyakit utama pada tanaman padi. Pengamatan intensitas serangan dilakukan secara visual berdasarkan gejala serangan. Setiap titik
diagonal di ambil 10 rumpun tanaman padi untuk diamati. Rumpun tanaman padi yang sudah terlihat gejala serangannya di hitung
satu, kemudian hitung berapa jumlah rumpun tanaman padi yang terserang dari sepuluh rumpun tanaman padi yang diamati. Pengamatan dilakukan pada
tanaman padi fase generatif. I ntensitas serangan hama dan penyakit utama diukur dengan rumus:
I = n x 100 N
Keterangan : I = I ntensitas serangan
n = Jumlah rumpun yang terserang N = Jumlah rumpun yang diamati
4. Produktivitas hasil ton ha Penghitungan produktivitas dilakukan dengan melakukan menghit ung hasil
ubinan dengan ukuran 4,8 m x 5 m. Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada plot
panen.
12
Analisis data Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi rawa yang terkumpul
akan dianalisis dengan analisis of variant ANOVA dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT Gomez dan Gomez, 1984.
Kombinasi sistem tanam dan dosis pupuk yang berdaya hasil tinggi pada lahan rawa spesifik lokasi
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah split plot dengan 3 ulangan.
Petak utama adalah 3 level pemupukan yaitu: 1 dosis pemupukan berdasarkan rekomendasi hasil analisis tanah, 2 dosis pemupukan 30 diatas rekomendasi
hasil analisis tanah, dan 3 dosis pemupukan 60 diatas rekomendasi hasil analisis tanah. 3 sistem tanam jajar legowo 2: 1 dengan sisip, jajar legowo 2:1
tanpa sisip, jajar legowo 2: 1 dengan indo jarwo transplanter yang ditempatkan sebagai anak plot
sub plot Gomez dan Gomez, 1984. Kombinasi perlakuan sistem tanam dan pemupukan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kombinasi perlakuan 3 dosis pupuk dan 3 sistem tanam di Kabupaten Seluma Tahun 2016.
Sistem tanam S Level dosis pupuk P
P1 P2
P3 S1
S1P1 S2P1
S3P1 S2
S1P2 S2P2
S3P2 S3
S1P3 S2P3
S3P3
Keterangan : S1
= sistem tanam Legowo 2: 1 dengan sisip S2
= sistem tanam Legowo 2: 1 tanpa sisip S3
= sistem tanam legowo 2: 1 dengan indojarwo transplanter P1
= Dosis pupuk berdasarkan rekomendasi hasil analisis tanah P2
= Dosis pupuk ditambah 30 dari rekomendasi hasil analisis tanah P3
= Dosis pupuk ditambah 60 dari rekomendasi hasil analisis tanah
Varietas yang digunakan adalah I npara 2 dengan pertimbangan varietas ini telah adaptif dan disukai oleh petani pada lokasi pengkajian. Percobaan diulang
sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 kombinasi perlakuan. Luas setiap plot adalah 1000 m
2
, sehingga diperlukan lahan seluas 2,70 ha. Lay out perlakuan
dapat dilihat pada gambar 2.
13
Dosis pupuk sesuai rekomendasi hasil analisis tanah P1
Dosis pupuk 30 diatas rekomendasi hasil analisis tanah
P2 Ulangan I
P1S1 P1S2
P1S3 Ulangan I
P2S1 P2S2
P2S3 Ulangan I I
P1S1 P1S2
P1S3 Ulangan I I
P2S1 P2S2
P2S3 Ulangan I I I
P1S1 P1S2
P1S3 Ulangan I I I
P2S1 P2S2
P2S3 Dosis pupuk 60 diatas rekomendasi hasil
analisis tanah P3 Ulangan I
P3S1 P3S2
P3S3 Ulangan I I
P3S1 P3S2
P3S3 Ulangan I I I
P3S1 P3S2
P3S3 Gambar 2.
Lay out perlakuan 3 level pemupukan dengan 3 sistem tanam di Kabupaten Seluma Tahun 2016.
Parameter yang diukur 1. Pertumbuhan vegetatif
a. Tinggi tanaman, dilakukan dengan mengukur dari pangkal batang permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan
pada saat tanaman padi berumur 15 hari setelah tanam HST sampai dengan 75 HST dengan selang waktu pengamatan selama 15 hari. Satuan
pengukuran dalam centimeter cm b. Anakan aktif, dilakukan dengan menghitung umlah anakan yang tumbuh
dari batang padi utama. Jumlah anakan dihitung mulai dari umur 15 HST dengan interval 15 hari sekali sampai umur 45 HST.
2. Pertumbuhan generatif a. Umur 50 berbunga yaitu menghitung jumlah hari sejak tanam sampai
50 populasi tanaman sudah keluar bunga b. Jumlah anakan produktif, diukur dengan menghitung jumlah anakan
tanaman padi yang menghasilkan malai. c. Panjang malai, dilakukan dengan mengukur dari leher malai buku terakhir
malai sampai dengan ujung malai gabah terakhir diujung malai d. Jumlah gabah per malai, diukur dengan menghitung jumlah gabah pada
setiap malai
14
e. Berat 1.000 butir, diukur dengan menimbang gabah bernas sebanyak 1.000 butir dalam kondisi kering panen. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali lalu
diambil nilai rata-rata 3. I ntensitas serangan hama dan penyakit utama.
Selama pelaksanaan budidaya juga dilakukan pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit utama pada tanaman padi. Pengamatan intensitas
serangan dilakukan secara visual berdasarkan gejala serangan. Setiap titik diagonal di ambil 10 rumpun tanaman padi untuk diamati.
Rumpun tanaman padi yang sudah terlihat gejala serangannya di hitung satu, kemudian hitung berapa jumlah rumpun tanaman padi yang terserang dari
sepuluh rumpun tanaman padi yang diamati. Pengamatan dilakukan pada tanaman padi fase generatif. I ntensitas serangan hama dan penyakit utama
diukur dengan rumus: I = n x 100
N Keterangan :
I = I ntensitas serangan n = Jumlah rumpun yang terserang
N = Jumlah rumpun yang diamati
4. Produktivitas hasil ton ha
Penghitungan produktivitas dilakukan dengan melakukan menghit ung hasil ubinan dengan ukuran 4,8 m x 5 m. Ubinan merupakan cara pendugaan hasil
panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen.
Analisis data Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi rawa yang terkumpul
akan dianalisis dengan analisis of variant ANOVA dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT Gomez dan Gomez, 1984.
15
Kombinasi varietas, sistem tanam dan dosis pupuk yang menghasilkan kualitas gabah dan beras yang baik
Metode Pengumpulan Data Penentuan kualitas gabah dan beras yang baik dilakukan pada penanganan
pasca panen padi dengan melakukan pengukuran susut pasca panen padi, analisa mutu fisik gabah, mutu fisik dan kimia beras dan uji organoleptik nasi.
Pengukuran susut pasca panen padi terdiri atas: a. Susut saat panen, metode yang digunakan untuk mengukur susut panen
adalah metode papan pengamatan atau tray. Metode ini menggunakan papan dengan ukuran 40 cm x 14 cm, tebal 3 cm sebanyak 9 papan pengamatan,
pada bagian atas dilapisi dengan potongan goni untuk menagkap butiran gabah yang tercecer. Petak ubinan panen ditentukan berukuran 5 m x 5 m.
Papan pengamatan diletakkan di bawah rumpun tanaman padi yang akan di panen. Butir gabah yang tercecer diatas papan pengamatan dikumpulkan dan
dihitung jumlahnya b. Susut penumpukan sementara, dilakukan dengan meletakkan potongan padi
diatas alas plastik ukuran 8mx8m secara langsung pada saat panen. Jumlah tumpukan hasil panen disesuaikan dengan kebiasaan pemanen.
c. Susut perontokan padi. Perontokan secara manual gebot dan perontokan secara mekanis dengan bantuan alat perontok pedal power thresher.
Letakkan alat perontok dan arahkan keluarnya gabah hasil perontokan harus mengikuti arah angin yang sedang berhembus. Alas plastik control 8 m x 8 m.
Hasil perontokan dibersihkan, timbang gabah bersih, jerami dan kotoran, ukur kadar air gabah bersih.
d. Susut penggilingan. Besaran susut penggilingan merupakan selisih antara rendemen penggilingan laboratorium dengan rendemen penggilingan di
lapangan. e. Susut penyimpanan yaitu susut yang terjadi selama proses penyimpanan.
Gabah yang disimpan tidak boleh ditambah atau dikurangi. Berat gabah diukur sebelum dan sesudah penyimpanan.
Mutu fisik gabah serta mutu fisik dan kimia beras dianalisis dengan melakukan pengujian di Laboratorium Balai Besar Pasca Panen. Uji organoleptik
nasi melibatkan 25 orang panelis sebagai ulangan. Contoh disajikan secara acak dan panelis diminta untuk menguji tingkat kesukaan panelis terhadap
16
atribut sensori
meliputi warna, aroma, rasa, tekstur kerenyahan, dan
keseluruhan. Parameter dan analisis data
1. Susut pasca panen. Susut pasca panen dianalisis dengan mengukur berat gabah yang tertinggal di lapangan pada saat panen.
2. Mutu fisik gabah. Gabah dianalisis dengan melakukan pengujian di Laboratorium Balai Besar Pasca Panen. Klasifikasi mutu gabah menurut
Standar Nasional I ndonesia SNI dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Standar mutu gabah SNI No.0224-1987 SPI -TAN 01 01 1993.
1. Persyaratan umum
•
Bebas hama dan penyakit
•
Bebas bau busuk dan bau-bau asam lainnya
•
Bebas dari bahan kimia dan sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya. Gabah tidak boleh panas
2. Persyaratan khusus Komponen Mutu
Mutu gabah I
I I I I I
Kadar air masksimal 14
14 14
Gabah hampa maksimal 1,0
2,0 3,0
Butir kuning+ rusak maksimal 2,0
5,0 7,0
Butir mengapung+ gabah muda maks 1,0
5,0 10,0
Butir merah maksimal 1,0
2,0 4,0
Benda asing maksimal 0,5
1,0 Gabah varietas lain maksimal
2,0 5,0
10,0
Sumber: Badan Standarisai Nasional BSN
3. Mutu fisik dan kimia beras. Mutu fisik dan kimia beras dianalisis dengan melakukan pengujian di Laboratorium Balai Besar Pasca Panen. Klasifikasi
mutu fisik beras giling menurut Standar Nasional I ndonesia SNI dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4. Spesifikasi mutu beras giling berdasarkan SNI 6128: 2008.
1. Persyaratan umum
• Bebas hama dan penyakit
•
Bebas
bau apek, asam atau bau asing lainnya
•
Bebas dari campuran bekatul
•
Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang berbahaya
2. Persyaratan khusus
Komponen Mutu Satuan
Mutu I
I I I I I
I V V
Derajat sosoh minimal 100
100 95
95 85
Kadar air maksimal 14
14 14
14 15
Butir kepala minimal 95
89 78
73 60
Butir patah maksimal 5
10 20
25 35
Butir menir maksimal 1
2 2
5 Butir merah maksimal
1 2
3 3
Butir kuning rusak maks 1
2 3
5 Butir mengapur maks
1 2
3 5
Benda asing maksimal 0,02
0,02 0,05
0,2 Butir gabah maksimal
1 2
3 Campuran var. lain maks
Butir 100g
5 5
5 10
10
Sumber: Badan Standarisai Nasional BSN
Mutu kimia beras yang diuji antara lain mutu tanak tingkat kepulenan nasi, tekstur nasi, waktu tanak nasi dan mutu nutrisi kandungan protein,
serat pangan, vitamin dan mineral. 4.Tingkat kesukaan terhadap nasi dengan uji organoleptik
Tingkat kesukaan terhadap nasi pengujian dilakukan satu persatu atau secara bersamaan dan tanpa melakukan pembandingan antar sampel akan
tetapi merupakan respon spontan terhadap kesukaan panelis. Skor kesukaan panelis meliputi 7 kisaran skala yakni skala 1 sangat tidak suka, skala 2
tidak suka, skala 3 agak tidak suka, skala 4 netral, skala 5 agak suka, skala 6 suka, dan skala 7 sangat suka.
I nformasi keuntungan dan kelayakan usahatani padi lahan rawa spesifik lokasi Pengumpulan data
Keuntungan dan kelayakan usahatani padi lahan rawa spesifik lokasi dilakukan pada tanaman utama maupun tanaman ratun
.
Data dikumpulkan dengan pengumpulan data yang terdiri atas data biaya input dan output
usahatani dari masing-masing perlakuan pada setiap unit percobaan. Data biaya input antara lain biaya sarana produksi seperti biaya benih, tenaga kerja, pupuk,
18
pestisida dan biaya lainnya. Data output antara lain jumlah produksi yang dihasilkan serta harga jual produk.
Parameter yang diukur Data dikumpulkan terdiri atas data biaya input dan output . Data biaya input
antara lain biaya sarana produksi seperti biaya benih, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan biaya lainnya. Data output antara lain jumlah produksi yang
dihasilkan, harga jual produk, penerimaan serta pendapatan usahatani. Analisis data
Pendapatan bersih usahatani padi dihitung dengan menggunakan “ analisa
biaya dan pendapatan” berdasarkan Soekartawi 1995: Л = TR-TC
TR = Q x P TC = FC + VC
Keterangan: Л = Net Revenue pendapatan bersih
TR = Total Revenue penerimaan TC = Total Cost total biaya
Q = Product produksi P = Price harga
FC = Fixed Cost biaya tetap VC = Variable Cost biaya variabel
Kelayakan usahatani padi lahan rawa spesifik lokasi di adalah perbandingan antara penerimaan dan total biaya, secara matematis ditulis
sebagai berikut: TR
RC Ratio = ------
TC Keterangan:
RC Ratio = Nisbah penerimaan terhadap biaya
TR = Total Revenue peberimaan Rp ha musim
TC = Total cost biaya Rp ha musim
19
dengan keputusan: RC Ratio
1, usahatani secara ekonomi menguntungkan RC Ratio
= 1, usahatani secara ekonomi berada pada titik impas BEP RC Ratio
1, usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan rugi
20
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1 Kombinasi varietas dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi