4
3.2. Tujuan
Tujuan pengkajian adalah: Tahun 2016
1. Menentukan kombinasi varietas dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi pada lahan rawa spesifik lokasi.
2. Menentukan kombinasi dosis pupuk dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi pada lahan rawa spesifik lokasi.
3. Menentukan kombinasi varietas, sistem tanam dan dosis pupuk yang menghasilkan kualitas gabah dan beras yang baik.
4. Mengevaluasi keuntungan dan kelayakan usahatani padi pada lahan rawa spesifik lokasi.
Tahun 2017 1. Mempercepat transfer dan adopsi paket teknologi budidaya pada rawa
spesifik lokasi. 2. Merekomendasikan paket teknologi budidaya padi rawa spesifik lokasi.
1.3. Keluaran
Tahun 2016 1. Kombinasi varietas dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi pada
lahan rawa spesifik lokasi. 2. Kombinasi dosis pupuk dan sistem tanam yang berdaya hasil tinggi pada
lahan rawa spesifik lokasi. 3. Kombinasi varietas, sistem tanam dan dosis pupuk yang menghasilkan
kualitas gabah dan beras yang baik. 4. I nformasi keuntungan dan kelayakan usahatani padi pada lahan rawa
spesifik lokasi. Tahun 2017
1. Percepatan transfer dan adopsi paket teknologi budidaya padi rawa spesifik lokasi.
2. Rekomendasi paket teknologi budidaya padi rawa spesifik lokasi.
5
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan Manfaat 1.
Meningkatnya pengetahuan petani terhadap aspek-aspek teknis budidaya pada lahan rawa hususnya dalam hal VUB, sistem tanam dan pemupukan.
2. Meningkatkan kemampuan petani dalam memilih varietas padi rawa yang
spesifik lokasi dalam upaya merancang usaha tani yang efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan.
Perkiraan Dampak 1.
Meluasnya pemanfaatan lahan rawa dengan mengadopsi varietas unggul spesifik lokasi.
2. Peningkatan peran lahan rawa dalam mendukung swasembada beras
berkelanjutan. 3.
Peningkatan produksi dan pendapatan petani serta mewujudkan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.
4. Menurunnya laju konversi lahan dari lahan pertanian tanaman pangan ke
tanaman perkebunan.
6
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan komoditas utama dari subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi memberikan
kontribusi besar terhadap produk domestik bruto PDB nasional. Dalam rangka mencapai swasembada beras yang berkelanjutan, pada tahun 2011 pemerintah
telah menetapkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional P2BN. I nstrumen yang digunakan dalam peningkatan produksi adalah: 1. Perluasan
areal pencetakan sawah baru, optimalisasi lahan, dan peningkatan I ndeks Pertanaman I P; 2. Peningkatan produktivitas penggunaan varietas unggul,
pemupukan, jajar legowo, pengendalian OPT: pendekatan Pengelolaan Tanaman dan sumberdaya Terpadu PTT; 3. Rekayasa teknologi dan sosial Demplot,
Demfarm dan SL-PTT. Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,3 ton GKG ha. Ada
senjang hasil yang cukup tinggi 21,82 antara produktivitas padi di Provinsi Bengkulu dengan produktivitas padi secara nasional. Lahan rawa merupakan
potensi sumberdaya lahan yang dapat mendukung kelestarian swasembada beras, apalagi dikaitkan dengan ketidakpastian iklim climate change. Empat
dari 10 Kabupaten di Provinsi Bengkulu memiliki lahan rawa yang potensial 12.411 ha untuk pengembangan padi. Saat ini produktivitas padi di lahan rawa
relatif rendah 1-2 t ha, karena petani masih menggunakan varietas lokal dan pemupukannya belum berimbang.
Pada umumnya lahan rawa bersifat masam miskin unsur hara dan mengandung besi yang tinggi. Budidaya padi pada lahan rawa mempunyai resiko
yang cukup tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara
merupakan permasalahan
utama. Keracunan
besi menyebabkan
produktivitas padi relatif rendah 1-2 t ha atau bahkan tidak menghasilkan. Ada beberapa cara untuk mengatasi keracunan besi, diantaranya adalah
penanaman varietas yang toleran dan pemupukan untuk meningkatkan keseimbangan unsur hara. Beberapa varietas padi rawa telah dilepas oleh Badan
Litbang Pertanian diantaranya adalah Banyu Asin, Dendang, Mendawak, dan I npara 1-9. Hasil uji adaptasi varietas I npara 1 dan 2 di Kabupten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan menghasilkan produksi masing-masing sebesar 7,43 dan 7,40 ton GKG ha Suparwoto dan Waluyo, 2011 sedangkan uji varietas
dengan inovasi teknologi PTT yang dilakukan Sirappa dan Titahena 2012 rata-
7
rata memberikan hasil di atas 7-8 ton ha GKP. Pengelolaan padi rawa dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu dapat
mencapai produktivitas padi sebesar 4-6 t ha Suprihatno et al., 2011.
Salah satu teknologi yang diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian untuk meningkatkan produksi adalah penerapan sistem tanam jajar legowo.
Menurut Ariwibawa 2012 pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam yang meningkatkan produksi dengan melakukan pengaturan jarak
tanam dan memanipulasi posisi tanaman sehingga kebanyakan berada di pinggir. Tanaman padi yang berada di pinggir pada umumnya akan menghasilkan
produksi yang tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik. Misran 2014 melaporkan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo
berpengaruh nyata terhadap komponen hasil gabah kering panen, dan dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sekitar 19,90-22 . Penelitian Mayunar
2014 di Kabupaten Serang Provinsi Banten menunjukkan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo meningkatkan produktivitas sebesar 17,7
dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Jajar legowo 4: 1 dan 2: 1 sama-sama layak diterapkan pada budidaya padi karena memiliki nilai R C ratio 1 Rauf dan
Murtisari, 2014. Upaya untuk memperbaiki produksi tanaman dan mempertahankan
produktivitas dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan hara tanah secara seimbang atau biasa disebut dengan pemupukan berimbang. Menurut Setyorini
2004 pemupukan berimbang dapat meningkatkan produksi, mutu hasil, efisiensi pemupukan, kesuburan tanah dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Sirappa dan Titahena 2012 yang melakukan penelitian di Kabupaten Buru melaporkan bahwa hasil gabah yang diperoleh dengan penggunaan varietas
yang adaptif untuk lahan rawa dan penggunaan pupuk organik dan anorganik secara berimbang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan bahan organik dan varietas untuk lahan rawa. Rekomendasi pemupukan dapat diperoleh dengan menggunakan uji laboratorium, Perangkat
Uji Tanah Sawah PUTS atau Kalender Tanam KATAM Terpadu.
8
I I I . METODOLOGI
3.1. Lokasi dan w aktu