dalam setiap indikator. Hasil persentase akhir yang diperoleh diinterpretasikan kedalam beberapa kriteria lihat Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria Interpretasi Skor Kuisioner
Interval Kriteria
0-20 Sangat rendah
21-40 Rendah
41-60 Cukup
61-80 Tinggi
81-100 Sangat tinggi
dimodifikasi dari Riduwan, 2012: 89.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan berikut kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti:
1. Profil kompetensi literasi sains siswa kelas IX se-Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada tahun ajaran 20152016 masih berada
pada kategori “sangat rendah” dengan skor literasi 18,47 ± 0,69. 2. Profil kompetensi literasi sains siswa kelas IX se-Kecamatan Kotabumi
Kabupaten Lampung Utara pada tahun ajaran 20152016 berdasarkan gender lebih unggul pada siswa perempuan bila dibandingkan dengan
siswa laki-laki. 3. Kompetensi literasi sains tidak dipengaruhi oleh faktor internal, namun
dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa metode pembelajaran, intensitas pemberian PR dan intensitas pelaksanaan praktikum.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyarankan: 1. Pada peneliti selanjutnya untuk memperhatikan pengarahan secara rinci
terhadap siswa mengenai pengisian instrumen kuisioner dan soal
disebabkan ketidakpahaman siswa dalam menjawab dapat menyebabkan data yang diperoleh tidak akurat.
2. Pada guru IPA, untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan menekankan pada kerja ilmiah guna menunjang proses pembelajaran
berliterasi yang mendukung peningkatan kemampuan literasi sains siswa. 3. Pada siswa, untuk lebih mengenal pembelajaran berliterasi guna
meningkatkan kompetensi literasi sains yang dimiliki. 4. Pada sekolah, melakukan peningkatan terhadap sarana prasarana
penunjang proses pembelajaran agar terciptanya lingkungan belajar yang mendukung peningkatan kompetensi literasi sains.
DAFTAR PUSTAKA
Al – Samarrai, S. 2013. Di Indonesia, Mengatasi Ketidaksetaraan Pendidikan Melalui Tata Kelola yang Lebih Baik. Diakses dari http:blogs.worldbank.
orgeastasiapacificiddi-indonesia-mengatasi-ketidaksetaraan-pendidikan- melalui-tata-kelola-yang-lebih-baik pada tanggal 3 November 2015. 1 hal.
Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Stategi. Bandung: Angkasa. 233 hal.
Alokan, F. B., Eunice O. O. dan Emanuel O. O. 2013. The influence of Parents Educational Background and Study Facilities on Academic Performance
Among Secondary School Students. Nigeria: Ekiti State University. Diakses dari http:ozelacademy.comojss.v6.i2-1.pdf pada tanggal 2 Mei
2016. 7 hal.
Anjarsari, P. 2014. Literasi Sains Dalam Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMP. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari
http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespenelitianputri-anjarsari-ssi- mpdliterasi-sains-dalam-kurikulum-dan-pembelajaran-ipa-smp.pdf pada
tanggal 2 Desember 2015. 6 hal.
Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 316 hal.
. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta. 413 hal.
Chandra, D. T. dan Nuryani R. 2009. Perkembangan Pendidikan Teknologi Sebagai Suatu Inovasi Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar di
Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Bandung. Jurnal Pengajaran MIPA. Vol, 14, No. 2, Oktober 2009. Diakses dari http:journal.fpmipa.
upi.eduindex.phpjpmipaarticleviewFile299210 pada tanggal 4 Desember 2015. 14 hal.
Coughlan, S. 2015. Asia Peringkat Tertinggi Sekolah Global, Indonesia Nomor 69. Diakses dari http:www.bbc.comindonesiamajalah
201505150513_majalah_asia_sekolah_terbaik pada tanggal 17 Desember 2015. 1 hal.
Driana, E. 2013. Menyikapi Hasil PISA Programme for International Student Assesment 2012. Diakses dari rumahakal.comnewsdetail.asp?newsid=ss
pada tanggal 1 November 2015. 1 hal.
Deboer, G. E. 2000. Scientific Literacy: Another Look At Its Historical and Contemporary Meanings and Its Relationship to Science Education
Refrom. New York: Colgate University. Journal Of Research In Science Teaching. Vol 37, No. 6, Februari 2000. Diakses dari
http:web.nmsu.edu~susanbroeced440docsscientific_literacy_another_l ook.pdf pada tanggal 4 Desember 2015. 20 hal.
Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas. Diakses dari https:www.academia.edu
5782888NASKAH_AKADEMIK_KAJIAN_KEBIJAKAN_KURIKULU M_MATA_PELAJARAN_IPA_PUSAT_KURIKULUM_BADAN_PENE
LITIAN_DAN_PENGEMBANGAN_DEPARTEMEN_PENDIDIKAN_N ASIONAL_2007 pada tanggal 3 Februari 2016. 32 hal.
EACEA. 2011. Science Education in: National Policies Practices and Research. Brussels: Education Audiovicual and Culture Excutive Agency. Diakses
dari http:eacea.ec.europa.eueducationeurydicedocumentsthematic _reports133en.pdf pada tanggal 3 November 2015. 166 hal.
Ekohariadi. 2010. Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Usia 15 Tahun Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Puspendik. Diakses dari
http:litbang.kemdikbud.go.iddatapuspendikHASIL20RISETPISAL APORAN20PISA2020Trend20Konten20Perkembangan20Ke
mampuan20Sains20Siswa_PISA20tahun202000,202003,2020 06.pdf pada tanggal 3 Mei 2016. 65 hal.
Hartono. 2012. Lima Konsepsi Kurikulum dan Implementasinya Dalam Rancangan Kurikulum. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Surabaya. Diakses dari http:dispendik.surabaya.go.idsurabayabelajar jurnal199Jurnal_8.pdf pada tanggal 21 Desember 2015. 19 hal.
Hamdu, G dan Lisa, A. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. Vol. 12. No. 1. Diakses dari http:jurnal.upi.edufile8- Ghullam_Hamdu.pdf. pada tanggal 4 Desember 2015 pukul 05.29 WIB. 6
hal.
Helmenstein, A. M. 2013. Scientific Method Step. Diakses dari http:chemistry.about.comodsciencefairprojectsaScientificMethd-
Steps.htm. pada tanggal 16 Desember 2015. 1 hal.
Holbrook, J dan Miia R. 2009. The Meaning Of Scientific Literacy. Internasional Journal of Environtmental Science Education Universuty of Tartu,
Estonia, Vol 4, No. 3, July 2009, 275-288. 14 hal.