Pengolahan Data METODE PENELITIAN

1 7,00 m 3 18,30 m 3 29,70 m 3 39,80 m 3 48,30 m 3 55,34 m 3 61,50 m 3 2 10,20 m 3 25,60 m 3 40,40 m 3 53,10 m 3 63,70 m 3 72,60 m 3 80,10 m 3 3 15,10 m 3 35,60 m 3 54,80 m 3 70,90 m 3 84,20 m 3 95,20 m 3 104,40 m 3 Tabel 3. Data perkiraan hasil pemanenan kualitas kayu berdasarkan diameternya KPH Bogor 2005. Ukuran diameter Persentase perkiraan Harga jual per m 3 tahun 2006 60 cm 65 Rp. 208.090,. 61 cm - 100 cm 34 Rp. 349.144,. 100 cm 1 Rp. 576.470,. Harga jual diperkirakan naik 10 setiap tahunnya. Untuk melakukan proses pemanenan atau penebangan kayu diperlukan biaya yang dikeluarkan oleh Perhutani, di antaranya seperti tampak pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Perum Perhutani KPH Bogor 2005. Biaya persiapan pemanenan per-hektar Rp. 780.675,. Biaya Pemanenan per-m 3 Rp. 140.000,. Selain biaya di atas, Perum Perhutani KPH Bogor pun harus membayar pajak sesuai undang-undang yang berlaku. Berikut disajikan tabel daftar pajak penjualan kayu yang harus dibayarkan: Tabel 5. Pajak yang harus dikeluarkan oleh Perum Perhutani per m 3 KPH Bogor 2005. Ukuran diameter Besar pajak per m 3 40 cm Rp. 10.000,. 41 cm - 60 cm Rp. 14.000,. 60 cm Rp. 16.000,. Hutan Akacia mangium dalam RPH Maribaya KRPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani terdiri dari 20 petak. Petak- petak tersebut tersusun secara berkomunal, sehingga satu sama lainnya berdekatan adjacent. Berikut gambar denah dan indeks petak-petak yang berdekatan pada RPH Maribaya: Gambar 4. Gambar denah petak di RPH Maribaya. Daftar indeks petak-petak yang berdekatan: {{1,2}, {1,5}, {2,3}, {2,4}, {2,5}, {3,4}, 3,8}, {4,5}, {4,7}, {4,8}, {5,6}, {5,7}, {6,7}, {6,10}, {6,11}, {7,8}, {7,9}, {7,10}, {8,9}, {9,10},{10,11}, {10,13}, {10,14}, {11,12}, {11,13}, {12,13}, {12,19}, {12,20}, {13,14}, {13,18}, {13,19}, {14,15}, {14,16}, {14,17}, {14,18}, {15,16}, {15,17}, {16,17}, {17,18}, {18,19}, {19,20}}

3.3 Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data, data yang didapatkan pada tahap sebelumnya dikumpulkan dan dirapikan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Kemudian dibuat tabel perkiraan volume kayu untuk setiap petak tiap tahunperiode Tabel 6 dan tabel perkiraan present value setiap petak tiap tahunperiode Tabel 7. Tabel 6. Tabel sebagian data perkiraan volume setiap petak perperiodedalam m 3 . Selengkapnya pada Lampiran 3 Indeks Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 1 298,50 362,25 415,05 461,25 499,50 2 2.407,78 2.472,53 2.509,72 2.505,40 2.459,55 3 1.244,33 1.277,79 1.297,01 1.294,77 1.271,08 4 1.036,80 1.102,80 1.132,46 1.149,49 1.147,51 Diperoleh dari hasil perkalian luas petak dengan perkiraan pertumbuhan volume pertahun berdasarkan bonita. Tabel 7. Tabel perkiraan present value setiap petak pertahun dalam juta rupiah. Selengkapnya pada Lampiran 4 Diperoleh dari hasil perkalian volume setiap petak pertahun Tabel 4 dengan harga jual per m 3 Tabel 2 dikurangi dengan pajak dan beban biaya. Permasalahan yang terkandung dalam penelitian ini kemudian dimodelkan secara matematika. Hal ini dimaksudkan agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan secara lebih mudah. Kemudian untuk mendapatkan hasilnya dengan cepat, maka perhitungannya menggunakan proses komputasi. Proses komputasi ini menggunakan salah satu perangkat lunak pemrograman linear yakni Lingo8.0 dan kemudian model matematika tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman Lingo8.0.

IV. DESKRIPSI DAN FORMULASI MODEL OPTIMASI UNTUK PENENTUAN LOKASI PETAK PEMANENAN HUTAN

Undang-undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, pasal 1 a menegaskan bahwa kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Pada pasal 1 b, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pada pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa hutan mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Pasal 6 ayat 2, hutan berdasarkan fungsi pokok ditetapkan menjadi tiga yakni hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi UU RI No 41 Tahun 1999.

4.1 Tahapan Perencanaan Pemanenan

Hutan Perencanaan pemanenan terdiri dari beberapa tahap, mulai dari tahap perencanaan strategis, perencanaan taktis, perencanaan pemanenan tahunan, perencanaan operasi pemanenan, dan operasi pemanenan Karlsson et al.,2004. Perencanaan strategis dibuat dalam periode waktu jangka panjang 50-100 tahun. Tahap ini merupakan analisis awal, mensimulasikan volume hutan untuk masa depan, memperkirakan volume total penebangan atau pemanenan hutan untuk periode lima sampai sepuluh tahunan, disesuaikan dengan keilmuan kehutanan. Dari sini dapat diperkirakan volume maksimum hasil pemanenan Lundstrom Soderberg, 1996. Perencanaan taktis merupakan tahap mensimulasikan keuntungan atau nilai maksimum serta mensimulasikan volume panen tahunan berdasarkan proporsi penebangan atau pemanenan hutan. Tahap ini Indeks Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 1 26.476 42.787 61.738 83.758 108.457 2 240.338 311.555 388.269 466.304 542.425 3 124.205 161.010 200.655 240.983 280.322 4 102.930 138.714 175.059 213.959 253.244 5 246.174 331.759 418.683 511.719 605.675